Sunday, March 23, 2014

Proses dan Pembentukan

(Yeremia 18:1-6)

Israel merupakan bangsa yang unik karena merupakan umat pilihan Tuhan (Ul. 7:6-7). Mereka sangat di-perhatikan oleh Tuhan karena mereka berharga dimata-Nya. Untuk mendapatkan umat yang siap menjadi alat di ta-ngan Tuhan harus diproses. Mereka diproses selama 70 tahun, di Babel 70 tahun dan di Asyur 70 tahun juga. Akhirnya yang tersisa itu kembali ke Kanaan menjadi bangsa pilihan Allah. Ada 3 hal pelajaran dalam proses pembentukan di tangan Tuhan:
1. Pemilihan. Dalam proses pemilihan sering kali kita jatuh tetapi tidak dibuang oleh Allah, tetapi diperbaharui kembali seperti bangsa Israel, contoh seperti Abraham seorang beriman sebelumnya tidak mempunyai anak, tetapi karena taat kepada panggilan dan melakukan perintah Tuhan, maka Abraham dipilih Tuhan untuk memiliki anak dan keturunannya menjadi bangsa yang besar.
2. Proses. Setelah dipilih, diproses, kita ibarat tanah liat dan Allah sang penjunan, kalau rusak, dibentuk lagi untuk menjadi sesuatu yang berharga.
3. Pembentukan. Ketika bangsa Israel diproses 70 tahun di Babel dan di Asyur 70 tahun, akhirnya pembentukan terjadi, bangsa Israel tetap eksis sampai sekarang, mereka memiliki pemerintahan yang sah.
Bagaimana dengan kita? Kita  adalah umat pilihan Tuhan seperti Israel, maukah kita menjalani proses yang Tuhan inginkan dalam hidup kita? Proses inilah yang sering membuat kita jatuh dan jatuh lagi tetapi yakinilah bahwa dari semuanya itu Tuhan sedang memproses kita dan dibentuk oleh tangan Tuhan yang penuh kasih dan kuasa serta sesuai dengan kehendak-Nya, yang pada akhirnya, kita  berharga di mata Tuhan. Amin  


Hidup yang Berkemenangan

(2 Korintus 2:14-17)

Di dalam kehidupan orang Kristen janji Tuhan yang diberikan itu nyata, hidup kita adalah BERKEMENANGAN. Tetapi bukan berarti bebas dari masalah atau pencobaan. Di dalam Allah selalu membawa kemenangan.
Bagaimana dan apa yang harus kita lakukan supaya hidup kita berkemenangan :
1. Tuhan prioritaskan di tempat yang utama (ayat 12)
Bukti bahwa hidup kita mengutamakan Tuhan adalah semangat memberitakan Injil Kerajaan Surga
2. Senantiasa ada dalam ucapan syukur (ayat 14)
Tuhan selalu menuntun jalan menuju kemenangan, tinggal respon kita mau atau tidak? Firman Allah berkata serahkanlah seluruh hidupmu kepada Tuhan dan percaya kepadaNya dan ia akan bertindak.
3. Jangan mudah goyah atau terpengaruh (ayat 15)
Hidup itu harus punya prinsip dan komitmen, percaya kepada Tuhan dengan segenap hatimu, Dia sanggup memberikan apa yang kita perlukan. Jangan tinggi hati, belajar untuk komitmen bahwa Tuhan itu Raja segala raja.
4. Hati yang bersih dan tulus (ayat 17)
Orang yang hidup benar di mata Tuhan, memiliki hati yang sungguh-sungguh bersih tulus, maka ia akan di-sertai, layak untuk melihat kemuliaan dan mengalami mujizat.

Oleh: Pdt Bambang
Gembala Jemaat JKI Sinar Waluyo.



