Wednesday, December 24, 2014

Tuhan Turun dari Kemuliaan-NYA: Mengangkat Manusia Hina Menjadi Mulia

(Lukas 2:8-20)

Berita sukacita Natal bergema: “Jangan takut… Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11).  Berita itu menggema di tengah malam kepada para gembala yang sedang menjaga ternak mereka di padang.  Para gembala dalam sistem sosial pada masa itu adalah orang-orang yang menduduki kasta terendah, termarjinalkan, tak berdaya, dan tidak dianggap.  Orang-orang seperti itu sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan, dipandang sebelah mata, dan kurang dihargai.  Namun berita natal, pertama kali bergema kepada mereka. Itu pertanda bahwa Allah peduli; Ia mengasihi semua manusia tanpa perbedaan kelas sosial; kelahiran Kristus adalah tindakan Allah mengangkat manusia hina menjadi mulia.
Manusia pertama, Adam, diciptakan dalam keadaan mulia dan ditempatkan di taman Eden namun telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23).  Status semua manusia dihadapan Allah adalah sama, yaitu manusia berdosa (Roma 5:12).  Kemalangan yang paling hina dalam hidup manusia adalah dosanya. Oleh karena itulah, Kristus yang mulia rela menjadi hina, lahir di kandang dan tempat tidurnya palungan domba; Ia yang terkaya rela menjadi yang termiskin di dunia demi mengangkat manusia hina menjadi mulia (2 Korintus 8:9).
Dosa adalah pemberontakan kepada Allah.  Pemberontakan merupakan ketidaktaatan melakukan firman Allah.  Namun berita sukacita Natal adalah parade ketaatan:
1.       Yesus Kristus taat kepada Bapa-Nya.  Ia rela menjelma menjadi manusia, dan lahir kedunia melalui keluarga yang sangat sederhana, Maria dan Yusuf. Ketaatan Yesus, bukan hanya terlahir ditempat yang hina dina, Ia taat hingga rela mati di kayu salib (Filipi 2:8).
2.       Maria dan Yusuf taat menerima kehendak Allah.  Maria rela mengandung bayi inkarnasi Kristus, meskipun pada waktu itu ia belum bersuami (Lukas 1:26-38).  Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya, dan tidak bersetubuh dengannya sampai bayi Yesus lahir (Matius 1:18-25).
3.       Malaikat taat membawa pesan Allah kepada Maria bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus; pesan kepada Yusuf agar jangan takut memperistri Maria; dan pesan kepada para gembala bahwa pada malam itu telah lahir Juruselamat di Betlehem (Lukas 2:9-11).
4.       Para gembala taat dengan pesan yang mereka terima (Lukas 2:15).  “Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring dalam palungan” (Lukas 2:16).  “Cepat-cepat” berarti segera, tidak menunda-nunda.  Para gembala melihat mujizat dan karya agung Allah ketika mereka merespon dengan penuh ketaatan.
Peristiwa malam Natal penuh dengan kesederhanaan, namun megah makna.  Tidak ada pesta dan dekorasi Natal, hanya bintang kerlap-kerlip di langit, namun membuat hati manusia menjadi ceria.  Pada malam Natal itu, lahir Yesus Kristus, Juruselamat dunia.  Ia yang mahamulia rela menjadi sengsara-hina, supaya manusia yang hina-berdosa menjadi hidup mulia.  Begitu besar kasih Allah, kalau bukan dengan ketaatan, dengan apakah kita dapat merespon-mensyukurinya? 
#Pdt. Sahat Sinaga

Sunday, December 21, 2014

Ketakutan Memberi Pengharapan
(Lukas 2:8-11)


Berita yang disampaikan  malaikat kepada para gembala sebagai kesukaan  besar untuk seluruh bangsa. Tentu karena malaikat itu memberitakan kelahiran sang Juruslamat. Malaikat itu bahkan memberikan tanda-tanda khusus yang  mudah dipahami oleh para gembala seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan dan penglihatan berupa bala tentara sorga yang memuji Tuhan. Sungguh sebuah anugerah besar bagi para gembala yang sederhana ini karena mereka mempunyai pengharapan ditengah-tengah ketakutan yang  mereka alami, ada keyakinan bahwa berita Sang     Juruslamat telah lahir.

       Sukacita besar dan keyakinan  yang mantap itulah yang membuat para gembala segera berangkat dan tidak takut untuk  menenemui Sang Juruslamat. Tuhanpun memakai mereka untuk memberi kesaksian mengenai kelahiran juruslamat yang bergema, mula-mula kepada Maria dan Yusuf lalu kepada orang-orang  yang mendengarkkan puji-pujian yang mereka kumandangkan untuk memuliakan Allah. 

       Tuhanpun mau memakai kita seperti gembala, kalau kita yakin bahwa Juruslamat itu sudah lahir di hati kita dan tidak ada ketakutan dalam diri kita lagi untuk menjalani hidup ini karena pengharapan sebagai orang beriman bahwa Sang Juruslamat itu sudah ada di dalam kita. Amin


Sunday, December 14, 2014

Melihat Kesucian Allah dalam Hal yang Biasa

(Lukas 1:46-55)


