Sunday, April 28, 2013

The Art of War

(1 Petrus 5:8-11)
        
Kehidupan kerohanian adalah sebuah perjuangan. Perjuangan tersebut adalah sebagai bentuk tanggungjawab moral dan etika atas anugrah dan karunia Tuhan yang sudah diberikannya kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Penting sekali bagi anak-anak   Tuhan untuk memahami dan menguasai cara berjuang secara rohani. Firman Tuhan mengingatkan  bahwa lawan kita adalah roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Ciri musuh adalah bukan musuh yang dapat dilihat secara kasat mata, tetapi musuh yang tak kelihatan namun kuasanya membawa kita kepada maut. Jika tidak waspada, maka kuasa musuh        tersebut merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan.
Rasul Petrus mengingatkan para penatua diantara orang-orang Kristen yang  tersebar dibeberapa tempat pada saat itu agar mereka waspada: sadar dan berjaga-jaga terhadapt si iblis. Rasul Petrus mengidentifikasi bentuk, gaya, sifat dan prilaku iblis adalah seperti seekor singa berjalan berkeliling dan mengaum serta mencari orang yang dapat ditelannya. Petrus mengingatkan  bahwa Iblis itu adalah ibarat Singa; sangat    ganas, galak dan lincah, dan kemungkinan sedang lapar maka hanya satu tujuannya mendapatkan makanan.
Musuh utama orang percaya adalah iblis dan kuasa serta pengaruhnya. Oleh  karena itu milikilah keahlian untuk berperang melawan si iblis. Amin. Tuhan memberkati.


Sunday, April 21, 2013

Kepada Siapa Kita Mengabdi

(Yosua 24:14-17)

Percaya kepada Tuhan seisi keluarga merupakan hal yang penting Di dalam dunia modern ini nilai kekeluargaaan menjadi hambar. Gereja zaman ini kurang menekankan kepercayaan seluruh keluarga. Padahal Firman Tuhan ikut konsen pada keimanan seisi keluarga, contoh: Zakeus: “Keselamatan datang kepada keluargamu.” Juga Kornelius dan Lidia. Di dalam Yosua mencatat kepercayaan seluruh umat. Ini juga merupakan nasihat bagi kita semua. Di dalam pasal ini saya mlihat beberapa poin:
1. Yosua ingin mengajarkan kebenaran. Pasal 23 Yosua mengumpulkan Israel dan menceritakan bagaimana perbuatan Allah. Dia menceritakan tentang anugerah Tuhan di antara mereka karena mereka masuk ke Kanaan bukan karena pedang atau kebisaan mereka. Kota-kota tersebut juga bukan dibangun oleh mereka. Pohon-pohon anggur juga tidak ditanami mereka, tetapi anugerah Allah. Yosua mengajarkan kebenaran ini. Oleh karena itu kita juga mengajarkan ini kepada keluarga kita.
2. Yosua menguatkan hati umat Israel. Penyembahan berhala masih eksis di tengah Israel. Dari Yakub sampai zaman Israel terdapat banyak penyembahan berhala. Tempat Yosua berdiri adalah tempat di mana penyembahan berhala berdiri. Dia menyerukan agar penyembahan berhala betul-betul ditumpas. Artinya ia menginginkan mereka dengan sepenuh hati mengikut Tuhan. Ini sangat penting agar rohani dapat bertumbuh dan diberkati.
3. Yosua dan keluarga memutuskan untuk mengikuti Tuhan. Mereka yang memiliki kerohanian yang bagus pasti melayani Tuhan dengan seluruh keluarga. Tanggung jawab keluarga adalah mengajar seluruh anggota keluarga melayani. Keluarga akan diberkati dan gereja akan bertumbuh.
 Ada tiga hal penting yang menjadi tantangan diberikan kepada Israel oleh Yosua.
a. Pilihan untuk kembali kepada Tuhan atau tidak
b. Membuang ilah-ilah leluhur
c. Bagaimana mereka bisa takut dan melayani Tuhan di dalam kesetiaan.
Kiranya Tuhan menyertai kita semua untuk melewati tantangan-tantangan  kepada siapa kita mengabdi, sehingga kita dapat disebut orang – orang pilihan Tuhan. Amin

Sunday, April 14, 2013

Saat Badai Hidup Menerpa


(Mazmur 3:1-9)

