Sunday, December 29, 2013

Sepanjang Jalan Bersama Tuhan

(Yesaya 46 : 1 - 4)


Hidup kita seharusnya gagah, kuat, perkasa tetapi pada ke-nyataannya kita sudah tak berdaya, tak ada sema-ngat dan gairah bahkan kita tidak jarang pada titik keputusasaan dan ingin mati. Kalau itu benar keadaan kita, mari kita renungkan Yesaya 46 : 4. Apa janji Tuhan terhadap hidup kita bila sepanjang jalan kita bersama Tuhan ?
I. Tuhan berjanji akan menanggung kita ( ayat 4 )
Bagi Tuhan, kita ini adalah anak kesayangan sama seperti orang tua yang punya anak selalu ingin menggendong anaknya .
II. Tuhan mau menanggung kita ( ayat 4 )
Tuhan akan menanggung kamu terus. Terus berart selamanya, tak henti-hentinya sampai rambut kita putih sampai tua kita ditanggung oleh Tuhan. Apanya yang ditanggung ?
a. Dosa kita ditanggung oleh Tuhan, Yesus mati diatas kayu salib untuk menanggung dosa kita ( Ibrani 9 : 28 )
b. Penyakit kita yang ditanggung ( Matius 8 : 17 )
Tuhan berkata : Dialah yang menanggung sakit kita agar apa ?
- Agar mengalami kesembuhan
- Agar mengalami kekuatan
c. Hidup kita ditanggung oleh Tuhan ( Mazmur 68 : 20 )
Kita tak boleh kuatir akan hidup kita ( Matius 6 : 25 – 26 ) makan. Minum, pakaian kita ditanggung oleh Tuhan karena itu kita tidak boleh kuatir.
II. Dia akan menyelamatkan kita ( Yesaya 46 : 4 )
Inilah tujuan akhir  Tuhan yaitu menyelamatkan kita orang – orang yang percaya. Mari kita baca Yohanes 3 : 16 – 18, jadi orang – orang yang percaya pada Kristus :
a. Tidak binasa / mati ; b. Hidup kekal; c. Tidak dihakimi; d. Tidak dihukum.


Wednesday, December 25, 2013

Ibadah Perayaan Natal

Ibadah dilayani oleh Pdm. Nemueli Zega, S.Th,
dengan tema: "Sukacita dalam Kesederhanaan".

Persembahan pujian oleh Ape dkk.

Para pemeran drama, diakhir penampilan membawakan pujian.

Jemaat mengikuti Ibadah Perayaan Natal dengan khidmat.


Tuesday, December 24, 2013

Ibadah Malam Natal

Khotbah Malama Natal oleh Pdt. Budi S.,
dengan tema: “Meninggalkan Kemewahan, Menikmati Kesederhanaan".

Persembahan pujian oleh Komisi Wanita.

Sunday, December 22, 2013

Persembahan Pujian Komisi Sekolah Minggu

Anak-anak Sekolah Minggu menaikan pujian syukur
atas berkat dan penyertaan Tuhan bagi Ibu. 

Komisi Wanita Bagi-bagi Berkat

Dalam rangka hari Ibu 22 Desember dan menyabut suka cita Natal 25 Desember 2013, Komisi Wanita berbagi berkat dengan pedagang kaki lima (PKL) Taman Progo.
Doa sebelum aksi,
yang dimpin oleh Pdt. Em. J. Herlianto, B.Th. 

Komisi Wanita, didampingi Pdm. N. Zega dan Majelis
membagi-bagikan bingkisan di setiap lapak PKL Taman Progo.

Sukacitaku dalam Tuhan (Advent IV)

(Lukas 2:28-33)

Blaise Pascal adalah jenius matematika Prancis yang mati pada tahun 1662. Setelah lari dari Allah sampai ia berusia 31 tahun, pada tanggal 23 November 1654, pukul 22.30, Pascal bertemu dengan Allah dan bertobat secara mendalam dan tak tergoyahkan kepada Yesus Kristus. Ia menuliskannya pada sepotong perkamen dan menjahitnya ke dalam jubahnya di mana itu ditemukan delapan tahun kemudian setelah kematiannya. Tulisan itu mengatakan: “Tahun anugerah, Senin tanggal 23 November 1654, perayaan St. Clement ... dari sekitar 10.30 malam sampai tengah malam lewat setengah jam, API. Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, bukan para filsuf dan sarjana. Kepastian, sukacita yang dirasakan di hati, damai. Allah Yesus Kristus, Allah Yesus Kristus. “Allahku dan Allahmu.” ... Sukacita, Sukacita, Sukacita, air mata sukacita ... Yesus Kristus. Yesus Kristus. Kiranya saya tidak pernah dipisahkan dari-Nya..”

