Sunday, September 28, 2014

Kebenaran Injil, Injil Perdamaian

(Efesus 6:10-20)
  
Kekristenan diperhadapkan pada paradoks dan ironi. Keduanya terkait dengan Injil Perdamaian. Paradoks (dua hal yang sepintas bertentangan padahal sebenarnya sejalan) bila Kekristenan setia pada Injil Perdamaian: memberitakan Injil Perdamaian dan berjuang melawan Kuasa-kuasa yang bertentangan dengan Injil Perdamaian. Di sinilah Kekristenan merupakan agama perdamaian sekaligus agama perjuangan/perlawanan.

Ironi (dua hal yang bertolak belakang, di mana kenyataan berbeda dengan yang seharusnya) bila Kekristenan tidak setia pada Injil Perdamaian. Seharusnya kaum Kristen membawa damai (Matius 5.9), tetapi kenyataannya sering jauh panggang dari api. Perpecahan dan perseteruan di kalangan Kristen di satu sisi, dan permusuhan bahkan “perang-perang agama” terhadap mereka yang tidak seiman sekepercayaan di sisi lain, adalah kenyataan-kenyataan yang ironis.

Di manakah posisi kita sekarang? Inilah yang akan kita dalami dengan menggali Efesus 6.10-20. Pertama, Kekristenan adalah agama perdamaian. Ia berkomitmen untuk mewartakan Injil Perdamaian, Kaum beriman harus membawa perdamaian (Matius 5.9). Kedua, Kekristenan adalah agama perjuangan atau agama perlawanan. Dalam pewartaannya tentang Injil Perdamaian, ia berhadapan dengan Kuasa-kuasa. Telah dikalahkan oleh Kristus, Kuasa-kuasa itu menolak otoritas Kristus. Mereka harus berjuang melawan Kuasa-kuasa. Perjuangan itu dilakukan dengan “peperangan defensif” dan offensive. Ketiga, sebagai kaum beriman orang Kristen harus “mengambil dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.” Itu berarti aktif berpartisipasi (=bekerjasama dengan Roh Kudus!) dalam proses pembentukan karakter Kristen. Keempat, hingga saat ini, Gereja dan kaum beriman masih hidup dalam “suasana perang” bahkan kancah peperangan dengan Kuasa-kuasa. Tak jarang Kuasa-kuasa melancarkan serangan-serangan “luar” yang kasar: kebijakan dan perilaku yang diskriminatif bahkan penganiayaan. Sering juga serangan-serangan dalam yang “halus”: upaya-upaya penyesatan dan pemecahbelah. Serangan-serangan tersebut tentu saja sangat berbahaya. Tapi kiranya yang paling berbahaya adalah kombinasi-kombinasi serangan yang langsung membidik kecenderungan-kecenderungan kita: “daya tarik dunia” yang berkisar pada Mammonisme, “kehendak untuk berkuasa” (will to power), dan hedonisme.


Hendaknya kita menjadi pewarta Injil perdamaian dan menegakkan kebenaran Injil dalam hidup kita semua. Amin

Monday, September 22, 2014

Selamat Jalan Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th

"Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada." Yoh 14:2-3.

Kami Hamba Tuhan, Majelis dan segenap Jemaat GKMI Progo turut bersimpati atas meninggalnya Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th pada hari Kamis, 18 September 2014 jam 11.15 wib di Pantiwilasa Citarum.

Kebaktian Penghiburan telah diadakan pada Minggu, 21 September jam 19.00 wib di Pantiwilasa Citarum ruang 2 B.

Jenazah diberangkatkan ke Kedungmundu untuk dikremasi pada Senin, 22 September pukul 08.30 Wib dilayani oleh Pdm. Nemueli Zega, S.Th.

Kami atas nama Majelis,Hamba Tuhan dan Jemaat GKMI Progo mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas pengabdian dan pelayanan (Alm.)Pdt. Em.J.Herlianto, B.Th semasa hidupnya di GKMI Progo. Biarlah Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sunday, September 21, 2014

Yesus Alasanku

(Yohanes 15:1-8)

Semua petani menginginkan hasil yang baik dan hasil yang banyak dan berkualitas. Namun ada juga petani yang menyenangi tanaman untuk hiasan saja. Misalnya tanaman yang dikerdilkan (bonsai). Sekalipun demikian semua menghendaki hasil yang maksimal.

Yesus berkata Akulah pokok Anggur yang benar. Pertanyaannya adakah pokok anggur yang palsu? Ada pokok Anggur yang berbuah banyak tetapi ada juga yang berbuah namun plastic. Pokok Anggur yang plastic tidak memerlukan tanah dan air, sangat berbeda dengan Pokok Anggur yang sungguhan yang memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang berkesinambungan. Pokok anggur palsu bisa jadi mengecewakan tetapi pokok anggur yang benar memberi pengharapan.
Sama seperti sebuah syair yang tertuliskan demikian:
“Yesus Pokok Anggur yang benar
Lenyaplah yang tak di dalam Dia
Demiakian orang yang tak di dalam Yesus
Tak akan mendapatkan hidup kekal.”

Dalam Yohanes 15: 1-8 Yesus mengidentikkan diri Nya sebagai Pokok Anggu yang benar dan orang percaya cabang-cabangnya. Hal ini berarti bahwa setiap ranting yang melekat pada pokok Anggur dijamin sebagai ranting yang benar dan bukan palsu. Tetapi tak kala ranting itu pisah dari pokoknya bukan hanya menjadi palsu tetapi ranting itu mati dan tak berguna.


