Sunday, December 4, 2011

Damai Sejahtera di Bumi, Impian atau Panggilan?


(Lukas 2:8-14)


Apakah yang anda rasakan jika mendengar, menyaksikan, atau  mengalami sebuah bencana misalnya bencana alam (gunung     meletus, gempa, tanah longsor, banjir, sunami dsb)? Pada satu sisi pasti mengalami ketakutan yang sangat, hati gentar dan kuatir dll. Tetapi pada sisi yang lain memungkinkan anda tercengang dan terpengarah akan kedahsyatan dan kehebatan bencana  yang sedang terjadi. Iya khan?
Peristiwa kedatangan malaikat Tuhan menemui para gembala untuk mengabarkan kelahiran Yesus Kristus. Para gembala menjadi sangat       ketakutan, wajar dong.... !!! Bayangkan; gembala adalah orang kecil yang pekerjaannya hanya menggembalakan domba yang belum tentu domba-domba itu adalah milik mereka sendiri. Namun mereka adalah orang yang pertama ditemui oleh malaikat Tuhan untuk menyaksian dan mengalami serta menerima damai sehatera, kabar sukacita, dan kabar keselamatan. Pertanyaanya adalah mengapa kabar sukacita atau kabar keselamatan atau damai itu, memilih para gembala sebagai orang pertama yang harus menimatinya?
Peristiwa natal adalah peristiwa dimana manusia menjumpai damai yang dari Allah. Damai itu membutuhkan hati sederhana bak palungan yang menampung bayi mungil Yesus. Damai itu diberikan kepada hati yang terpanggil untuk memeliharanya. Bersediakah setiap kita saat ini untuk memerikasa setiap hati kita? Adakah Adakah hati saya dan saudara sedang dikuasai oleh           kecongkakan atau ambisi negatif saat menyediakannya sebagai tempat untuk Yesus Tuhan kita? Ataukah hati saya dan saudara adalah hati yang tulus, hati yang sangat sederhana untuk menerima sebagai tempat bagi Yesus. Damai pasti hinggap dan tinggal di hati orang yang memiliki siap       kesederhanaan, tetapi bagi hati yang congkak dan penuh tipu muslihat maka damai merupakan bumerang. Jadilah para gembala masa kini seperti 2000 tahun lalu, dipakai Tuhan sebagai sarana untuk memberitakan damai kepada semua orang. Tuhan Yesus memberkati. (Almanak Sinode).