Saudara-saudara ! Kita sadar bahwa kita ini orang-orang berdosa. Akibatnya kita adalah orang-orang yang harus terbuang dalam penghukuman kekal. Tetapi Allah itu baik, Ia maha kasih sehingga tidak membiarkan umatNya terbuang. Untuk itu Ia mengutus anakNya turun ke bumi.
Apakah tujuanNya  untuk menjalin kembali hubungan kita dengan Sang Khalik. Karena itu Ia mengambil langkah dengan jalan muengutus PutraNya melalui bunda Maria.
Untuk menghadirkan Yesus perlu perjuangan dan pengorbanan. Maria yang masih gadis harus mengandung bayi Yesus, padahal ia sedang bertunangan dengan Yusuf. Yesus sendiri sengaja menanggalkan ke IllahianNya dan meninggalkan kemuliaanNya menjadi manusia seperti kita. Ia rela tercemar namun tidak kehilangan total kesucianNya. Semua dijalani dengan penuh ucap syukur, demi terwujud misi keselamatan bagi kita manusia.
Ia tidak melakukan sendiri. Ia mempercayakan misi ini kepada kita-kita yang mengaku pengikut Kristus, murid-murid yang taat dan setia, seperti halnya Maria dipakai untuk menghadirkan Sang Mesias.
Jangan kita berkata tidak bisa, tidak mampu, tidak layak. Tapi mari kita katakan kami mau. Tuhan melengkapi dan memampukan. Ada 3 fungsi gereja yang adalah tugas panggilan kita : Marturia (bersaksi), koinonia (bersekutu) dan diakonia (pelayanan social). Dimana Tuhan memanggil, memberi talenta pada kita, mari kita kerjakan dengan setia. Tuhan memberkati (Pdt. Em. P. Bambang S.)



Sunday, December 7, 2014

Kasih Allah: Kasih yang Mencari

(Kejadian 3:1-19)


Setelah manusia pertama Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, maka saat itu juga Allah berurusan dengan manusia yang telah melanggar perintah-Nya. Yang pertama Ia lakukan adalah datang dan berjalan ke dalam taman pada waktu hari sejuk (ay. 8). Yang kedua Ia lakukan adalah memanggil dan bertanya kepada manusia :”dimanakah engkau?” (ay. 9).

Dari ay. 8 dan ay. 9 terlihat jelas kalimat yang me-nunjukkan bahwa Allah berinisiatif memulai membuka komunikasi dengan manusia sekalipun manusia telah melanggar perintahNya  (perhatikan kalimat : … datang dan berjalan ke dalam taman… dan … memanggil dan bertanya kepada manusia :”dimanakah engkau?”). Kalimat-kalimat tersebut adalah bukti kuat bahwa Allah meluangkan waktu untuk mencurahkan kasihNya dengan mencari sekalipun yang dicari itu adalah pribadi yang telah menyakiti hati Tuhan dan melanggar perintah-Nya.

Kasih Allah yang seperti ini adalah kasih yang menyelamatkan. Dapat dipastikan bahwa ma-nusia pertama tak akan mungkin membuat laporan dan pertanggungjawanan atas kesalahan dan dosa yang mereka lakukan. Maka selama manusia terus menyembunyikan dosa itu, maka dapat dipastikan bahwa selama itu juga pengampunan dan keselamatan tidak akan terulur atas mereka.

Sebaliknya dosa yang mereka sembunyikan itu membuat mereka menjadi takut, saling menyalahkan, dan terjadi kekacauan dalam diri mereka sendiri.
Kita patut bersyukur karena Allah memprakarsai sendiri pengampunan dan keselamatan atas hidup kita. Rayakan dengan penuh tanggungjawab atas keselamatan yang sudah dan sedang kita nikmati. Amin


Sunday, November 23, 2014

Satu Banding Sembilan Puluh Sembilan

(Lukas 15:1-7)


Pada waktu Yesus hidup/hadir di dunia, orang-orang Yahudi sudah memiliki keyakinan yang kuat terhadap taurat Musa. Taurat adalah diyakini sebagi Firman Allah yang terakhir yang harus dijalankan dengan displin dan ketat.
Waktu itu orang Farisi dan ahli taurat melihat Yesus makan bersama dengan orang berdosa atau orang yang tidak melaksanakan Taurat. Yesus bisa membaca hati mereka lalu mengatakan (Lukas 15:3-7). Disini kita melihat beberapa kebenaran:
Semua Orang Berharga di Mata Tuhan
Sejak kita masih dalam kandungan ibu kita bahkan sampai kita tua renta dan tak berdaya, kita tetap berharga di mata Tuhan. Tuhan tidak memandang ras, suku, golongan, tingkat sosial, pendidikan. Semua berharga di mata Tuhan. Bahkan orang gilapun tak luput dari perhatian Yesus, karena mereka berharga di mata Tuhan.
Tuhan Mengasihiu Yang Tersesat
Itulah sebabnya Ia tinggalkan yang 99 dan mencari satu yang hilang. Artinya Tuhan ingin menyelamatkan yang tersesat atau yang hilang. Karena itu Ia rela dikritik, diejek oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ketika Ia makan dengan kaum papa dan terbuang. Orang-orang semacam itulah yang patut dikasihi dan dihormati.
Kita Harus Memberi Teladan Bagi Orang Lain
I Timotius 4:12, Rasul Paulus menasehati kita agar kita menjadi teladan dalam: Perkataan, tingkah laku, dan teladan dalam kasih. Kasih yang dimaksud adalah kasih yang dimiliki Kristus, yaitu seperti:
(a). Kasih yang berkorban (b). Kasih yang tak pandang bulu (c). Menjadi teladan dalam kesetiaan sampai Tuhan panggil kita (d). Teladan dalam kesucian; menjaga hidup kita agar tak tercemar oleh hawa nafsu penyembahan pada ilah-ilah modern.
Tuhan memberkati kita. Amin (Ibu Wiwin)


Sunday, November 16, 2014

Persiapan Hati Menjelang Natal

(Matius 3:2)