Seorang Pascal menganggap bahwa kejeniusan, kehebatan filsafat dan kepandaian intelektual tidak memberikan rasa sukacita dalam hati. Sukacita menurutnya adalah ketika orang tak terpisahkan alias dipertemukan dengan Tuhan Yesus Kristus. Peristiwa di atas, mengingatkan kita pada sosok Simeon yang saat itu telah lanjut usia, meluapkan sukacitanya karena dirinya bisa bertemu Sang bayi Yesus. Moment ini seakan menggoreskan dalam pikiran kita bahwa ternyata Simeon yang lanjut usia itu tidak pernah menemukan sukacita yang dahsyat sepanjang umurnya, selain saat ia bertemu dengan bayi Yesus Sang Juruslamat dunia. Sukacita Simeon adalah bukan sukacita biasa, melainkan sukacita ilahi, sukacita yang datangnya dari Tuhan, mengapa? Karena Simeon tidak menyukakan hatinya dengan kemewahan duniawi melainkan kekayaan iman dalam Tuhan.

Belajarlah untuk memiliki sukacita dalam Tuhan…..Bagaimana cirri-cirinya?
1.    Sukacita dalam Tuhan tidak bergantung pada sikon
2.    Sukacita dalam Tuhan bernilai kekekalan
3.    Sukacita dalam Tuhan membawa damai

Tuhan Yesus memberkati. Amin (Zega)




Sunday, December 15, 2013

Ku tak meinggalkan-MU Tuhan (Advent III)

(YUDAS 1:17-23)

Surat Yudas ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus (ayat 1), juga saudara Yesus (Mat. 13:55). Surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, dengan tujuan: Melawan ajaran sesat (ayat 4); Melawan kedagingan (ayat 7); Melawan pemecah belah (ayat 19); Membangun iman Kristen (ayat 20).

Dalam ayat 4, Yudas menyebutkan bahwa ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup ke tangah-tengah jemaat.  Mereka inilah yang menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka! Seperti orang Galatia yang telah menyalahgunakan kemerdekaan sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa! (Gal. 5:13). Maka baik Paulus, maupun Yudas menganjurkan supaya jemaat tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Kita harus tetap teguh, maka Yudas menganjurkan agar orang-orang beriman membangun imannya sendiri atas dasar iman yang kudus (ayat 20). Untuk membangun iman kita harus mempelajari firman Tuhan dan mempunyai ketetapan yang teguh untuk mengetahui kebenaran dan ajaran Alkitab (Kis. 2:42; Ibr. 5:12). Kita harus bertumbuh menjadi dewasa dalam iman dan memahami asas-asas pokok firman Tuhan (Ibr. 5:12). Hanya dengan berpegang teguh pada komitmen untuk tetap setia pada Tuhan, mari memasuki Adven ke-3 ini, kita arus berani berkata: “Aku tidak akan meninggalkan-Mu Tuhan, apapun yang akan terjadi!” Amin. Oleh: Pdt. Jochanan Herlianto, B.Th.

Sunday, December 8, 2013

Harapanku Hanya Padamu (Advent II)

(Ratapan 3:21-26)

