Sunday, August 31, 2014

Dengan Hati yang Bersyukur

(Mazmur 67: 1-8)


pakah artinya bersyukur? Bersyukur adalah ucapan sukacita dan hati yang terimakasih disertai dengan puji-pujian, hormat dan kemuliaan bagi Tuhan  oleh karena kebaikan Tuhan yang terealisasi dalam pengalaman dan perjalanan hidup kita. Namun bersyukur itu jangan hanya dinilai dari jumlah kesempurnaan berkat dan kebaikan yang kita terima dari Tuhan, tetapi kurang dari itupun harus tetap bersyukur.
Misalnya; seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 100 %... ya bersyukur. Seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 75 % ….ya bersyukur juga. Seandainya kita mendapatkan sesuatu yang nilainya 50 % ….ya bersyukur. Bahkan seandainya kita hanya mendapatkan sesuatu yang nilainya dibawah 50 % harus tetap bersyukur……Bagaimanakah kalau nol atau tidak ada sama sekali ??? jawabnya tetap bersyukur. Paulus berkata “mengucap syukurlah dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18).
Daud dalam nyanyiannya bersama umat menyemarakkan pujian syukur kepada Tuhan karena kebaikan Tuhan yang terjadi dalam hidup mereka. Ajakan bersyukur ini di dasarkan pada 3 hal yaitu: Kasih Allah yg mereka rasakan, Berkat Allah yang mereka terima, dan Sinar kemuliaan Allah memancar dalam hidup mereka. Menariknya bahwa dalam pujian syukur itu, Daud mengemukakan tujuan dan manfaat dari berkat-berkat Tuhan yang mengalir dalam hidup mereka. Apa itu? Mengajak seluruh bangsa-bangsa turut bersyukur kepada Allah Israel, mengajak seluruh bangsa-bangsa turut bersukacita dan bersorak-sorai atas perbuatan Allah Israel, mengajak seluruh bangsa-bangsa turut takut kepada Allah Israel.
Hendaklah ucapan syukur kita juga bukan hanya memikirkan kepuasan rohani kita sendiri melainkan menjadi berkat bagi banyak orang. Amin Tuhan Yesus memberkati. #NZ


Sunday, August 24, 2014

Menghancurkan Kuasa Keputusasaan, Memperteguh Kuasa Keimanan

(Habakuk 3:17-19)

idup setiap orang selalu diperhadapkan dengan berbagai  macam tantangan dan kesulitan yang begitu kompleks. Kesemuanya itu menambah beratnya beban hidup yang terkadang membuat kita bingung, sepertinya jalan yang kita temui buntu, tidak mengerti lagi apa yang harus dilakukan.
Semua itu dapat hadir kapan saja dalam hidup kita, tanpa diduga-duga sama. Seharusnya bisa kita terima, sebagaimana keberhasilan dan masa-masa penuh suka juga bisa kita terima. Dalam menghadapi kondisi ini, kita mempunyai 2 pilihan: Bertahan dan terus berjuang, atau putus asa dan menyerah pada keadaan?
Teladan untuk terus berjuang, tidak putus asa dan tidak menyerah pada keaadaan, ada dalam diri Habakuk. Habakuk hidup dan melayani pada masa-masa yang sulit, karena di satu sisi dia harus menghadapi penyerangan bangsa Babel dan di sisi lain dia melayani pada masa pemerintahan Yoyakhim, yang terkenal jahat. Hal ini diperparah dengan keadaan kerohanian bangsanya yang makin bobrok dengan segala kemaksiatan yang dilakukan di hadapan Allah.
Dalam kondisi demikian, bukankah Habakuk  bisa saja meninggalkan tugas panggilannya karena tidak ingin menderita bagi bangsa yang bebal. Apakah Habakuk menyerah dan mundur dari tugas kenabiannya? Sekali pun Habakuk pernah mengalami kecewa, sedih, dan galau, tetapi  akhirnya berjuang mengokohkan imannya sembari memuji Tuhan. Hal ini dapat dilihat dari doa Habakuk (17-19) yang sesungguh nya lebih tepat dikatakan sebagai “cetusan iman”.
Melalui FirmanNya ini, kita disadarkan untuk tidak terpuruk dan menjadi frustrasi atau bahkan kehilangan gairah dalam menjalani hidup ini. Miliki karakter “pantang menyerah” sehingga kita menjadi tahan banting menghadapi lembah kelamnya hidup dan dapat terus berjalan untuk mencapai keberhasilan. Kita percaya bahwa Tuhan tidak menghendaki kita menyerah pada keadaan, menyerah ketika kita dilanda persoalan yang kompleks atau ketika mengalami kegagalan. Tuhan berkehendak kita memiliki karakter pantang menyerah, sebagaimana FirmanNya "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (Ibrani 10:38).Tuhan tidak berkenan kepada orang yang mengundurkan diri atau menyerah,  Karena itu tetaplah bertahan dengan iman kita, dan tetap bergantung, berpaut kepada Tuhan dalam menghadapi masalah apapun. Jangan pernah menyerah dalam hidup kita tetapi tetap berjuang. #MS

Sunday, August 17, 2014

Laskar Kristus yang Sejati

(2 Timotius 2:1-4)