Ada sesuatu yang lebih penting untuk kita persiapkan menjelang perayaan kelahiran Yesus. Yohanes Pembaptis ditugaskan untuk mempersiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan turun ke bumi untuk melakukan pelayanan dan misi penyelamatan. Yohanes berseru:"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Dan Matius mencatat bahwa "Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi   Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."(ay 3). Apa yang dikatakan Matius adalah mengingatkan kembali tentang nubuat nabi Yesaya sekian ratus tahun sebelumnya. "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40:4). Nubuat ini kemudian kembali diulang oleh Maleakhi."Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1).
Apa sebenarnya yang harus dipersiapkan? Melanjutkan ayat dalam Yesaya di atas, kita bisa melihat pesan Tuhan mengenai apa yang harus kita persiapkan. "Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yesaya 40:4-5). Kita harus mempersiapkan diri kita, terlebih hati kita menjelang memperingati kelahiran Kristus di bulan ini.
Yohanes mempersiapkan jalan bagi Sang Penebus dengan menyerukan pesan penting mengenai pertobatan. (Lukas 3:3). Ini adalah sebuah persiapan yang seharusnya lebih kita pentingkan lebih dari segala yang lain di bulan ini. Adalah sangat penting bagi kita untuk memasuki Natal dengan sebentuk hati yang suci. Meratakan hati kita dari berbagai timbunan dosa adalah persiapan terbaik untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam hati kita. Untuk melakukannya, kita perlu mengakui segala dosa dan ke-salahan kita, berpaling dari itu semua dan memperbaharui atau meningkatkan hubungan kita dengan  Tuhan dengan lebih baik lagi. Dengan melakukan itu semua, maka kita pun akan mampu merayakan Natal dengan damai dan sukacita yang sejati. Tuhan begitu mengasihi kita dengan menganugerahkan Yesus Kristus untuk menebus segala dosa kita. Mari kita persiapkan hati kita sebaik-baiknya menjelang perayaan Natal tahun ini, mari kita renungkan segala kebaikanNya, mengucap syukur dan berterimakasih atas semua anugerahNya. Lebih dari persiapan-persiapan pesta dan sebagainya, mempersiapkan hati kita dengan sepenuhnya untuk menerima Kristus hadir di dalamnya akan jauh lebih bermanfaat dalam menyambut Natal.

Sunday, November 9, 2014

Merajut Kasih yang Terkoyak

(Lukas 15:11-24)

Perumpamaan anak yang hilang menekankan kasih Allah sangat besar dan sukacita ketika seorang berdosa bertobat. Allah menerima kembali orang berdosa yang datang untuk memohon       ampun kepada Tuhan.
Kasih Allah bukanlah kasih yang lembek, yang mengabaikan kekudusan dan kompromi dengan kenajisan. Tetapi Allah tetap      membenci dan menghukum segala      perilaku dosa, namun Ia tetap  membuka cinta dan pengampunan kepada orang yang berbalik dari segala kejahatan.
Orang yang mengalami kasih Allah yang kudus dan adil akan menyadari          anugerah Tuhan yang luar biasa dalam suatu pertobatan dan hidup baru yang sungguh-sungguh. Dosa terjadi ketika manusia menggeser Allah dari hatinya yang berakibatkan kehancuran dirinya sendiri.
Anak bungsu menggambarkan orang berdosa. Dosa memang mula-mula     menawan/menjanjikan dan bahkan memberikan kesenangan tetapi pada akhirnya pasti membawa penderitaan dan kehinaan. Apakah kita adalah orang yang berdosa yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus? Bagaimana cara kita  merajut kasih yang terkoyak itu, karena terpisah dangan Allah? Allah adalah maha pengampun dan pengasih kepada orang yang hidup dan mau bertobat di hadapan-Nya, yang mau hidup sesuai kehendak-Nya. Hanya  ada satu cara yaitu kita datang kepada yang  empunya kasih itu Tuhan Yesus Kristus yang telah menyelesaikan-Nya untuk kita yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Tuhan berkati. Amin    


Sunday, November 2, 2014

Dosa Sang Penghancur Sendi Keintiman Dengan Tuhan

(Yesaya 59:1-8)

       Mengapakah kejahatan di bumi ini semakin hari semakin meningkat? Pembunuhan terjadi dimana-mana...!!! Pencurian semakin banyak...!!! Penipuan semakin meraja-lela…!!! Banyak orang yang tidak takut untuk melakukan kekerasan, pemerasan, perzinahan dan pemerkosaan, dan jenis kejahatan lainnya, sepertinya hal tersebut adalah menjadi hobi dan gaya hidup. Benar sekali yang dikatakan dalam sepotong syair lagu demikian : “Jaman seiki, jaman edan”.
Nabi Yesaya dalam pelayanannya pada jaman dahulu, dia menghadapi kondisi dan situasi masyarakat yang tidak bermoral, mereka meremehkan nilai-nilai etika, menginjak-injak harkat dan martabat orang lain, perbuatan jahat dipraktekkan di mana-mana. Takut kepada Tuhan diabaikan, tetapi mereka mengandalkan kekuasaan dan kekuatan mereka sendiri (baca Yesaya 59:1-8). Sungguh suatu jaman yang tidak ada kedamaian tetapi menakutkan….sungguh benar-benar “zaman edan”
Tidak jauh berbeda situasi pada jaman Nabi Yesaya dengan jaman sekarang ini. “Zaman edan” juga hidup bahkan merasuki dan berdiam di tengah-tengah komunitas orang-orang Kristen. Pertengkaran, perpecahan, bahkan kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri tidak lagi memiliki tempat di hati para pengikut-Nya. Dendam, sakit hati, sulit mengampuni, kemunafikan, kebencian semakin hari semakin dipelihara dan dibiarkan tumbuh di antara satu dengan yang lain.
Sangat luar biasa kekuatan dosa…!!! Dosa terus menerobos jaman demi jaman tanpa kenal lelah. Dosa terus bekerja untuk menghancurkan dan merusak tatanan masyarakat dan terlebih tatanan kerohanian manusia. Keintiman dengan Tuhan menjadi rusak !!! Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan dan kehati-hatian dari semua anak-anak Tuhan. Setiap orang  harus menjaga diri agar tak tergoda dan hanyut dalam kuasa dosa. Mintalah pimpinan Roh Kudus. Amin #NZ


Sunday, October 26, 2014

Sang Debora yang Manis dan Berani

(Gal.4:12-20)