Apakah yang diharapkan seorang musafir yang sedang menjelajah lautan kehidupan? Apakah yang diharapkan oleh seorang petani yang tak kenal lelah membajak dan mencangkul sawahnya dengan sungguh-sungguh? Apakah yang diharapkan orangtua kepada anak-anaknya? Apakah yang diharapkan seseorang yang dalam kesesakan? Apakah yang diharapkan umat  sehingga selalu setia mengikut Kristus? Harapan apapun yang diinginkan adalah merupakan penyemangat, penghibur dan menentu tujuan arah hidup ke depan. 
Nabi Yeremia adalah seorang nabi yang ikut meratapi peristiwa dan kejadian yang dialami oleh kaum Yahudi. Pada abad 6 SM kaum cerdik dan pandai dari kalangan Yahudi dibuang dan di menjadi tawanan oleh raja babel. Penderitaan dan kesusahan bukan hanya dialami orang-orang yang dibuang ke Babel tetapi juga orang-orang yang tinggal di tanah Israel sendiri karena  tanah mereka menjadi jajahan oleh Babel. Firman Tuhan menggambarkannya sebagai “kota yang runtuh dan sunyi” bahkan kesengsaraannya disebut “dahsyat”.
Bagi penulis Ratapan; penderitaan ini adalah bagian dari Murka Tuhan kepada umatnya. Namun, sekalipun demikian hebat dan ganasnya sengsara yang umat Tuhan    alami, tidak mengurangi harapan mereka bahwa akan terjadi belas kasihan dari Tuhan sendiri kepada umatNya. Kasih setia Tuhan tak berkesudahan. RahmatNya selalu baru setiap pagi dan kebaikanNya tercurah kepada orang yang berharap kepadaNya (Rat.3:21-26)
Masa Advent ke 2 ini, adalah moment bagi umat untuk menaruh harapan hanya kepada Tuhan Yesus. Bayi yang lahir 2000 tahun yang lalu, telah menjadi Selamat bagi umat manusia. Advent ke 2 ini mengajak kita untuk tetap kokoh dan kuat sekalipun ada banyak tantangan dan halangan yang dihadapi. Kesengsaraan saat ini hanyalah salah satu bentuk pembelajaran bagi kita supaya kita bisa menikmati PENGHARAPAN kelak yang jauh lebih dahsyat, penuh kegirangan, pujian dan keagungan yaitu Yesus Kristus menjadi Juruselamat kita. Amin


Sunday, December 1, 2013

Persembahan Pujian Komisi Pemuda


Efektivitas Hidup Dekat Dengan Tuhan (Advent I)

(Mazmur 145:14-21)
         
D
ulu, ada seorang Kaisar yang mengatakan pada salah seorang penunggang kudanya, jika dia bisa naik kuda dan menjelajahi daerah seluas apapun, Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang bisa dijelajahinya. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Akhirnya, sampailah dia pada suatu tempat dimana cukup luas daerah telah berhasil dijelajahinya, dan dia menjadi begitu kelelahan dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri."

Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan juga kehidupan rohani dan pelayanan kita.  Tanpa kita sadari sebenarnya kita telah terperangkap pada kedekatan hati pada hal-hal yang tidak bernilai kekal.
 Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu atas semua yang tidak sempat kita lakukan. Maka, sempatkanlah untuk memikirkan sejenak apakah kita juga sudah dekat dengan Allah, dan hal-hal yang bersnilai kekal? Apakah kesibukan dan rutinitas kita sehari-hari tidak mengorbankan relasi dekat kita dengan Tuhan? Selamat memangun kembali tugu relasi & kedekatan yang hangat dengan Tuhan. Amin (Zega)


Sunday, November 24, 2013

Pembaharuan Hati

(Amsal 3:1-6)
         