Sunday, March 16, 2014

Mengandalkan Kekuatan Allah

(2 TAWARIKH 20:1-37)

Mengandalkan kekuatan Allah adalah menaruh  atau mempercayai kesanggupan Tuhan dalam melakukan segala sesuatu terjamin hanya di dalam Dia saja. Mengandalkan kekuatan Allah bukan hanya ketika dalam keadaan  kritis, susah, dalam kesesakan tetapi  dalam  keadaan   sukacita, hidup sukses, dan diberkati oleh Tuhan yang memberikan segala sesuatunya dalam hidup kita. Manusia tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri karena kekuatan manusia sangat terbatas. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita sebagai manusia untuk selalu bermegah di dalam apa yang kita punyai atau di dalam apa yang kita miliki saat ini. Tidak untuk mengandalkan diri sendiri, tidak untuk mengandalkan kekayaan, kehormatan, kekuatan, jabatan yang berpengaruh dan pendidikan yang tertinggi melainkan hanya satu pribadi yang senantiasa diandalkan dalam hidup kita yaitu mengandalkan kekuatan Allah. Mengandalkan kekuatan Allahlah yang nomor satu dalam hidup kita, dalam pekerjaan atau usaha dan dalam segala keadaan yang kita alami, baik saat susah maupun saat senang.
Seperti halnya dalam pembahasan pagi ini tentang kisah seorang raja dan umat Yehuda. Raja itu adalah Yosafat. Ia merupakan raja keempat dari raja-raja Yehuda sebelumnya sesudah kerajaan Israel pecah menjadi dua. Selama masa pemerintahan raja-raja ini, orang Israel hidup dihadapan Tuhan bergantung pada kepemimpinan raja. Ketika rajanya takut akan Tuhan, maka rakyatnya pun demikian, tetapi ketika rajanya melakukan yang jahat dimata Tuhan maka rakyatnya pun demikian. Dan raja Yosafat ini termasuk raja yang percaya dan hidup takut akan Tuhan (2 Taw 17:3-4). Tuhan memberkatinya, mengokohkan kerajaan yang ada dibawah kekuasaannya bahkan Tuhan membuat dia dan Yehuda mengalami kemenangan pada saat mereka terancam oleh serangan musuh yang datang berperang melawan mereka yaitu bangsa Moab dan Amon, namun mereka mengalami kemenangan karena mereka melibatkan atau mengandalkan Tuhan dalam peperangan tersebut.
Raja Yosafat dan umat Yehuda mengandalkan kekuatan Allah dengan cara: Pertama, mencari Tuhan dengan berpuasa (ayat 3,4). Di dalam doa puasa mereka meyakini bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala orang dan atas segala situasi yang terjadi (ayat 6-7), Allahlah yang menolong, setia kepada umat-Nya dari dulu sampai sekarang (ayat 8-9). Kedua, adanya kesadaran diri bahwa pertolongan mereka hanya dari Tuhan (ayat 12). Mengakui bahwa mereka tidak berdaya, tidak ada apa-apanya, tidak ada kekuatan untuk melawan musuh tanpa ada campur tangan Tuhan. Ketiga, hanya menantikan Tuhan dan percaya kepada firman-Nya (ayat 14-19). Keempat, adanya rasa syukur atas apa yang sudah diperbuat oleh Tuhan (ayat 19-21). Orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya senantiasa mengucap syukur dan hanya percaya kepada Tuhan karena ia menyadarinya bahwa segala yang ada padanya Tuhan yang memberkati bukan karena ia kuat atau bisa melakukannya melainkan hanya semata-mata karena kekuatan Tuhan.
Demikian raja Yosafat mengandalkan Tuhan, namun dalam hal ini pun ia hanya mengandalkan kekuatan Tuhan ketika dalam ancaman bahaya, dalam keadaan susah. Terbukti diakhir pelayanan  sebagai raja, ia melakukan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Tuhan sudah membuat dia berhasil setelah itu ia lupa sama Tuhan ( ayat 35) dengan bersekutu pada Ahazia raja yang jahat yang menyembah berhala. Bukankah hidup kita juga seperti itu?
Melalui khotbah pagi ini kita belajar untuk senantiasa mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan kita dan bukan hanya disaat kita susah saja namun saat kita sukacita dan sukses sekalipun. Tuhan Yesus memberkati kita semua (Oleh: Senia la’ia)


Sunday, March 9, 2014

Berlayar dengan Kristus

(Markus 4:35-41)