Perempuan adalah pribadi yang tidak diperhitungkan dalam budaya dan tradisi Israel dari masa Perjanjian Lama bahkan sampai masa Perjanjian Baru, sampai Paulus menuliskan dalam I Korintus 14:34 tentang peraturan bagi perempuan dalam rumah ibadah "Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat".
Hal itu juga terlihat dari gaya penulisan Alkitab yang tidak memprioritaskan perempuan dalam penulisannya, Lukas menuliskan Kisah Para Rasul  4:4 "Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki". Markus menulsikan peristiwa mujizat Yesus ketika lima roti dan dua ikan yang mampu mengenyangkan lima ribu orang. Markus 6:44 "Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki". Sesungguhnya yang bertobat dan juga yang ikut makan roti dan ikan yang diberkati oleh Tuhan Yesus lebih dari lima ribu orang, karena terdapat juga perempuan-perempuan dalam kumpulan itu, tetapi mereka tidak disebutkan.
Maka dalam tradisi patriakhal yang begitu kuat, seorang perempuan menjadi pemimpin adalah perkara yang sangat janggal dan aneh bagi mereka. Tetapi Debora menunjukkan kemampuan dan kehormatan seorang perempuan ketika ia menjadi Hakim. Ternyata jauh sebelum R.A. Kartini memperjuangkan harkat dan martabat perempuan di Indonesia, Debora telah melakukan hal yang lebih luar biasa.
Tetapi sekalipun demikian ia tetap menghargai laki-laki sebagai pemimpin dan kepala dari perempuan, terlihat ketika bangsa Israel harus menghadapi Sisera, ia tidak langsung mengambil inisiatif untuk maju sendiri dan merebut kemenangan yang pasti akan menaikan nama dan pamor dari Debora, tetapi ia meminta Barak yang ia anggap mampu memimpin dalam perang untuk maju memimpin bangsa Israel untuk berperang.
Selain mampu menghargai laki-laki, Debora juga adalah seorang perempuan yang berani dan bertanggung jawab atas tugasnya, karena akhirnya Debora sendiri yang turun memimpin perang ketika Barak tidak berani melakukannya.
Jadilah Debora yang manis dalam bersikap dan Berani dalam setiap tindakan serta bertanggung jawab atas setiap tugas sebagai seorang perempuan.  #Pdt. Muria Ali, S.Th.



Sunday, October 19, 2014

“Kebenaran : Otokritik atas kehidupan Bergereja”

(Gal.4:12-20)

Pada tanggal 31 Oktober 1517 Martin Luther mempublikasikan 95 dalil yang berisi mengenai protes ataupun kritiknya terhadap pengajaran dan praktek ke-agamaan gereja Katolik yang dirasakan telah menyimpang dari kebenaran.  Terutama kritik terhadap ajaran Indulgensi yang menyatakan bahwa gereja di beri wewenang oleh Tuhan untuk mengurangi hukuman di dalam api penyucian.  Di tambah lagi pada masa Paus Leo X menjual surat Indulgensi untuk menopang pembangunan Basilika Santo Petrus.  Kritik juga ditujukan kepada gereja Katolik yang melakukan praktek jual beli jabatan rohaniwan.  Dalam proses reformasi tersebut beberapa reformator seperti Jan Hus di hukum mati dan John Wyclif di bakar.  Dari proses reformasi itulah selanjutnya  gereja Katolik terpecah, sebagian mengikuti para reformor dan menjadi gereja-gereja Protestan.  Maka 31 Oktober diperingati sebagai hari Reformasi.
Meskipun resikonya sangat besar namun otokritik (mengkritisi diri) sangat diperlukan agar gereja kembali pada jalan kebenaran Tuhan.  Paulus juga melakukan kritik kepada jemaatnya di Galatia karena mereka terseret dalam arus pengajaran Yudaisme yang kembali menekankan kepada praktek hukum Taurat secara ketat (4:9-11).  Dengan memelihara hari-hari, bulan-bulan dan masa-masa tertentu, juga dengan menekankan pada sunat lahiriah (5:2).  Paulus menegaskan bahwa Kristus sebenarnya telah memerdekakan umatnya (5:1).  Sehingga tidak perlu umat jatuh dalam perhambaan lagi.  Paulus menasehati agar jemaat hidup dalam esensi hukum Taurat, yaitu kasih (5:14). Nampaknya karena kebenaran yang disampaikannya itu maka Paulus di musuhi oleh pihak-pihak jemaat yang berseberangan dengan pandangannya tersebut (4:16).  Padahal sebelumnya hubungan seluruh jemat Galatia dengan Paulus sangat harmonis (4:14).
Bagaimanapun otokritik tetap harus dilakukan agar kehidupan jemaat tetap dalam kebenaran Kristus.  Jangan sampai karena sungkan dan takut terjadi konflik maka tidak berani mengkritisi  ajaran dan praktek gereja yang salah.  Namun seyogyanya otokritik disampaikan dengan cara yang bijaksana sehingga dapat diterima dengan baik esensinya oleh semua pihak tanpa menimbulkan konflik yang destruktif. Bagi yang di kritik perlu mempunyai sikap hati yang terbuka, rendah hati, dan pemikiran yang bening.  Apabila dirasa kritik tersebut dapat dipertanggungjawabkan seturut dengan firman Tuhan maka dengan rendah hati bersedia untuk berubah menjadi lebih baik.
#Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.