I. Pembukaan
Lagu           :    …..HATI ku hancur mengenang dikau …..(kata Hati artinya ?)
Perilaku     :    .....HATI ku sedih sekali rasanya .... (ekspresi kita biasanya memegang bagian tubuh yang salah bukan sekitar organ hati yang sebenarnya)
Ucapan : …..Kata HATI (berarti tidak pernah mengucapkan sesuatu) Sama dengan berkata dalam hati atau berdoa dalam hati.
II. HATI dihubungkan dengan BERKAT dan HIKMAT
Amsal 3:1, ...HATImu memelihara perintahku. Berarti  dalam hati kita senantiasa memelihara perintah/ firman Tuhan maka perilaku kita sehari-hari selalu menjaga kebaikan dan berjalan dalam kebenaran.
a. HATI berhubungan dengan HIKMAT. Hikmat adalah kepandaian untuk memilih sesuatu dengan bijaksana untuk mencapai kepandaian dengan hasil yang maksimal.
b. HATI berhubungan dengan BERKAT. Hasil yang kita terima sebagai berkat adalah panjang umur, lanjut usia, sehat, sejahtera, damai,  dan bahagia sampai masa tua.
III. Kunci kesuksesan HATI
Amsal 3:3 mengatakan bahwa Kasih dan Setia harus senantiasa dikalungkankan di leher dan ditulis di loh hati mu. Kasih dan setia jangan ditinggalkan harus selalu dibawa ke mana kita pergi.   Kasih dan setia selalu ada bersama-sama dengan kita.
IV. Pembaharuan HATI
Amsal 3:5, ... Percayalah kepada Tuhan dengan segenap HATI.! Percaya dan beriman penuh pada Tuhan. Manjaga hubungan baik antara kita sebagai anak Allah dengan Allah . Segala sesuatu harus dilakukan dan dipertimbangkan sesuai dengan hikmat dan tuntunan Tuhan. Biarlah kehendak Tuhan yang berkarya dan terjadi dalam hidupku. Tuhan lah yang menuntun dan  memberi jalan yang lurus untuk keberhasilan kita.
V. PENUTUP
Pengharapanku hanya Yesus saja ....! (inilah nyanyian kita sekarang) Hanya YESUS saja satu-satunya pengharapan hidupku!  (Ev. Susanna Dwinarti S, S.Th.)


Sunday, November 17, 2013

Keadilan dari Perspektif Zaman Akhir

(Wahyu 7:9-17)
         
Kita hampir tidak menemukan sebuah keadilan dalam perjalanan hidup di dunia ini. Keadilan hanya milik perorangan, pribadi atau kelompok atau suku dan ras tertentu. Sepertinya rasa adil itu belum merata diterapkan. Adakah keadilan di bumi ini…?
Di antara kita pasti masih ada yang mengingat Marsinah, juga Wiji Thukul. Siapa yang dapat melupakan Munir yang dibunuh ketika dalam penerbangan ke Belanda? Lalu bagaimana pula halnya dengan banyak korban penculikan yang sampai kini belum jelas nasibnya? Mati atau….? Bagaimana dengan kasus korban perkosaan masal Mei 98? Bagaimana pula dengan pembantaian orang “kiri” korbagn peristiwa tahun 65-67? Tentu juga kita mengingat peristiwa-peristiwa yang hebat akibat dari pertikaian berbau SARA, perlakuan semena-mena kaum mayoritas kepada minoritas. Tidak sedikit yang menjadi “martir” dsb. Dimanakah keadilan?
Kitab Wahyu menuliskan tentang Yohanes yang mendapatkan gambaran tentang masa yang akan dating. Paling tidak member gambaran bahwa keadilan Tuhan itu akan ada dan pasti akan dating. Keadilan di jaman akhir, tentu bertolak belakang keadilan yang    dikerjakan manusia di dunia ini. Paling tidak ada 3 keadilan Tuhan pada zaman akhir,  yaitu:
1. Tuhan adil dan tidak pandang bulu (9-10)
2. Tuhan adil menjadi pusat kebenaran & penghakiman (11-12)
3. Tuhan adil pada mereka yang dianiaya/teraniaya (13-17)
Oleh karena itu keadilan Tuhan pada zaman akhir adalah keadilan yang bermuatan kebenaran. Tuhan akan membalaskan setiap perbuatan manusia dan di sana Dia disebut adil. Sikap teguh beriman kepada Allah berarti selalu terhubung pada rahmat Allah sekalipun saat di dunia ini hamper tidak kita temukan rasa adil. Percayalah Tuhan pasti bersikap adil pada apa yang terjadi asalkan kita tetap berdiam di bawah kekuasaanNya. Amin (Almanak)


Sunday, November 10, 2013

Jangan Pura-pura

(Roma 12:9-21)
         
