Sunday, October 21, 2012

Providentia Dei


(Mazmur 104:1-35)

            Istilah Providentia Dei sangat erat hubungannya dengan karya Allah dalam menciptakan alam semesta dan seluruh isinya. Alam semesta yang diciptakan Allah disebut Creatio ex Nihilo artinya; Allah menciptakan alam semesta dan isinya dari tidak ada menjadi ada. Menariknya adalah; Allah tidak hanya sekedar mengadakan dan menciptakan melainkan Allah turut aktif menjaga dan memeliharaan bumi ciptaan-Nya dan kedaulatan Allah yang menetapkan manusia sebagai rekan sekerjanya untuk ikut memelihara bumi ini.
            Di dalam Alkitab, terlihat  cara Allah memelihara alam semesta ini. Allah selalu memelihara Adam dan Hawa (Kej. 2: 8,  3:21). Allah memelihara umat-Nya (Kej.7:1, 12:1-Allah memanggil Abraham), terus berlanjut pada peristiwa pemeliharaan Allah terhadap keluarga Israel yang menghadapi ancaman kelaparan melalui Yusuf. Keberpihakan Allah terhadap umat-Nya hingga mereka bisa keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, bahkan hingga sampai pada zaman para nabi; Allah terus memelihara umat-Nya. Di dalam PB juga terlihat bagaimana Allah tetap eksis dan keonsisten memelihara imat dari orang-orang percaya (Yohanes 10:28, Roma 8:35-39) dsb.
            Mazmur 104 adalah refleksi keterkaitan dan saling ketergantungan seluruh ciptaan tak terkecuali manusia. Pemazmur meyakini bahwa semua dari dan bergantung pada Tuhan. Semua tatanan yang berlangsung dalam alam semesta ini merupakan wujud pemeliharaan Tuhan. Maka salah satu cara Allah mewujudkan pemeliharaan-Nya atas alam semesta adalah melalui manuisa yaitu umat dan anak-anak-Nya yang sudah diselamatkan-Nya. Mari ikut berpatisipasi dalam memelihara alam dan  lingkungan kita masing-masing sebagai bagian dari penerapan iman yang Tuhan sudah berikan bagi kita. Tuhan memberkati. Amin

HUT Ke-16









Sunday, October 14, 2012

Panggilan Untuk Menjadi Perabot Yang Mulia


(2 Timotius 2: 20-26)

Dalam 2 Tim.2:20-26 Paulus memberikan panggilan bagi setiap orang Kristen, panggilan untuk menjadi sebuah perabot yang mulia di hadapan Tuhan. “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia…” (ayat 21). Paulus bicara soal proses yang Tuhan beri kepada hidup kita dengan memberikan prinsip-prinsip yang penting yaitu anda dijadikan sebagai bejana yang dipakai untuk setiap pekerjaan baik dan mulia adanya. Di sinilah Paulus mengharapkan agar setiap kita bisa dipergunakan untuk “pekerjaan yang baik”.
 Apakah perkejaan baik itu? Pekerjaan baik tidak harus menjadi seorang pimpinan perusahaan, tidak harus menjadi jutawan, tidak harus menjadi ini dan itu dsb. Jika demikian standarnya maka tidak ada peluang bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang baik; bila tidak menjadi orang kaya harta! Bila tidak bersekolah di universitas terbaik di dunia! Bila tidak mencapai jabatan tinggi! Ternyata bukan itu yang dimaksud dengan “pekerjaan yang baik”.
 Maka pekerjaan yang baik itu adalah sebuah sikap, tindakan yang proposional dari setiap orang dan meminimalisir keterlibatan dalam kesalahan dan dosa. Sikap yang proposional adalah sebuah sikap yang pantas dilakukan tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Seorang pengusaha akan mengerjakan “pekerjaan yang baik” bila ia bertindak adil kepada bawahannya atau kepada semua orang. Seorang ibu rumah tangga akan mengurus keluarganya dengan bijak. Seorang bapak akan mengasihi keluarganya dengan tulus. Seorang anak akan hormat kepada ayah dan ibunya dan juga kepada semua orang. Seorang jemaat akan memberi waktu secara profesional untuk melayani Tuhan. Seorang hamba Tuhan akan melayani Tuhan melalui jemaatnya dengan menjadi sorang gembala yang baik dan bukan upahan. Marilah kita mengerjakan pekerjaan yang baik itu, sebab kita sudah dijadian sebagai perabot yang mulia dalam keluarga Allah. Tuhan memberkati. Amin