Gambaran seorang prajurit yang hidup dalam perjuangan merupakan gambaran yang cukup popular baik di kalangan orang romawi maupun orang Yunani. Ternyata perjuangan itu sangat panjang dan beraneka ragam. Paulus mengambil gambaran itu dan dikenakannya bagi semua orang Kristen, khususnya bagi para pelayan    Tuhan. Ia mendorong Timotius untuk memeperjuangan perjuangan yang baik (1 Tim. 1:18).
Paulus melihat kehidupan seorang prajurit salah satu gambaran yang ideal bagi kehidupan orang percaya. Sifat prajurit adalah salah satu daya tarik Paulus untuk menggambarkannya bagi kehidupan orang percaya agar dapat bertahan dalam perjuangan iman untuk meraih kemenangan.
Sifat-sifat seorang prajurit diantaranya: (a) Perjuangan seorang prajurit menuntut kosentrasi penuh dimana tidak lagi disibukkan oleh perkara-perkara yang lain. Ingat perjuangan kita bukan melawan darah dan daging tapi kuasa-kuasa kegelapan dengan segala tipu muslihatnya. (b) Sorang prajurit yang baik memelurkan ketaatan. Tugas seorang percaya adalah menaati setiap perintah Tuhan dan menerimanya sekalipun kadangkala kurang dimengerti, bahkan tidak jarang kadangkala seolah-olah tidak masuk diakal. (c) Seorang prajurit yang baik bersedia berkorban. Orang percaya harus selalu siap sedia berkorban tentang dirinya, kehendaknya, keinginannya demi mengutamakan Tuhan dan melayani sesame. (d) Seorang prajurit harus memiliki loyalitas yang tinggi (kesetiaan).
Akhirnya marilah kita sadari bersama bahwa hidup Kristen identik dengan sorang prajurit yang hidup dalam perjuangan. Musuh kita (iblis) ada dimana-mana, untuk itu berjaga-jagalah senantiasa dalam segala hal sebab iblis itu bagaikan singa yang lapar yang mencari orang untuk dimangsanya. Waspadalah dan berjuanglah. Tuhan Yesus memberkati. Amin
#NZ


Sunday, August 10, 2014

Pengharapan dalam Kesulitan

(Mazmur 123:3a)

Pernakah saudara/i merasakan kesulitan dalam dunia kerja, karir atau saat berelasi, hanya karena saudara/i sebagai seorang Kristen yang memegang teguh Firman-Nya? Apalagi hidup dalam bangsa dan Negara yang besar ini, sering kita mendengar kaum mayoritas dan minoritas.
Perbedaan perilaku dan kesempatan bagi kalangan orang percaya memang masih nyata terlihat, misalnya, seseorang yang menduduki jabatan tertentu atau naik pangkat, sepertinya lebih sulit bagi anak-anak Tuhan ke-timbang orang kebanyakan dan  banyak hal lain lagi. Inilah sebuah kenyataan hidup bagi kita yang hidup di tengah-tengan bangsa ini. Tetapi ini bukan sebuah alasan yang dapat kita jadikan dasar tindakan untuk berbuat dosa. Sama sekali tidak boleh. Banyak orang Kristen  yang mengatakan terpakasa meninggalkan Tuhan Yesus karena alasan tekanan dari lingkungan. Kalau mau jujur sebenarnya adalah karena orang tersebut tidak kuat dan tidak kokoh imannya.
Apapun persoalan yang kita hadapi, jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita? Inilah sebuah pernyataan yang sangat menguatkan, bukankah kita tahu persis bahwa Tuhan ber-tindak untuk segala sesuatu dan berkuasa pula atas dunia dan segala isinya, jadi, meski kita berada dalam lembah kekelaman dan badai yang sangat dasyat, Allah pasti menolong dan menghibur kita, asal kita tetap teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, inilah  satu-satunya pengharapan orang yang percaya kepada-Nya. Amin
#Odimasi L.





Sunday, August 3, 2014

Ketekunan Mengalahkan Kesukaran
(Amsal 24:10)

Tentunya hampir setiap orang pasti mendambakan suatu kehidupan yang nyaman, aman serta menyenangkan; cukup sandang; pangan dan papan. Tetapi didalam  kenyataan kita melihat betapa sering kehidupan seseorang itu penuh masalah, kesusahan, kesesakan, penderitaan sakit penyakit, dll.
Mengapa hidup kita sering   dilanda kesukaran, kesusahan? Pastilah semua orang berusaha menghindar dari masalah-masalah yang menyulitkan hidupnya; padahal menurut firman Tuhan, bahwa       kesukaran, penderitaan, berbagai pencobaan itu merupakan ujian iman yang harus kita alami jika kita menginginkan hidup kita berkualitas & berkemenangan terhadap berbagai kesukaran.
Yakobus 1 : 2-4 menyatakan bahwa justru melalui ujian iman itu akan menghasilkan ketekunan yang melahirkan kekuatan, keteguhan serta kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup ini. Hanyalah orang-orang yang sering mengalami penderitaan dan kesukaran dalam hidupnya akan menjadi tabah, kuat dan tekun dalam menanggung segala penderitaan (Roma 5 : 1-5).
Orang beriman ialah orang yang harus mampu belajar mengandalkan Tuhan dengan setia dalam hidupnya sehingga diberi kekuatan dan kasih karunia yang cukup untuk bertahan pada masa kesukaran. Ingat Amsal 24 : 10 “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan,    kecillah kekuatanmu”.
Janganlah menghindari kesukaran, tantangan dan penderitaan dalam hidup ini karena kalau kita tekun menjalani kita akan menjadi tahan uji sehingga berhasil memenangkan      perjuangan hidup ini. Amin.
#Pdt. Em. Jochanan Herlianto, B.Th