Didalam perikop yang sudah kit abaca tadi, dengan jelas kita melihat bahwa Paulus berlang-ulang memberikan contoh mengenai karakteristik kasih. Hari ini kita akan belajar dua karakteristik kasih.
I. Kasih itu tulus, tidak berpura-pura (ay.9-13)
Paulus membuka perikop 12 : 9-21 dengan mengatakan “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura” Kasih itu harus tulus. Kasih itu tidak munafik. Kasih yang tulus seperti Allah mengasihi manusia dan tentunya sudah dirasakan oleh orang percaya. Kasih merupakan dasar dari keselamatan orang percaya. Kasih bukan sekedar perasaan mengasihi, namun kasih membawa orang percaya kepada tindakan nyata kepada sesamanya.
II. Kasih itu tidak membalas kejahatan (ay. 14-21)
Kondisi jemaat Roma pada waktu itu tidaklah baik. Ada konflik antara orang Yahudi Kristen dengan Gentile Kristen dan ditambah lagi adanya penganiayaan dari pemerintahan Romawi. Disini saya membagi keadaan jemaat Roma menjadi dua macam, yaitu :
1) Sakit yang muncul didalam tubuh
Jemaat Roma yang terdiri dari Yahudi Kristen dan Gentile Kristen mengalami konflik. Awal mula konflik mereka bermula ketika orang Yahudi Kristen yang dahulunya merupakan mayoritas orang Kristen di Roma diusir oleh Kaisar Claudius pada tahun 49, dan setelah Claudius meninggal, orang Yahudi Kristen kembali lagi ke Roma. Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya ketegangan social diantara mereka. Yahudi Kristen dan Gentile saling mengejek dan menganggap dirinya paling benar.
2) Sakit yang berasal dari luar tubuh
Orang Kristen abad pertama tidak lepas dari yang namanya penganiayaan dari orang Yahudi, Yunani maupun Romawi. Orang Kristen dianggap batu sandungan oleh orang Yahudi, orang bodoh oleh orang Yunani dan pemberontak oleh orang Romawi. Semua penganiayaan orang Kristen disebabkan karena mereka menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Walaupun tidak mudah, namun itulah kasih yang seharusnya ditunjukkan orang percaya kepada sesame dan dunia. Amin.


Sunday, November 3, 2013

Iman yang Paten

(Matius 10:26-33)
         
Kata paten berarti: Hak yang diberikan pemerintah kepada seseorang atas suatu penemuan untuk digunakan sendiri dan melindunginya dari pembajakan. Tetapi yang        dimaksud dengan iman yang paten adalah bahwa yang paten itu tidak bisa ditambah atau dikurangi, sudah harga mati yang dari Allah yang kekal!     Tinggal kita mau atau tidak.
Dalam Matius 10:26-33 kita melihat bahwa iman berarti tidak takut menghadapi ancaman yang bagaimanapun beratnya! Yesus menginginkan agar dalam diri para murid dan para pengikutNya, termasuk kita semua, memiliki keberanian lahir batin yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Kalau Firman Tuhan mengatakan bahwa tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui, itu berarti bahwa, kebenaran itu akhirnya pasti menang! Semua kepalsuan akan menjadi nyata dan kebenaran kesaksian Kristiani akan menjadi nyata dan masing-masing akan mendapatkan ganjarannya.
Betapun beratnya ancaman yang menghadang di depan kita, jangan pernah takut karena Tuhan ada di pihak kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita! Kalau Tuhan menghargai burung pipit yang kecil apalagi kita! Oleh karena itu kita disamping tidak usah takut, kitapun dituntut untuk tetap taat dan setia sampai Tuhan Yesus datang yang kedua kali. Amin (Pdt. J. Herlianto, B. Th)


Sunday, October 27, 2013

Meresponi Penderitaan

(2 Timotius 2:3)
         
Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang. Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. 
Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi- pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya.  "Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.
Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.
Firman Tuhan berkata demikian: "Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus." (2 Timotius 2:3). Seorang dramawan Inggris berkata: "Hidup ini memang tidak berjalan seperti yang kita ingini, tetapi inilah satu-satunya hidup yang kita miliki." Dengan kata lain betapa pun hidup ini tidak menyenangkan, inilah kenyataan hidup yang manusia miliki. Bahkan Alkitab berkata bagi orang-orang percaya, kita bukan saja dikaruniakan untuk percaya, tetapi juga untuk menderita di dalam Dia (Filipi 1:29). Oleh karena itu Paulus memunculkan tips; pertama, bersiaplah seperti prajurit dan kedua, bergantunglah kepada atasan yaitu: Tuhan. Apakah kita mempunyai sikap seperti prajurit saat kesulitan hidup menghadang? Tuhan Yesus memberkati. Amin (N.Z)