Sunday, October 7, 2012

Dikuduskan untuk melayani Tuhan


Yesaya 6:1-8

Teks ini adalah kesaksian Yesaya tentang penglihatannya akan kukudusan Allah yang menaungi Bait Allah (rumah Tuhan). Yang menarik dari teks ini adalah kesaksian Yesaya yang  menyebutkan waktu kejadian tetapi tidak langsung menyebutkan tahun yaitu sekitar 742 sm, tetapi Yesaya sengaja menyebutkan peristiwa besar yang mendahului penglihatannya, yaitu wafatnya seorang raja dari kerajaan Yehuda yaitu raja Uzia akibat sakit kusta.
Sepintas kesannya hanya untuk menjelaskan waktu peristiwa penglihatan itu terjadi. Tetapi ternyata kematian raja Uzia sangat berkaitan erat dengan penglihatan yang dialami oleh nabi Yesaya. Raja Uzia dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya raja Amazia dalam usia 16 tahun, dan pemerintahannya sangat diberkati oleh Allah. ia menjadi raja yang besar dan terkenal, ditakuti oleh seluruh kerajaan yang ada pada saat itu, kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan raja Uzia menjadi kerajaan yang sangat kaya. mereka mempunyai kebun yang luas, ternak yang banyak. Dari segi pertahanan; raja usia memiliki alusista yang sangat modern pada zaman itu.
Menyadari diberkati oleh Allah begitu luar biasa, dengan kekayaan dan kejayaan yang tiada bandingnya, membuat raja Uzia menjadi sombong dan mengabaikan kekudusan Rumah Tuhan dan meremehkan tugas para imam. Raja Uzia memasuki Bait Allah untuk membakar ukupan yang adalah tugas imam dan yang berhak membakar ukupan adalah imam dari keturunan Harun. Kesombongan raja Uzia ini berakibat penyakit kusta yang muncul tiba-tiba ketika ia sedang di bait Allah. dan penyakit kusta ini juga yang akhirnya membawa penderitaan yang berujung kematian raja Uzia.
Peristiwa inilah yang melatarbelakangi penglihatan Yesaya, tentang kekudusan Allah yang menaungi Bait Allah. peristiwa raja Uzia juga memberikan penjelasan terhadap tindakan Serafim yang mengambil bara dari mesbah ukupan dan menyentuhkan bara ke mulut Yesaya tanda pengudusan. karena kekudusan mesbah ukupan itulah yang membuat raja Uzia mendapatkan kutuk dari Allah. Mesbah ukupan adalah tempat perjumpaan Allah dengan manusia melalui imam keturunan Harun. jadi mesbah ukupan adalah tempat yang maha kudus bagi umat.
Saat ini, Mesbah ukupan adalah lambang perjumpaan kita dengan Allah. Setiap pagi dan sore, di atas mesbah selalu dibakar ukupan yang mengeluarkan asap yang wangi. Mesbah ukupan kita saat ini adalah pujian, penyembahan dan kehidupan kita yang kudus dan berkenan kepada Allah. Apalagi ketika kita datang dalam rumah Tuhan, jagalah kekudusan hidup, dan naikkan korban pujian yang wangi, karena itulah yang menyenangkan hati Tuhan. (Oleh: Pdt. Muria Ali, S.Th)