Sunday, October 12, 2014

Bekerja Selama Masih Siang

(Yohanes 9:4 & Roma 12:11)

Sebenarnya kehidupan di dunia ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Sama seperti Pengkhotbah pasal 11 merinci sedemikian rupa bahwa segala sesuatu itu ada waktunya. Maka tidak ada satupun yang bebas dari keterbatasan artinya semuanya terbatas.
Yesus berkata: “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang, akan datang malam, dimana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.” (Yohanes 9:4). Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk me-motivasi setiap orang dan terkhusus para murid saat itu supaya selalu siap, giat dan semangat untuk aktif terlibat dalam karya pekerjaan Tuhan. Yesus juga mengingatkan supaya pekerjaan Tuhan tidak boleh ditunda-tunda sebab waktu itu sangat terbatas. Selain dari itu, tak kalah penting bahwa pernyataan Yesus di atas merupakan warning bahwa suatu saat akan ada penghambat dan penghalang bagi setiap aktifitas hidup manusia, termasuk pekerjaan melayani Tuhan.
Di dalam ayat di atas boleh jadi kata “siang” diartikan sebagai bentuk kesediaan waktu yang bisa kita pergunakan untuk beraktifitas. Kemudahan dan kelancaran masih tersedia se-perti; hidup yang masih ada, tenaga yang masih ada, pikiran yang masih cemerlang, kesehatan masih baik dsb. Tetapi sebaliknya, kata “malam” diartikan sebagai bentuk tidak tersedianya waktu yang digunakan untuk beraktifitas. Mungkin saja karna ada hambatan dan penghalang seperti; kesehatan yang kurang baik, daya pikir yang sudah mulai menurun, usia yang semakin bertambah dan belum lagi hambatan-hambatan yang sifatnya eksternal, misalnya; situasi politik dan ekonomi bangsa, ekstrimisme ideologi dalam masyarakat, radikalisme keagamaan dsb.
Hari ini, kita bersyukur karena menyaksikan anak-anak Tuhan yang menyediakan waktu dan hidupnya sebagai alat Tuhan, menyaksikan seluruh jemaat yang kompak mendukung pelayanan Tuhan. Seperti Roma 12:11 berkata: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Amin


Sunday, October 5, 2014

Kesediaan Hati untuk Berubah

(Yohanes 4:1-19)

Pertanyaan sekaligus harapan yang muncul dalam hati bagi banyak orang adalah bagaimana caranya supaya setiap orang harus selalu berubah dari hari ke hari ke arah yang lebih baik. Misalnya; Suami-istri ber-sama-sama bergumul agar mengalami perbaikan-perbaikan dan perubahan-perubahan yang baik dalam hidup berkeluarga, orang tua di rumah bergumul agar anak-anaknya mengalami perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik. guru di sekolah bekerja keras agar anak didiknya mengalami perubahan ke arah yang baik, para tuan dan bos mengharapkan perubahan yang baik bagi kinerja para karyawan/bawahannya, para rohaniwan selalu berdoa agar umat dilimpahkan perubahan hidup yang semakin hari-semakin baik.
  Patut diapresiasi bahwa seyogianya setiap manusia harus mengerjakan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Apabila seseorang tidak mau atau tidak dapat ber-ubah maka tergilas oleh kehidupan. Sejalan dengan itu, mengutip tujuan mulia seorang presiden RI terpilih Joko Widodo mengemukakan bahwa Indonesia Hebat harus dimulai dari revolusi mental. Maka salah satu sarana yang  tepat untuk mendaratkan revolusi mental adalah melalui dunia pendidikan. Wadah-wadah pendidikan harus memperkuat pendidikan bersifat karakter dialirkan kepada para objek didik. Bagi Jokowi, degradasi moral yang dialami bangsa saat ini (korupsi, tindakan kriminal, dll) akan berubah menjadi bangsa yang memiliki karakter dan sikap yang baik dan terpuji apabila menyediakan diri dan hati untuk berubah.
Memang banyak orang beranggapan bahwa karakter seseorang tidak dapat diubah karna sudah bawaannya sejak dari sananya. Tetapi menurut teori psycho-analysist, karakter dapat diubah jika pribadi tersebut dengan sadar mau untuk merubahnya. Maka peristiwa yang dimunculkan oleh Yesus saat bertemu dengan seorang perempuan Samaria yang hidupnya dalam gerbang kehancuran, adalah salah satu contoh efektif terlihat nyata pengaruh perubahan (ay. 39-42). Mengapa? Karena ada HATI yang disiapkan untuk menerima saran, nasehat dan bekal untuk kebaikan berkarakter. Tuhan Yesus memberkati. Amin. #NZ


Sunday, September 28, 2014

Kebenaran Injil, Injil Perdamaian

(Efesus 6:10-20)
  
Kekristenan diperhadapkan pada paradoks dan ironi. Keduanya terkait dengan Injil Perdamaian. Paradoks (dua hal yang sepintas bertentangan padahal sebenarnya sejalan) bila Kekristenan setia pada Injil Perdamaian: memberitakan Injil Perdamaian dan berjuang melawan Kuasa-kuasa yang bertentangan dengan Injil Perdamaian. Di sinilah Kekristenan merupakan agama perdamaian sekaligus agama perjuangan/perlawanan.

Ironi (dua hal yang bertolak belakang, di mana kenyataan berbeda dengan yang seharusnya) bila Kekristenan tidak setia pada Injil Perdamaian. Seharusnya kaum Kristen membawa damai (Matius 5.9), tetapi kenyataannya sering jauh panggang dari api. Perpecahan dan perseteruan di kalangan Kristen di satu sisi, dan permusuhan bahkan “perang-perang agama” terhadap mereka yang tidak seiman sekepercayaan di sisi lain, adalah kenyataan-kenyataan yang ironis.

Di manakah posisi kita sekarang? Inilah yang akan kita dalami dengan menggali Efesus 6.10-20. Pertama, Kekristenan adalah agama perdamaian. Ia berkomitmen untuk mewartakan Injil Perdamaian, Kaum beriman harus membawa perdamaian (Matius 5.9). Kedua, Kekristenan adalah agama perjuangan atau agama perlawanan. Dalam pewartaannya tentang Injil Perdamaian, ia berhadapan dengan Kuasa-kuasa. Telah dikalahkan oleh Kristus, Kuasa-kuasa itu menolak otoritas Kristus. Mereka harus berjuang melawan Kuasa-kuasa. Perjuangan itu dilakukan dengan “peperangan defensif” dan offensive. Ketiga, sebagai kaum beriman orang Kristen harus “mengambil dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.” Itu berarti aktif berpartisipasi (=bekerjasama dengan Roh Kudus!) dalam proses pembentukan karakter Kristen. Keempat, hingga saat ini, Gereja dan kaum beriman masih hidup dalam “suasana perang” bahkan kancah peperangan dengan Kuasa-kuasa. Tak jarang Kuasa-kuasa melancarkan serangan-serangan “luar” yang kasar: kebijakan dan perilaku yang diskriminatif bahkan penganiayaan. Sering juga serangan-serangan dalam yang “halus”: upaya-upaya penyesatan dan pemecahbelah. Serangan-serangan tersebut tentu saja sangat berbahaya. Tapi kiranya yang paling berbahaya adalah kombinasi-kombinasi serangan yang langsung membidik kecenderungan-kecenderungan kita: “daya tarik dunia” yang berkisar pada Mammonisme, “kehendak untuk berkuasa” (will to power), dan hedonisme.