Sunday, October 20, 2013

Keadilan yang Menyelamatkan

(1 Yohanes 1:5-10)

Surat-surat Yohanes khususnya 1 Yohanes, adalah surat yang bertujuan menasehati jemaat Kristen mula-mula untuk melindungi  jemaat dari pengaruh aliran Gnostik. Penulis surat ini mendorong jemaat untuk tetap teguh berpegang pada kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang telah menjadi manusia dan telah menumpahkan darahNya untuk menyucikan manusia dari dosa. Selain itu, penulis juga mendorong jemaat agar hidup dalam kebenaran. Namun jika ternyata mereka berbuat dosa dan mengakuinya, maka Allah yang setia dan adil akan mengampuni mereka. Keadilan Allah dalam surat Yohanes ini berkaitan erat dengan pengampunan dan pembenaran, bukan penghukuman, karena Allah sendiri telah menanggung hukuman tersebut dalam diri Yesus Kristus. Ketika manusia yang berdosa mau datang kepadaNya, Allah yang adil itu mengampuni, menyelamatkan. Injil dan surat-surat Yohanes yang sangat menonjolkan kasih Allah, tidak bungkam mengenai keadilan Allah tetapi justru memperjelas hubungan antara kasih dan keadilan Allah.


Keadilan sering dikaitkan dengan kondisi sama rata-sama rasa, atau berkaitan dengan dijatuhkannya hukuman kepada yang bersalah dan kebebasan bagi yang benar. Ketika hukuman tidak dijatuhkan kepada yang bersalah, maka pengadilan disebut pengadilan yang tidak adil, atau pengadilann yang kehilangan keadilan. Namun penulis 1 Yohanes ini memberikan pemahaman tentang keadilan Allah berbeda dengan keadilan yang dipahami manusia pada umumnya. Dalam ayat 9, keadilan Allah justru dikaitkan dengan pengampunan, bukan hukuman. Apakah dengan tidak menghukum pendosa maka keadilan Allah berubah menjadi ketidakadilan? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena Allah yang adil telah menjatuhkan hukuman. Namun hukuman atas pendosa diterima/ditanggung oleh Kristus, Anak Allah. Dengan demikian, setiap pendosa yang menerima Kristus dan mengakui dosanya, ia tidak perlu menanggung hukuman dosanya. Inilah keadilan Allah yang sengaja mau mengasihi manusia dan memberi pengampunan sempurna. Amin (almanak sinode)

Sunday, October 13, 2013

Kesusahan melahirkan Berkat

Mazmur 126:1-6

     Tidak ada kamus kebetulan dalam kehidupan orang percaya. Semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, berada dalam pengawasan dan kendali Tuhan. Hal inilah yang dipegang oleh pemazmur melalui pasal 126 ini.  Latar belakang dari pasal ini adalah situasi sulit yang terjadi di tengah-tengah umat Tuhan, karena datangnya segerombolan tentara musuh, yang menyapu bersih segala hasil ladang yang siap dituai. Akibatnya, umat Tuhan mengalami kebangkrutan yang luar biasa. Meski demikian, mereka percaya bahwa semua itu tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena seijin Tuhan. Olehnya mereka menerima semuanya itu dengan sikap yang positif. Bagaiamana sikap umat Tuhan menghadapi situasi yang berat ini?

