Sunday, January 25, 2015

Karena Allah yang Berjanji


Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan, atau kesanggupan untuk berbuat tentang apa yang dijanjikan (bisa berupa dukungan, bantuan, pemberian, pertolongan dsb). Sedangkan “perjanjian” adalah melibatkan dua belah pihak yang sama-sama mengikatkan diri dalam sebuah janji. Maka dalam sebuah “perjanjian” terlihat kesamaan level, derajat, porsi dari setiap pihak yang sedang berjanji. Di dalamnya ada pihak yang memiliki hak atau kewajiban tetapi juga melaksanakan hak dan kewajiban. Maka kedua belah pihak dalam sebuah perjanjian menjadi sama derajatnya, sama levelnya dan sama statusnya.
Jika pengertian tentang “janji atau perjanjian” diartikan seperti di atas, maka “perjanjian” Allah dan manusia menjadi sesuatu yang menarik. Allah “berjanji” kepada manusia artinya: pertama, Allah sengaja melibatkan diri dalam perjanjian tersebut, Ia mengikatkan diri dalam janji sekalipun sebenarnya tidak ada keharusan untuk Allah lakukan. maka Allah secara tidak langsung telah menyamakan dirinya seperti manusia. Kedua, Perjajian Allah kepada manusia adalah perjanjian sepihak dari Allah artinya perjanjian itu selalu dijalankan dengan setia oleh Allah sendiri sekalipun manusia tidak menjalankan perjanjian tersebut. Maka perjanjian tersebut sifatnya permanen dan tidak bisa dibatalkan dan digagalkan sekalipun manusia tidak taat menjalankan perjanjian tersebut. Ketiga, sebuah pertanda tentang kasih Allah yang sangat besar kepada manusia sehingga Ia mengikatkan diri dalam sebuah draf perjanjian dengan manusia.
Maka dengan demikian manusia tidak mempunyai alasan untuk tidak merespon per-janjian Allah yang mengikatkan dirinya dalam sebuah hukum, peraturan, atau perundangan. Bahkan selayaknya hati kita patut bangga karena Allah yang levelnya dan derajatnya; tinggi, agung dan hormatNya tidak sebanding dengan manusia menjadi setara dalam “perjanjian” itu. Itulah dasar dan pokok utama mengapa kita harus setia di dalam Tuhan. Tuhan memberkati.  Amin


Sunday, January 18, 2015

Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang

(Lukas 4:16-30)

Bagi kaum miskin, wong cilik, tahun Yobel begitu ber-arti. Betapa tidak! Pada tahun itu, para budak beroleh kemerdekaan. Mereka kembali menjadi orang merdeka. Orang-orang yang terbelit utang agar bisa bertahan di tengah kehidupan yang semakin sulit, boleh bernafas lega. Utang-utang mereka dihapuskan. Tanah pusaka yang terpaksa dijual dikembalikan kepada pemiliknya. Tahun Yobel benar-benar menjadi tahun rahmat Tuhan.
Dalam perkembangannya, seiring dengan semakin kompleksnya interaksi disekitar cara-cara produksi kuno, kaum miskin meliputi semua orang yang terhisap secara ekonomi (yang menerima upah/hasil jauh lebih kecil dari nilai-nilai kekayaan yang dihasilkannya). Semua orang tertindas secara politik (menjadi bangsa jajahan, diperlakukan sewenang-wenang, dan direndahkan harkat martabatnya sebagai manusia), dan semua orang yang terpinggirkan secara social (yang seringkali tidak lepas dari peran agama yang memilah mana orang yang diterima Tuhan dan masyarakat dan mana yang harus ditolak). Dalam Lukas 4:18-19, mereka adalah orang-orang miskin, orang-orang tawanan, orang-orang buta dan orang-orang yang tertindas.
Bila mula-mula Tahun Yobel dicanangkan sebagai Tahun tertentu dalam kalender Deuteronomis pra pembuangan (Ulangan 15) dan kalender Paderi (Imamat 25) pasca pem-buangan (entah perbah dilaksanakan atau tidak), dalam perkembangannya Tahun Yobel dimaknai secara eskatologi: suatu waktu kelak – entah kapan – ketika –melalui Mesias – Allah membebaskan kaum miskin.
Kita meyakini bahwa di dalam Yesus Tahun Yobel atau Tahun Rahmat telah datang. Maka sebagai orang-orang percaya/murid-murid Yesus Kristus wajib mempraktekkan dan meneruskan keberpihakkan Tuhan kepada kaum miskin. Menekan kekerasan paling tidak dimulai terlebih dulu dari diri kita, berbuat adil kepada sesama (menghargai hak-hak orang lain dan bersedia mejalankan kewajiban masing-masing kita), mengasihi anak-anak yatim piatu, melindungi orang-orang yang terpinggirkan dan terabaikan/ yang terlantar dsb. Hendaknya Tahun Rahmat Tuhan itu menghiasi seluruh dimensi kehidupan kita.
Tuhan Yesus memberkati Amin. (Almanak Sinode)

Sunday, January 4, 2015

Hari-hari Baik dalam Kehidupan

(1 Petrus 3:10-12)

Setiap orang pasti menyukai hal-hal yang baik terjadi dalam hidupnya. Tidak ada seorangpun yang menghendaki hal-hal buruk akan tertimpa atasnya. Itulah sebabnya Yesus berkata dalam Matius 22:39 : “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Argumen di atas menjelaskan bahwa manusia pada prinsipnya seharusnya bersikap baik, bersikap terpuji, bersikap sopan  kepada semua orang, seperti diri sendiri menginginkan diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Setiap orang berharap mengalami kemajuan yang baik dalam pekerjaan dan usaha, setiap orang berharap mengalami kebaikan-kebaikan yang signifikan dalam kehidupan berkeluarga, anak sekolah berharap semakin pandai dan pinter, orang percaya berharap mengalami kemajuan dan keteguhan iman, mengharapkan kesehatan yang terjaga, sakit penyakit dihancurkan dalam nama Yesus dsb.

Tetapi bagaimana supaya pengalaman-pengalaman baik itu terjadi atas kita? Ada pepatah mengatakan: “Jika ingin dihargai, maka hargailah terlebih dahulu dirimu sendiri. Artinya kebaikan-kebaikan yang akan kita rasakan adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang sebelumnya kita lakukan. Jangan berharap hari-hari baik akan anda tuai dan nikmati, jika anda sendiri tidak pernah menanam tentang kebaikan-kebaikan.


Sangat sinkron dengan apa yang dinasehatkan oleh Petrus. Menikmati tentang hidup dan hari-hari baik adalah dimulai dari diri kita sendiri. Kebaikan itu harus dilakukan oleh kita terlebih dahulu. Paling tidak beberapa syarat yang diusulkan oleh Petrus, yaitu: 1) Mempergunakan lidah & bibir untuk kebaikan. 2) Mempergunakan hidup untuk yang baik 3) Aktif terlibat dalam perdamaian. Mengapa manusia harus melakukan 3 hal di atas? Ay. 12 mengatakan: karena wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat, tetapi Ia berpihak kepada orang-orang benar. Terpuji nama Tuhan yang memampukan kita untuk menjalaninya. Amin (N.Z)

Thursday, January 1, 2015

Rangkaian Acara Natal-Tutup Tahun 2014

Kerja Bakti Lingkungan Sekitar Gereja




Chirstmas Carols

Perkunjungan di Karangroto (23/12).

Kebaktian Malam Natal





Natal Sekolah Minggu

Natal Sekolah Minggu Filadelfia,
dimeriahkan Panggung Boneka STT Kanaan Ungaran (25/12).