Sunday, May 25, 2014

Hidup Seperti Zakheus

(Lukas 19:1-10)

Sejatinya, Zakheus adalah nama yang indah. Bahasa Yunani Zakkhaious, atau Iberaninya Zaki mempunyai arti “yang murni dan saleh”. Namun Zakheus ternyata bertindak tidak seindah namanya. Ia bekerjasama dengan penjajah Romawi dan dari sana ia dapat memperkaya diri, bahkan menghalalkan berbagai cara untuk meraup untung sebanyak mungkin. Ia tidak segan-segan memeras orang miskin, memeras para janda. Sehingga pada zamannya, Zakheus salah satu orang yang kaya.

Namun, dengan kekayaannya itu ia merasa kesepian dan gelisah dengan cara hidupnya selama ini. Banyak orang membenci dan memusuhinya. Di tengah kegalauan hidupnya, ia mendengar Yesus akan melewati kotanya. Rupanya, Zakheus telah mendengar bagaimana Yesus berkarya; mengajar dan melakukan banyak mujizat.  Keterbatasan tubuhnya yang pendek, tidak menghalangi tekadnya. Ia naik sebuah pohon ara untuk melihat Yesus. Sungguh di luar dugaan, di tengah orang banyak yang menghina dan menghindarinya, Yesus justru memanggil dan meminta untuk singgah di rumahnya. Apa yang dilakukan Yesus membuat orang banyak kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Yesus yang mau mampir di rumah orang berdosa. Mampir atau singgah apalagi makan bersama menunjukkan bahwa Yesus mau menerima orang berdosa. Namun, Yesus tidak peduli dengan tanggapan miring orang banyak itu. Yang penting bagi-Nya, Zakheus si pendosa itu dapat mengalami pertobatan.

Zakheus mengalami pertobatan sesungguhnya. Ia tidak sekedar berhenti memeras tetapi menggunakan hartanya untuk kebaikan banyak orang. Perhatikan, pertobatan itu: bukan sekedar stop, berhenti melakukan apa yang dianggap salah atau jahat, melainkan lebih jauh dari itu, yakni melawan apa yang jahat itu. Tadinya, Zakheus hidup untuk pemuasan egonya; ia tamak dan serakah, sekarang hartanya digunakan untuk kehidupan banyak orang. Hal ini dapat terjadi jika manusia mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ia punya kerinduan, seperti Zakheus punya kerinduan berjumpa dengan Tuhan.

Perubahan hidup Zakheus disebut Yesus sebagai keselamatan, dan pemulihan sebagai anak (keturunan) Abraham. Yesus benar-benar memulihkan nama Zakkheous “murni dan saleh” kepada hakekatnya semula. Zakheus kini benar-benar menjadi orang yang murni dan saleh, bukan dengan memakai topeng, tetapi sutuhnya terlihat dari prilaku konkrit hidupnya. Itulah pembaruan hidup! Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah mengalami perjumpaan dengan Yesus dan dari perjumpaan itu kemudian membawa kita dalam hidup pertobatan? Lalu, kalau kita bertobat dan lahir baru, apanya yang berubah?

Amin

Sunday, May 18, 2014

Mengamalkan Kebenaran di Terima Tuhan

Kis.10:23b-43






Tentu kita pernah mendengar istilah”Homo Homini Homo”, artinya manusia menjadi manusia terhadap sesamanya. Berperi kemanusiaan, berbudi luhur, bertanggung rasa, bermurah hati, dan suka menolong orang lain seperti yang dilakukan Petrus terhadap Kornelius seorang Perwira. Petrus mengamallkan kebenaran kepada Kornelius dan orang-orang yang berkumpul di rumah Kornelius.

Pertanyaanya : Kebenaran apa yang perlu diamalkan ?

1. Bahwa Allah tidak membedakan orang
a. Allah mengasihi semua orang.
Dia tidak memandang kebangsaan, kesukuan, laki/wanita, tua/muda, kaya/miskin, berpangkat atau tidak, bahkan Tuhan tidak memandang keagamaan seseorang.
b. Allah tidak ingin manusia binasa
Dia ingin semua manusia selamat, karena itu Allah menunjukkan jalan keselamatan melalui Petrus lewat penglihatan dan Malaikat langsung yang menemui Kornelius ketika dia berdoa.