1. Umat Tuhan tetap bersemangat (ay. 1-3)
Mereka percaya bahwa selalu ada tujuan dibalik semua peristiwa yang diijinkan Tuhan datang kepada mereka. Tidak mungkin Tuhan membiarkan sebuah peristiwa terjadi dalam kehidupan anak-anakNya tanpa mempunyai tujuan yang pasti. Dan tujuan Tuhan adalah, untuk membuat hidup umatNya menjadi lebih baik, dari sebelumnya. Karena itu mereka tetap bersemangat walaupun dalam hidup yang susah.
2. Umat Tuhan tetap berdoa (ay. 3).
Apa yang dilakukan oleh orang Israel ketika menghadapi kenyataan bahwa hasil ladangnya habis dirampas adalah,  mereka berdoa. Mereka percaya bahwa jika Tuhan mengijinkan semuanya itu terjadi, Tuhan juga pasti sanggup memulihkkannya. Doa-doa inilah yang menguatkan mereka menjalani hidupnya, meskipun di tengah situasi yang sulit.
3. Umat Tuhan tetap  bersyukur (5-6).
Cara kita melihat sebuah masalah, sangat mempengaruhi bagaimana kita akan menghadapi masalah itu sendiri. Jangan salah, bahwa segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini selalu mempunyai dua sisi, yakni sisi positif dan sisi negatif. Demikianpun dengan kesusahan hidup, ia dapat dihadapi dengan dua sisi, yakni sisi positif dengan bersyukur atau negatif dengan mengeluh. Tuhan meminta supaya kita bersyukur dalam segala sesuatu (I Tes. 5:18). Itulah sebabnya Pemazmur mengajak kita untuk melihat kesusahan dengan bersyukur, karena apapun yang kita alami hari ini, pada akhirnya akan berujung pada berkat-berkat Tuhan.
 

Tidak ada orang yang senang menjalani hidup yang susah, tetapi juga tidak ada orang yang dapat menolak ketika semuanya itu datang. Hal yang terbaik bagi kita bukanlah menghindari dan menolak kesusahan, melainkan menghadapinya dengan cara yang benar. Sebab dengan cara yang benar, semuanya menjadi ringan, dan yang lebih penting lagi, kita pasti akan menikmati berkat-berkat dari setiap kesusahan tersebut. Oleh sebab itu, jangan pernah menyerah, dan maju terus dalam Tuhan. Amin. (oleh: Pdt. Markus Suyadi M, Th)

Sunday, October 6, 2013

Kutahu Artinya: Mengapa Kumenderita

Yakobus  1:2-4

Kenapa Tuhan memberikan kesengsaraan? Allah memakai kesulitan untuk menunjukkan adanya kebutuhan kita untuk bertumbuh. Kita segera melipatkan tangan, membentangkan tangan kita di hadapan Tuhan sambil memohon agar Dia mengubah kita semakin meneladani Anak-Nya. Maka dalam pengertian ini, Tuhan memakai penderitaan agar kita bertumbuh. Sebuah contoh: Saudara tahu ngengat? Waktu kita melihat ngengat dari kepompong, kepompong ini bisa bergoyang karena ada perjuangan dari ulat untuk melepaskan dirinya dari kulit kepompong. Tetapi kerap kali beberapa orang yang melihat kepompong ini sedang berjuang keras, kemudian orang ini merasa kasihan karena ia berpikir sepertinya susah ngengat ini melepaskan dirinya, maka orang ini mengambil gunting dan memotong kulit kepompong ini dan ngengat ini segera keluar. Tetapi  waktu keluar yang nampak adalah sayap yang mengerut dan mengering, dan sayap ngengat itu tampak lemah. Beberapa saat kemudian ngengat itu mengalami frustasi, dan ajalnya segera tiba. Padahal seharusnya ia adalah mahluk ciptaan yang begitu indah.
Satu hal yang tidak disadari orang adalah perjuangan untuk keluar dari kepompong ini adalah bagian yang esensial untuk mengembangkan sistem otot si ngengat. Supaya pada waktu ia berjuang untuk keluar, tubuhnya akan mengeluarkan cairan atau keringat untuk membasahi sayapnya dan pada waktu ia menembus kepompong ini, maka sayap itu bisa dikembangkan dan ia siap untuk terbang. Namun dalam cerita ini, ketidakbijaksanaan yang memberikan jalan pintas bagi si ngengat, telah melumpuhkan dan menciptakan masalah bagi kehidupan yang harus ia perjuangkan sendiri.
Saudara, seringkali kita juga meminta kepada Tuhan di dalam kehidupan kerohanian kita, supaya Tuhan menggunting kulit kepompong penderitaan kita. Tetapi saudara, hikmat dan kasih Allah lebih besar dari apa yang kita lakukan bagi diri kita sendiri. Allah tidak akan pernah menyingkirkan penderitaan. Allah justru memberikan penderitaan, sampai kita dapat mempelajari manfaat dari penderitaan itu, dan bertumbuh dalam cara apapun yang Allah inginkan di dalam kehidupan kita. Semakin kita berteriak, maka engkau makin menderita. Namun semakin kita menikmati perjuangan itu merupakan suatu hal yang baik. Maka Paulus mengatakan “hai orang Kristen, hai orang beriman kita seharusnya bersorak di tengah-tengah berbagai ujian karena kita mendapatkan manfaat sebagai suatu hasilnya.”
Orang tua, guru dan gereja yang baik selalu mempersiapkan seluruh jemaatnya untuk mengerti perjuangan dan menikmati penderitaan. Sebagai orang Kristen kita tahu waktu kita menghadapi penderitaan, kepahitan, ketidakadilan dan sebagainya, kita bukan memikirkan permasalahan itu sampai di sana. Justru kita sebagai orang Kristen harus berpikir jauh, melihat hasil akhir dari penderitaan itu, yaitu perkembangan karakter yang membuat saudara bertumbuh, bergembira waktu kita mengalami suatu kepahitan, dimana saudara dibukakan untuk mengerti, Dia yang meminta kita untuk bersukacita karena kita percaya bahwa Dia berkuasa atas keadaan-keadaan yang kita hadapi dan Dia bekerja melalui semua itu untuk kebaikan kita. Tidak ada suatu hal dalam bertumbuh tanpa proses. Amin