Hendaknya kita menjadi pewarta Injil perdamaian dan menegakkan kebenaran Injil dalam hidup kita semua. Amin

Monday, September 22, 2014

Selamat Jalan Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th

"Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada." Yoh 14:2-3.

Kami Hamba Tuhan, Majelis dan segenap Jemaat GKMI Progo turut bersimpati atas meninggalnya Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th pada hari Kamis, 18 September 2014 jam 11.15 wib di Pantiwilasa Citarum.

Kebaktian Penghiburan telah diadakan pada Minggu, 21 September jam 19.00 wib di Pantiwilasa Citarum ruang 2 B.

Jenazah diberangkatkan ke Kedungmundu untuk dikremasi pada Senin, 22 September pukul 08.30 Wib dilayani oleh Pdm. Nemueli Zega, S.Th.

Kami atas nama Majelis,Hamba Tuhan dan Jemaat GKMI Progo mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas pengabdian dan pelayanan (Alm.)Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th semasa hidupnya di GKMI Progo. Biarlah Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sunday, September 21, 2014

Yesus Alasanku

(Yohanes 15:1-8)

Semua petani menginginkan hasil yang baik dan hasil yang banyak dan berkualitas. Namun ada juga petani yang menyenangi tanaman untuk hiasan saja. Misalnya tanaman yang dikerdilkan (bonsai). Sekalipun demikian semua menghendaki hasil yang maksimal.

Yesus berkata Akulah pokok Anggur yang benar. Pertanyaannya adakah pokok anggur yang palsu? Ada pokok Anggur yang berbuah banyak tetapi ada juga yang berbuah namun plastic. Pokok Anggur yang plastic tidak memerlukan tanah dan air, sangat berbeda dengan Pokok Anggur yang sungguhan yang memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang berkesinambungan. Pokok anggur palsu bisa jadi mengecewakan tetapi pokok anggur yang benar memberi pengharapan.
Sama seperti sebuah syair yang tertuliskan demikian:
“Yesus Pokok Anggur yang benar
Lenyaplah yang tak di dalam Dia
Demiakian orang yang tak di dalam Yesus
Tak akan mendapatkan hidup kekal.”

Dalam Yohanes 15: 1-8 Yesus mengidentikkan diri Nya sebagai Pokok Anggu yang benar dan orang percaya cabang-cabangnya. Hal ini berarti bahwa setiap ranting yang melekat pada pokok Anggur dijamin sebagai ranting yang benar dan bukan palsu. Tetapi tak kala ranting itu pisah dari pokoknya bukan hanya menjadi palsu tetapi ranting itu mati dan tak berguna.


Oleh karena itu hendaklah jemaat menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan, seperti Pokok Anggur. Jika hingga saat ini kita semua bisa ada seperti adanya kita adalah semata-mata karena Tuhan Yesus. Oleh karena itu di masa-masa yang akan datang hendaklah Yesus Kristus menjadi alasan dan tujuan kita; untuk hidup, melayani, beraktifitas, bertumbuh dan setia di dalam iman. Semua pelayanan kita jika tidak berpusat pada Yesus Kristus adalah sia-sia, sama seperti dahan yang terlepas dari pokoknya. Amin

Sunday, September 14, 2014

Mengatakan Kebenaran, Bukan Mengorbankan Perseteruan

(Galatia 4:12-20)

Pada saat Paulus menulis surat Galatia ini, sedang terjadi ketegangan antara Paulus dgn orang-orang Galatia. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang telah bertobat menjadi Kristen namun masih memelihara hokum taurat (hari-hari besar, bulan baru, sabat dll). Paulus meminta kepada mereka supaya menjadi sama seperti dirinya, Yahudi tetapi percaya kepada Kristus dan bebas dari hokum taurat.
            Kelompok Yahudi ekstrim berusaha menarik jemaat Galatia yang bukan Yahudi untuk menjadi Yahudi dengan jalan disunat dan mentaati hukum taurat. Ketika Paulus dengan terus terang mengatakan kebenaran iman Kristen tersebut, orang Galatia menjadi tidak senang dan mereka memusuhi Paulus (Gal. 4:16). Paulus mengingatkan mereka, bahwa dahulu saat Paulus pertama ke Galatia untuk memberitakan Injil justru dalam keadaan cukup parah.
            Sebagai hamba Tuhan yang taat dalam pelayanan, Paulus memiliki kelemahan-kelemahan tubuh: sakit malaria, radang mata, sakit kepala sebagai akibat dari penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang benci padanya. Namun demikian meski harus mengalami tantangan, sakit penyakit dsb, Paulus tetap konsisten berusaha supaya orang Galatia yang telah murtad itu kembali menjadi anak Tuhan yang beroleh keselamatan kekal.
            Memmang mengatakan kebenaran ternyata beresiko (dibenci), tetapi itulah kehendak Tuhan yang harus kita lakukan, Janganlah kita menjadi sebaliknya malah mengorbankan perseteruan yang dapat membawa akibat yang membahayakan keselamatan jiwa.