Sebuah syair lagu demikian: “Inilah hari terindah, hari pernikahan kedua insan…..Mereka telah disatukan dalam ikatan cinta….Untuk setia sampai selamanya….Inilah janji mereka, janji pernikahan kedua insan…Mereka telah mengingkrarkan, janji yang telah diucapkan... Untuk setia sampai selamanya.”
Normalnya kehidupan berkeluarga adalah apabila suami istri saling mendukung menghadapi sukacita dan demikian juga saat menghadapi dukacita. Suami istri saling menguatkan saat menghadapi masa-masa tawa dan bahagia, demikian juga saat menghadapi masa-masa meneteskan air mata dan kesulitan. Bahkan dalam segala hal, tetap setia sampai selamanya, seperti syair pujian di atas.
Pada realitanya, keluarga tidak hanya menghadapi masa-masa suka, tawa, gembira dan bahagia, tetapi kebanyakan menghadapi masa-masa sulit, air mata, sengsara, penuh pergumulan dsb. Disaat inilah tidak sedikit keluarga mulai goyah, keharmonisan keluarga mulai terganggu, iman mulai beralih pada iman yang tidak menyelamatkan. Padahal, keluarga dihadirkan oleh Tuhan di dunia ini supaya dapat bertumbuh dalam iman untuk Tuhan Yesus. Semua pribadi-pribadi dalam sebuah keluarga harus mampu mencerminkan nilai-nilai iman yang berkualitas. Apa jadinya jika tujuan Tuhan dalam keluarga kita tidak bisa kita amalkan dan kita laksanakan?
Dalam Mazmur 3:1-9 kita belajar tentang Daud sosok teladan melewati masa-masa sulit dalam hidupnya. Hampir seluruh ayatdalam Mazmur 3 ini Daud menunjukkan bahwa Tuhan satu-satunya pusat pegangannya, pusat pertolongannya, pusat pengaduaannya dan pusat penyembahannya. Hatinya tidak pernah untuk yang lain sekalipun dalam ayat 3 ada godaan iman, tetapi Daud selalu menjalani hidupnya yang penuh kesulitan, kesusahan dan pergumulan itu bersama Tuhan.
Saatnya bagi kita semua belajar bersama-sama tentang takut kepada Tuhan disaat kesulitan datang, masalah menghadang kita, badai hidup menerpa kita. Tuhan kiranya memampukan kita untuk melewati masa-masa yang tidak mengenakkan itu dan apabila kita tetap memandangnya, maka Tuhan  menyertai kita selalu. Tuhan hanya sejauh doa. Amin

Sunday, April 7, 2013

Kebangkitan Kristus Memperkuat Kekeluargaan

(Yohanes 21:1-14)


E
ra Globalisasi telah menyebarkan sistem kehidupan yang    liberalisasi di tengah-tengah masyarakat. Liberalisasi mengusung kebebasan individual dan mengedepankan serta menonjolkan kehebatan diri sendiri. Pengagungan pada skil serta kehebatan kreatifitas perorangan adalah salah satu ciri sistem liberal. Tidak    perlu membutuhkan banyak orang, banyak tenaga dan banyak    waktu. Semua berlomba-lomba pada cara kerja dan cara hidup yang serba cepat, mudah, dan instan. Hal ini menimbulkan cara hidup yang mengesampingkan cara kehidupan komunal, tetapi berusaha sedemikian rupa untuk menutup diri dan tidak mau tahu tentang kehidupan secara bersama-sama. Tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan cara hidup bersama-sama, cara hidup yang bercirikan kegotongroyongan, cara hidup yang bersifat kekeluargaan. Sistem kekeluargaan sangat mengedepankan kebersamaan, kepedulian yang khas terhadap sesama, perhatian kepada orang lain dsb.
Gereja tidak bisa keluar dari sebuah system kekeluargaan kerena gereja adalah  persekutuan bahkan Yesus mengatakan sebagai tubuh Kristus. Keharmonisan, kebersamaan, kesatuan hati, saling mempedulikan, saling mendokan adalah ciri gereja yang harus terus    ditumbuh suburkan. Namun pada kenyataannya pengaruh modernisasi, serta perlakuan etis terhadap modernisasi tersebut telah mengikis perlahan-lahan kehidupan yang bersifat kekeluargaan. Semangat kebersamaan berangsur-angsur pudar dan punah. Kepedulian       terhadap sesama terlalu sedikit diamalkan.
Oleh karena itu, pengaruh kebangkitan Yesus Kristus mempertegas serta memperkuat kembali kehidupan yang bersifat kekeluragaan. Penampakan diri Yesus kepada murid-muridNya mengajak para murid kembali untuk bersatu dalam sebuah keakraban seperti satu keluarga. Kerjasama dan saling peduli ditekankan oleh Yesus, bahkan ketika Yesus misalnya dalam Yoh. 21:9-12 telah meneladankan sebuah kehangatan relasi antara satu dengan yang lain. Hendaklah pengaruh kebangkitan Kristrus tahun 2013 ini membangkitkan kita kembali untuk memperlakukan satu dengan yang lain seperti keluarga. Tuhan memberkati. Amin