Sunday, September 29, 2013

Adil itu Memulihkan

Nats: Filemon 1:4-22

Surat Filemon ditulis oleh Rasul Paulus dengan maksud untuk meminta Filemon mengampuni Onesimus dan menerimanya kembali untuk bekerja di rumahnya. Dalam kisah ini ada tiga orang tokoh utama, yaitu Rasul Paulus (yang saat itu berada dalam penjara), Filemon (orang Frigia yang menjadi Kristen karena penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus), dan Onesimus (budak Filemon yang melarikan diri karena telah melakukan kejahatan terhadap Filemon, kemungkinan besar ia telah mencuri sesuatu dari rumah Filemon).
Permintaan Rasul Paulus ini merupakan permintaan yang tidak masuk akal dan sulit dipenuhi.  Onesimus adalah budak Filemon. Jika Filemon sampai menerima Onesimus kembali maka bisa saja Onesimus malah bersikap makin menjadi-jadi; nglunjak dalam bahasa Jawa.  Tetapi lebih daripada itu, Onesimus telah berbuat jahat terhadap Filemon.  Ia telah melakukan tindak kriminal yang merugikan dan menyakiti Filemon. Oleh karena itu sangat tidak masuk akal jika Filemon diminta untuk mengampuni dan menerima Onesimus kembali.  Dilihat dari hukum keadilan, maka Onesimus sudah seharusnya dihukum setimpal dengan perbuatan jahatnya.  Mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Namun menarik untuk memperhatikan bahwa hukum keadilan yang diberlakukan oleh Rasul Paulus bukanlah keadilan retributif atau punitif (keadilan yang membalas atau yang menghukum), melainkan keadilan restoratif (keadilan yang memulihkan).  Keadilan semacam ini memang sulit dilakukan, tapi Rasul Paulus telah memberikan contoh bahwa keadilan semacam ini bisa dilakukan. 
Inilah kunci utama untuk memberlakukan keadilan yang memulihkan, yaitu dengan menghargai orang lain setinggi-tingginya, tidak peduli betapapun ia telah menyakiti diri kita, sambil merendahkan diri kita sendiri serendah-rendahnya. Pusat perhatian dalam keadilan semacam ini bukanlah untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, serta hukuman apa yang harus dijatuhkan pada yang salah, yang setimpal dengan kejahatannya.  Pusat perhatian dalam keadilan yang memulihkan adalah untuk mencari cara agar hubungan yang telah rusak sebagai akibat sebuah tindak kejahatan bisa dipulihkan kembali.  Bahwa pihak yang berbuat salah kemudian melakukan penebusan (sebagaimana Onesimus bersedia untuk kembali lagi menjadi budak Filemon), itu adalah akibat dari keadilan yang memulihkan, bukan penyebabnya.