Suatu ketika murid-murid Tuhan Yesus diperhadapkan dengan gelombang besar dalam perjalanan menyeberang Danau Galilea. Peristiwa ini sungguh sebuah ancaman maut, sehingga murid-murid Tuhan Yesus sangat ketakutan. Datangnya gelombang badai yang hebat, malah Yesus tertidur diburitan perahu. Dia seakan tidak peduli pada bencana yang mengancam murid-muridNya. “Tuhan, kita mati” begitulah keluhan orang yang putus asa
Dalam peristiwa tersebut kita mendapatkan pelajaran rohani yang membuat kita mengerti bahwa:
1. Mengikut Tuhan Yesus bukan berarti kita terbebas secara total dari gelombang pencobaan, termasuk tantangan dan kesulitan-kesulitan yang mengagetkan kita. Danau Galilea adalah gambaran kehidupan. Persoalan hidup bisa datang dengan tiba-tiba tanpa terduga. Bisa jadi hal itu adalah siasat iblis untuk melemahkan kerohanian kita. Iblis senang jika anak-anak Tuhan tidak bertumbuh dalam iman. Oleh karena itu persoalan datang bisa bertujuan untuk semakin menguatkan kedekatan kita dengan Tuhan Yesus. Ia berjanji akan menyertai kita (Yohanes 14:18a).
2. Tuhan bertanggungjawab atas keselamatan anak-anakNya. Kalau Tuhan mengajak berlayar mengarungi hidup bersamaNya, maka Ia menjamin kehidupan kita. Mazmur 34-11 berkata: “ Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.”
3. Peristiwa besar hingga yang kecil bahkan terkecil hingga sedetail-detailnya dalam hidup orang percaya, Tuhan pasti tahu (Matius 10:30 : “Dan kamu, rambut ke-palamu pun terhitung  semuanya”). Maka Tuhan pasti mempunyai Tujuan yang indah bagi hidup kita (Pengkhotbah 3:11).
Berlayarlah tanpa cemas dan kuatir sebab Tuhan Yesus sedang bersama dengan kita. Hidupilah kehidupan ini dengan tekun dan beriman sebab Yesus selalu menyertai kita. Imanuel. Amin (zega)


Sunday, March 2, 2014

Hidup dalam Jalan Tuhan

(Mazmur 25:1-22)

Mazmur 25:1-22 ini berisi doa mohon ampun dan perlindungan, mengungkapkan permintaan yang penuh gairah, yang sering dialami oleh jiwa yang menantikan Tuhan.
Dalam Mazmur ini sering digunakan istilah kunci doa seperti menantikan Tuhan, jalan yang ditunjukkan Tuhan, kasih setiaNya serta pengakuan dosa, ketakutan akan musuh. Maka dapat diduga Mazmur ini diterbitkan sesudah pembuangan ke Babil (abad 6 SM). Sering orang-orang percaya tidak pernah sungguh-sungguh mengenal Allah atau memahami jalan-jalanNya (Yes.55:8-9). Prinsip-prinsip dasar untuk mengetahui jalan-jalan Allah dalam Mazmur ini adalah sebagai berikut :
1. Kita harus sungguh-sungguh ingin dan mau untuk dipimpin ke dalam jalan Allah yang benar dan FirmanNya (ay. 4).
2. Kita harus ingin sekali menaruh harap pada Allah saja “sepanjang hari” (ay. 5).
3. Kita harus tunduk kepada Allah dengan rendah hati (ay. 9), mengabdikan diri  pada kehidupan saleh (ay. 10) dan takut akan Tuhan (ay. 12-14).
4. Kita harus meninggalkan dosa dan disucikan serta diampuni (ay. 7-8), karena dosa menjadi kalangan untuk mengenal Allah dan jalan-jalanNya.
5. Kita harus siap sedia untuk menghadapi apapun termasuk penderitaan dan sengsara kalau kita mengenal jalan Tuhan. Bersedia menjadi pengikut Yesus   harus bersedia menyangkal diri dan memikul salib kita seperti Kristus.
Jikalau dalam kehidupan ini kita menjumpai kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan itu belum tentu menjadi tanda bahwa Allah tidak berkenan kepada kita (Kisah Rasul 14:22)
Teladan utama kebenaran ini adalah Yesus sendiri yang mengikuti kehendak   Allah dengan sempurna namun menderita sengsara disalib.
Ingin bertumbuh bersama Yesus, ikutilah jalanNya, jalan salib yang akhirnya membawa kemenangan yang kekal. Maka hiduplah dalam jalan Tuhan. Amin.
-Pdt.Em.Jochanan Herlianto, B.Th-