            Mengapa terjadi perang dunia (I & II), perang salib dll, karena dunia lebih cenderung mengobarkan perseteruan dari pada mengatakan kebenaran.  #Pdt. Em. J. Herlianto, B.Th

Sunday, September 7, 2014

Manusia Baru: Hidup dalam Kebenaran, Hidup dalam Perdamaian

 (Efesus 4:17-32)

Saiki jaman edan, na ora melu edan ora keduman” (= zaman sekarang zaman edan, kalau tidak ikut-ikutan edan tidak kebagian apa-apa). Itulah yang sering dikatakan orang untuk membenarkan tindakannya yang salah. Yang penting ia bisa dapat sesuatu.  Gaya hidup selfish, hanya memikirkan diri sendiri tidak peduli dengan orang lain menjadi gaya hidup orang-orang pada masa kini. Tidak peduli apakah perbuatan/perkataaannya benar atau tidak. Yang penting saya senang, peduli amat dengan yang lain (“mana gue pikirin”). 

Orang hanya memikirkan kepentingan, kenikmatan dan kepuasannya; tidak memikirkan/ mempertimbangkan orang lain. Ketika terjadi bencana, kurang ada kepekaan sosial, selama bencana itu tidak membawa efek padanya atau menimpa dirinya, tidak ada pikiran untuk menolong orang lain. Bila hidup orang Kristen seperti itu, apa bedanya dengan yang lain? Efesus 4:17-32 mengajak kita untuk hidup berbeda, menjadi manusia baru di dalam Kristus.

Paulus menasihati jemaat agar mereka jangan hidup lagi seperti orang-orang kafir. Orang kafir hidup dalam kesia-siaan (fana, sesat). Hati mereka begitu degil, perasaan mereka tumpul, mereka tidak punya kesadaran, mereka menyerahkan diri pada hawa nafsu mereka dan mengerjakan segala macam kecemaran (kecemaran secara umum, religious, etis, susila). Mereka secara sengaja memutuskan hubungan dengan Allah. Hidup untuk mencari kenikmatan diri dan tidak peduli dengan Allah dan orang lain. Mereka kehilangan makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Jemaat bukan lagi orang kafir. Mereka sudah ditebus oleh Kristus. Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dipanggil oleh Yesus Kristus. Mereka harus meninggalkan hidup lama dan berdiam dalam hidup yang baru. Karena itu, Jangan pernah berhenti untuk terus-menerus memperbaharui diri, walau ribet/susah tetaplah bertekun dan setia. Dengan kekuatan dari Tuhan, kita pasti bisa menjadi manusia baru   yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan, mencintai perdamaian dan menjauhkan pertengkaran dan permusuhan. 

Jadilah manusia baru yang bukan saja diberkati tapi menjadi berkat dan membawa perdamaian. Dari manusia baru tercipta komunitas baru dengan cara hidup baru yang ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.  Begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lan waspada (sebaik-baiknya orang yang lupa, yang lebih baik adalah yang ingat dan waspada). Tuhan Yesus memberkati. Amin. 

Sunday, August 31, 2014

Dengan Hati yang Bersyukur

(Mazmur 67: 1-8)


pakah artinya bersyukur? Bersyukur adalah ucapan sukacita dan hati yang terimakasih disertai dengan puji-pujian, hormat dan kemuliaan bagi Tuhan  oleh karena kebaikan Tuhan yang terealisasi dalam pengalaman dan perjalanan hidup kita. Namun bersyukur itu jangan hanya dinilai dari jumlah kesempurnaan berkat dan kebaikan yang kita terima dari Tuhan, tetapi kurang dari itupun harus tetap bersyukur.
Misalnya; seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 100 %... ya bersyukur. Seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 75 % ….ya bersyukur juga. Seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 50 % ….ya bersyukur. Bahkan seandainya kita hanya mendapatkan sesuatu yang nilainya dibawah 50 % harus tetap bersyukur……Bagaimanakah kalau nol atau tidak ada sama sekali ??? jawabnya tetap bersyukur. Paulus berkata “mengucap syukurlah dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18).
Daud dalam nyanyiannya bersama umat menyemarakkan pujian syukur kepada Tuhan karena kebaikan Tuhan yang terjadi dalam hidup mereka. Ajakan bersyukur ini di dasarkan pada 3 hal yaitu: Kasih Allah yg mereka rasakan, Berkat Allah yang mereka terima, dan Sinar kemuliaan Allah memancar dalam hidup mereka. Menariknya bahwa dalam pujian syukur itu, Daud mengemukakan tujuan dan manfaat dari berkat-berkat Tuhan yang mengalir dalam hidup mereka. Apa itu? Mengajak seluruh bangsa-bangsa turut bersyukur kepada Allah Israel, mengajak seluruh bangsa-bangsa turut bersukacita dan bersorak-sorai atas perbuatan Allah Israel, mengajak seluruh bangsa-bangsa turut takut kepada Allah Israel.
Hendaklah ucapan syukur kita juga bukan hanya memikirkan kepuasan rohani kita sendiri melainkan menjadi berkat bagi banyak orang. Amin Tuhan Yesus memberkati. #NZ


Sunday, August 24, 2014

Menghancurkan Kuasa Keputusasaan, Memperteguh Kuasa Keimanan

(Habakuk 3:17-19)