Oleh karena itu hendaklah jemaat menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan, seperti Pokok Anggur. Jika hingga saat ini kita semua bisa ada seperti adanya kita adalah semata-mata karena Tuhan Yesus. Oleh karena itu di masa-masa yang akan datang hendaklah Yesus Kristus menjadi alasan dan tujuan kita; untuk hidup, melayani, beraktifitas, bertumbuh dan setia di dalam iman. Semua pelayanan kita jika tidak berpusat pada Yesus Kristus adalah sia-sia, sama seperti dahan yang terlepas dari pokoknya. Amin

Sunday, September 14, 2014

Mengatakan Kebenaran, Bukan Mengorbankan Perseteruan

(Galatia 4:12-20)

Pada saat Paulus menulis surat Galatia ini, sedang terjadi ketegangan antara Paulus dgn orang-orang Galatia. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang telah bertobat menjadi Kristen namun masih memelihara hokum taurat (hari-hari besar, bulan baru, sabat dll). Paulus meminta kepada mereka supaya menjadi sama seperti dirinya, Yahudi tetapi percaya kepada Kristus dan bebas dari hokum taurat.
            Kelompok Yahudi ekstrim berusaha menarik jemaat Galatia yang bukan Yahudi untuk menjadi Yahudi dengan jalan disunat dan mentaati hukum taurat. Ketika Paulus dengan terus terang mengatakan kebenaran iman Kristen tersebut, orang Galatia menjadi tidak senang dan mereka memusuhi Paulus (Gal. 4:16). Paulus mengingatkan mereka, bahwa dahulu saat Paulus pertama ke Galatia untuk memberitakan Injil justru dalam keadaan cukup parah.
            Sebagai hamba Tuhan yang taat dalam pelayanan, Paulus memiliki kelemahan-kelemahan tubuh: sakit malaria, radang mata, sakit kepala sebagai akibat dari penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang benci padanya. Namun demikian meski harus mengalami tantangan, sakit penyakit dsb, Paulus tetap konsisten berusaha supaya orang Galatia yang telah murtad itu kembali menjadi anak Tuhan yang beroleh keselamatan kekal.
            Memmang mengatakan kebenaran ternyata beresiko (dibenci), tetapi itulah kehendak Tuhan yang harus kita lakukan, Janganlah kita menjadi sebaliknya malah mengorbankan perseteruan yang dapat membawa akibat yang membahayakan keselamatan jiwa.

            Mengapa terjadi perang dunia (I & II), perang salib dll, karena dunia lebih cenderung mengobarkan perseteruan dari pada mengatakan kebenaran.  #Pdt. Em. J. Herlianto, B.Th

Sunday, September 7, 2014

Manusia Baru: Hidup dalam Kebenaran, Hidup dalam Perdamaian

 (Efesus 4:17-32)

Saiki jaman edan, na ora melu edan ora keduman” (= zaman sekarang zaman edan, kalau tidak ikut-ikutan edan tidak kebagian apa-apa). Itulah yang sering dikatakan orang untuk membenarkan tindakannya yang salah. Yang penting ia bisa dapat sesuatu.  Gaya hidup selfish, hanya memikirkan diri sendiri tidak peduli dengan orang lain menjadi gaya hidup orang-orang pada masa kini. Tidak peduli apakah perbuatan/perkataaannya benar atau tidak. Yang penting saya senang, peduli amat dengan yang lain (“mana gue pikirin”). 

Orang hanya memikirkan kepentingan, kenikmatan dan kepuasannya; tidak memikirkan/ mempertimbangkan orang lain. Ketika terjadi bencana, kurang ada kepekaan sosial, selama bencana itu tidak membawa efek padanya atau menimpa dirinya, tidak ada pikiran untuk menolong orang lain. Bila hidup orang Kristen seperti itu, apa bedanya dengan yang lain? Efesus 4:17-32 mengajak kita untuk hidup berbeda, menjadi manusia baru di dalam Kristus.

Paulus menasihati jemaat agar mereka jangan hidup lagi seperti orang-orang kafir. Orang kafir hidup dalam kesia-siaan (fana, sesat). Hati mereka begitu degil, perasaan mereka tumpul, mereka tidak punya kesadaran, mereka menyerahkan diri pada hawa nafsu mereka dan mengerjakan segala macam kecemaran (kecemaran secara umum, religious, etis, susila). Mereka secara sengaja memutuskan hubungan dengan Allah. Hidup untuk mencari kenikmatan diri dan tidak peduli dengan Allah dan orang lain. Mereka kehilangan makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Jemaat bukan lagi orang kafir. Mereka sudah ditebus oleh Kristus. Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dipanggil oleh Yesus Kristus. Mereka harus meninggalkan hidup lama dan berdiam dalam hidup yang baru. Karena itu, Jangan pernah berhenti untuk terus-menerus memperbaharui diri, walau ribet/susah tetaplah bertekun dan setia. Dengan kekuatan dari Tuhan, kita pasti bisa menjadi manusia baru   yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan, mencintai perdamaian dan menjauhkan pertengkaran dan permusuhan. 

Jadilah manusia baru yang bukan saja diberkati tapi menjadi berkat dan membawa perdamaian. Dari manusia baru tercipta komunitas baru dengan cara hidup baru yang ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.  Begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lan waspada (sebaik-baiknya orang yang lupa, yang lebih baik adalah yang ingat dan waspada). Tuhan Yesus memberkati. Amin.