2. Kebenaran yang perlu diamalkan adalah : Yesus dari Nazaret.
Seperti apa Yesus dari Nazaret itu?
a. Yesus pemberi damai sejahtera
b. Yesus untuk semua orang
c. Yesus diurapi Roh Kudus artinya menjadikan Yesus Mesias sebagai jalan keselamatan
d. Yesus berjalan keliling dan berbuat baik

3. Kebenaran yang perlu diamalkan ialah ; Bahwa di dalam Yesus ada pengampunan dosa, tentunya bagi orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia.
Percaya kepada Yesus berarti;
a. Mau menyerahkan hidup kita
b. Melakukan perintahnya
c. Memberitakan tentang Yesus Kristus kepada orang lain (bersaksi)
d. Beriman kepada-Nya sampai kita dipanggil Tuhan

Sunday, May 11, 2014

Kasih Itu Memberi

Filipi 4:10-20 (Ayat Mas : Flp 4:15)

Persembahan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan umat Tuhan. Walau dalam kisah Adam dan Hawa kita tidak menemukan kesaksian bahwa mereka membawa persembahan kepada Allah, namun mereka masih hidup pada waktu Kain dan Habel melakukannya. Maka tentulah Adam dan Hawa selaku orang tua mereka yang terlebih dahulu melakukannya.  Selanjutnya dalam kisah Abraham, Ishak dan Yakobus, mereka mengembalikan perpuluhan dan memberikan persembahan lainnya.

Pengikut Kristus sepatutnya memberi lebih dari perpuluhan (Fil. 4:15), mengapa? Karena pemberian adalah sebuah penghargaan atas pengorbanan Kristus ! Dan pemberian itu adalah menunjukkan nilai dari diri kita sendiri.

Seorang yang bernama Sdri. Karmila Sembiring, ia bekerja sebagai perawat di klinik mata, yang setia berdoa setiap hari untuk pasien yang ia temui dengan membagikan traktat. Karena ia punya latar belakang bertobat dari membaca traktat, setiap pasien yang sudah diberikan traktat akan ia doakan dan kalau pasien datang lagi akan dia tanyakan bagaimana ia mengerti akan traktat yang di baca. Dan juga ia berdoa untuk teman – temannya yang bekerja baik yang beragama lain dan mereka mau mendengar kesaksiannya.

Pada suatu hari, Tuhan berbicara kepada dia untuk memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Ia memiliki 2 gelang emas yang jumlahnya lebih banyak dari tabungan dan mas yang lain. Tuhan berbicara dari kitab kejadian 22 : 1-9 tentang bagaimana dan berdoa, sampai suatu saat Tuhan meyakinkan dia bahwa Tuhan yang menjamin hidupya.  Ia memberikan gelang itu menjadi persembahan untuk pemberitaan Injil.

Keikhlasan dalam memberi harus di dasari oleh dasar yang sama ketika kita memberi untuk istri/suami atau anak-anak kita, yaitu kasih. Kasih itu adalah secara aktif dan berinisiatif untuk melakukan dan memberi yang baik bagi orang lain, dan bukan untuk mengambil atau mengharapkan sesuatu dari orang lain. Tuhan Yesus memberkati. Amin (PIPKA)

Sunday, May 4, 2014

Lakukanlah Pemberitaan Injil

(KISAH PARA RASUL 17:16-34)


Sering kita mendengar bahwa “perbuatan berbicara lebih keras dari perkataan”, sehingga banyak orang berpendapat bahwa bersaksi melalui perbuatan lebih penting dari pada bersaksi dengan perkataan.  Di dalamnya ada kebenaran, namun sangat disayangkan bahwa karenanya banyak orang enggan bersaksi lewat perkataannya. Pembacaan Alkitab kita hari ini adalah bagian kisah pelayanan Rasul Paulus saat di Athena, yang merupakan pusat penyembahan patung berhala, menyaksikan  hal itu, hati Paulus menjadi sangat sedih. Paulus membuka percakapan dengan benda yang ada di sekitar mereka seperti air, sumur dan sebagainya kemudian mengarah kepada hal rohani kebutuhan mencari Allah dan Kristus. Hal yang demikian dilakukan Paulus karena ia sangat memahami dan meyakini akan kuasa Injil itu :
  1. Iman datang dari berita Injil, karena beritaInjil itu adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia (Yoh. 1:1,14).
  2. Injil adalah kuasa (dunamos = kekuatan) Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16) yang mampu membuka hati manusia yang keras.
  3. Injil adalah permata berharga yang dipercaya Tuhan untuk dibagikan kepada orang lain, bukan untuk disimpan sendiri.
 Mari kita bersama-sama bekerja sama untuk memikirkan orang-orang di sekitar kita yang belum hidup di dalam Tuhan Yesus,  untuk mendoakan mereka dan mencari kesempatan untuk menyaksikan Injil Tuhan Yesus Kristus kepada mereka. Amin