idup setiap orang selalu diperhadapkan dengan berbagai  macam tantangan dan kesulitan yang begitu kompleks. Kesemuanya itu menambah beratnya beban hidup yang terkadang membuat kita bingung, sepertinya jalan yang kita temui buntu, tidak mengerti lagi apa yang harus dilakukan.
Semua itu dapat hadir kapan saja dalam hidup kita, tanpa diduga-duga sama. Seharusnya bisa kita terima, sebagaimana keberhasilan dan masa-masa penuh suka juga bisa kita terima. Dalam menghadapi kondisi ini, kita mempunyai 2 pilihan: Bertahan dan terus berjuang, atau putus asa dan menyerah pada keadaan?
Teladan untuk terus berjuang, tidak putus asa dan tidak menyerah pada keaadaan, ada dalam diri Habakuk. Habakuk hidup dan melayani pada masa-masa yang sulit, karena di satu sisi dia harus menghadapi penyerangan bangsa Babel dan di sisi lain dia melayani pada masa pemerintahan Yoyakhim, yang terkenal jahat. Hal ini diperparah dengan keadaan kerohanian bangsanya yang makin bobrok dengan segala kemaksiatan yang dilakukan di hadapan Allah.
Dalam kondisi demikian, bukankah Habakuk  bisa saja meninggalkan tugas panggilannya karena tidak ingin menderita bagi bangsa yang bebal. Apakah Habakuk menyerah dan mundur dari tugas kenabiannya? Sekali pun Habakuk pernah mengalami kecewa, sedih, dan galau, tetapi  akhirnya berjuang mengokohkan imannya sembari memuji Tuhan. Hal ini dapat dilihat dari doa Habakuk (17-19) yang sesungguh nya lebih tepat dikatakan sebagai “cetusan iman”.
Melalui FirmanNya ini, kita disadarkan untuk tidak terpuruk dan menjadi frustrasi atau bahkan kehilangan gairah dalam menjalani hidup ini. Miliki karakter “pantang menyerah” sehingga kita menjadi tahan banting menghadapi lembah kelamnya hidup dan dapat terus berjalan untuk mencapai keberhasilan. Kita percaya bahwa Tuhan tidak menghendaki kita menyerah pada keadaan, menyerah ketika kita dilanda persoalan yang kompleks atau ketika mengalami kegagalan. Tuhan berkehendak kita memiliki karakter pantang menyerah, sebagaimana FirmanNya "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (Ibrani 10:38).Tuhan tidak berkenan kepada orang yang mengundurkan diri atau menyerah,  Karena itu tetaplah bertahan dengan iman kita, dan tetap bergantung, berpaut kepada Tuhan dalam menghadapi masalah apapun. Jangan pernah menyerah dalam hidup kita tetapi tetap berjuang. #MS

Sunday, August 17, 2014

Laskar Kristus yang Sejati

(2 Timotius 2:1-4)

Gambaran seorang prajurit yang hidup dalam perjuangan merupakan gambaran yang cukup popular baik di kalangan orang romawi maupun orang Yunani. Ternyata perjuangan itu sangat panjang dan beraneka ragam. Paulus mengambil gambaran itu dan dikenakannya bagi semua orang Kristen, khususnya bagi para pelayan    Tuhan. Ia mendorong Timotius untuk memeperjuangan perjuangan yang baik (1 Tim. 1:18).
Paulus melihat kehidupan seorang prajurit salah satu gambaran yang ideal bagi kehidupan orang percaya. Sifat prajurit adalah salah satu daya tarik Paulus untuk menggambarkannya bagi kehidupan orang percaya agar dapat bertahan dalam perjuangan iman untuk meraih kemenangan.
Sifat-sifat seorang prajurit diantaranya: (a) Perjuangan seorang prajurit menuntut kosentrasi penuh dimana tidak lagi disibukkan oleh perkara-perkara yang lain. Ingat perjuangan kita bukan melawan darah dan daging tapi kuasa-kuasa kegelapan dengan segala tipu muslihatnya. (b) Sorang prajurit yang baik memelurkan ketaatan. Tugas seorang percaya adalah menaati setiap perintah Tuhan dan menerimanya sekalipun kadangkala kurang dimengerti, bahkan tidak jarang kadangkala seolah-olah tidak masuk diakal. (c) Seorang prajurit yang baik bersedia berkorban. Orang percaya harus selalu siap sedia berkorban tentang dirinya, kehendaknya, keinginannya demi mengutamakan Tuhan dan melayani sesame. (d) Seorang prajurit harus memiliki loyalitas yang tinggi (kesetiaan).
Akhirnya marilah kita sadari bersama bahwa hidup Kristen identik dengan sorang prajurit yang hidup dalam perjuangan. Musuh kita (iblis) ada dimana-mana, untuk itu berjaga-jagalah senantiasa dalam segala hal sebab iblis itu bagaikan singa yang lapar yang mencari orang untuk dimangsanya. Waspadalah dan berjuanglah. Tuhan Yesus memberkati. Amin
#NZ


Sunday, August 10, 2014

Pengharapan dalam Kesulitan

(Mazmur 123:3a)

Pernakah saudara/i merasakan kesulitan dalam dunia kerja, karir atau saat berelasi, hanya karena saudara/i sebagai seorang Kristen yang memegang teguh Firman-Nya? Apalagi hidup dalam bangsa dan Negara yang besar ini, sering kita mendengar kaum mayoritas dan minoritas.
Perbedaan perilaku dan kesempatan bagi kalangan orang percaya memang masih nyata terlihat, misalnya, seseorang yang menduduki jabatan tertentu atau naik pangkat, sepertinya lebih sulit bagi anak-anak Tuhan ke-timbang orang kebanyakan dan  banyak hal lain lagi. Inilah sebuah kenyataan hidup bagi kita yang hidup di tengah-tengan bangsa ini. Tetapi ini bukan sebuah alasan yang dapat kita jadikan dasar tindakan untuk berbuat dosa. Sama sekali tidak boleh. Banyak orang Kristen  yang mengatakan terpakasa meninggalkan Tuhan Yesus karena alasan tekanan dari lingkungan. Kalau mau jujur sebenarnya adalah karena orang tersebut tidak kuat dan tidak kokoh imannya.
Apapun persoalan yang kita hadapi, jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita? Inilah sebuah pernyataan yang sangat menguatkan, bukankah kita tahu persis bahwa Tuhan ber-tindak untuk segala sesuatu dan berkuasa pula atas dunia dan segala isinya, jadi, meski kita berada dalam lembah kekelaman dan badai yang sangat dasyat, Allah pasti menolong dan menghibur kita, asal kita tetap teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, inilah  satu-satunya pengharapan orang yang percaya kepada-Nya. Amin
#Odimasi L.