Sunday, June 29, 2014

Andalan yang Semu

(Mazmur 33: 16-22)

emimpin itu indentik dengan pemerintahan dan kekuasaan. Seorang presiden memegang kekuasaan atas negara yang dipimpinnya; seorang raja berkuasa penuh atas rakyat dan kerajaannya. Namun harus kita akui bahwa besarnya kuasa seseorang tidak bisa menjamin bahwa ia akan aman seratus persen. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi seorang pemimpin, contoh: ada pasukan pengawal yang bersenjata lengkap atau bodyguard yang selalu menyertai ke mana pun ia pergi, dengan tujuan agar pemimpin itu tetap terlindungi dari bahaya yang sewaktu-waktu mengancam. Meskipun demikian, masih banyak terjadi seorang presiden, raja, bos perusahaan atau juga seorang panglima perang yang tewas terbunuh oleh musuh.
Orang yang bergelimpangan harta hidupnya selalu bergantung dan mengandalkan uang atau kekayaannya: rumah mewah dilengkapi dengan sistem penjagaan yang ketat, pagar tinggi, satpam dan juga anjing yang berkeliaran menjaga rumahnya. Tetapi jika maut akan merengut nyawanya, tidak ada yang bisa membatalkannya. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan, kekayaan, kekuasaan dan keperkasaan seseorang tidak dapat menjamin keselamatan jiwanya, seperti dikatakan "Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan." (ayat 17). Tenaga sekuat apa pun dan senjata secanggih apa pun yang kita miliki, jika kita tidak mempunyai hati yang takut akan Tuhan, semuanya sia-sia.
Jadi, takut akan Tuhan adalah syarat mutlak untuk memperoleh keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan kehidupan kekal, karena "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ayat 18-19). Tuhanlah yang senantiasa menjadi penolong dan perisai bagi orang-orang yang takut kepadaNya; Dia selalu punya cara yang ajaib dan tak masuk akal, itulah yang disediakanNya (baca 1 Korintus 2:9). #NZ

Sunday, June 22, 2014

Pelayanan yang Berhasil

(Nehemia 2: 10-20)

Nehemia adalah seorang anak  Tuhan yang hidup dalam doa. Walaupun ia mempunyai kedududkan penting di istana, ia sangat terbeban untuk membangun kembali Yerusalem  dan bangsanya yang hancur karena dosa. Ketika ia mendengar mengenai kehancuran tembok Yerusalem dan bait Allah, ia menangis dengan sedih. Beban itu ia sampaikan kepada Tuhan dalam doanya. Nehemia memahami bahwa membangun hal-hal yang runtuh karena dosa tidak dapat mengandalkan kekuatan fisik tetapi harus dengan kekuatan rohani.
Ada 3 rahasia keberhasilan Nehemia dalam melayani Tuhan :
1. Hidup dalam doa. Ketika ia mendengar tentang keadaan umat dengan pergumulannya, ia menangis dan berkabung selama beberapa hari (psl. 1:4), kemudian diikuti dengan puasa dan doa (psl 1:6-11).
2. Bekerja tanpa banyak bicara (ay. 11-16). Ia bekerjasama dengan beberapa orang yang dapat dipercaya. Semua kehancuran diteliti, dicatat, diselidiki dengan seksama tanpa banyak bicara (ay.15). Ia bekerja dari pagi sebelum fajar dan menjaga rahasia pelayanan dengan baik (1Kor.4:1-2).
3. Nehemia mendorong orang lain bekerja dengan giat (ay. 17-20). Mari kita bangun   kembali, ia sadar bahwa pergumulan tersebut tidak dapat ditanggulangi sendiri, karena itu ia sangat menghargai persekutuan, kebersamaan dan persatuan sehingga Tuhan memberi keberhasilan kepada mereka.
Kiranya keberhasilan yang dilakukan oleh Nehemia di dalam pelayanannya menjadi keberhasilan kita juga sebagai anak-anak Tuhan di dalam pelayanan kita baik dalam membangun keluarga kita maupun pelayanan kita saat ini, Tuhan Yesus memberkati. Amin


Sunday, June 15, 2014

Keluarga Yang Melayani

(Kis 10:1-8)

Melayani adalah memberi diri sepenuhnya, rela dan siap sedia untuk melakukan segala sesuatu, dalam keadaan apapun dan dimanapun bagi kepentingan tuannya. Melayani juga bukan hanya sekedar tindakan aktif dalam kegiatan gereja atau mau berkorban melalui tindakan2 seperti menolong dan membantu sesame, namun melayani menyangkut hati dan motivasi. Dihargai atau tidak,  mendapat apa-apa atau tidak namun tetap melakukannya dengan baik, tulus dan setia.
Orang yang melayani Tuhan bukan harus seorang hamba Tuhan, Majelis, aktifis, guru SM, singer, liturgos, pemusik dan penerima tamu namun mencakup semuanya yaitu semua orang-orang yang percaya kepada Tuhan terlibat di dalam melayani termasuk di dalam keluarga. Pertanyaannya, seperti apakah keluarga yang melayani itu? Seperti nats pagi ini memberikan teladan rohani bagi kita dari kisah Kornelius dan seisi rumahnya. Seperti apakah yang disebut dengan keluarga yang melayani itu! Yaitu:
Pertama: Melayani didasari dengan hati yang takut akan Tuhan (2a). Orang yang takut akan Tuhan hidupnya tidak lepas dari kehidupan yang saleh, baik dan apapun yang diperbuatnya berkenan di hati Tuhan dan sesama. Seperti Kornelius dan seisi rumahnya memberi diri kepada Tuhan, bersekutu kepada Tuhan dengan motivasi yang benar. Kedua, adanya kasih kepada sesama (2b). Keluarga yang melayani hendaknya ada kasih kepada sesama. Keluarga Kornelius memiliki kasih kepada sesama dengan memberi sedekah kepada umat Yahudi yang membutuhkan. Kornelius dan seisi rumahnya tidak pelit di dalam hal berbagi, membantu dan menolong orang-orang miskin, orang-orang yang tidak mampu. Ketiga, hidup dengan rendah hati (2c). Kornelius adalah seorang perwira dan tentunya berasal dari keluarga yang berkeadaan, keluarga pejabat namun kita belajar dari hidupnya bahwa adanya kesadaran dalam dirinya bahwa semua apa yang ada padanya dan keluarganya semua berkat dari Tuhan sehingga ia tidak sombong bahkan melayani dengan membantu orang lain dan  menaikan ucapan syukurnya kepada Tuhan melalui doa senantiasa. Keempat, keluarga yang melayani tidak mengenal untung ruginya di dalam bersekutu dengan Tuhan (7) Kornelius merelakan dua orang hambanya beserta seorang prajuritnya untuk berangkat ke Yope mencari Petrus dan itu berjalan kurang lebih 3 hari. Namun dia tidak memperhitungkan hal tersebut. Kelima, keluarga yang melayani memberikan waktu untuk mendengarkan firman Tuhan (33). Kornelius tidak mengenal kesibukannya sebagai perwira namun ia memberikan waktunya untuk bersekutu dan mendengarkan firman Tuhan. Keenam, keluarga yang melayani itu menjadi berkat bagi orang lain (24) Kornelius tidak hanya seisi rumahnya yang mendengarkan firman Tuhan namun ia juga memanggil sahabat-sahabatnya datang kerumahnya untuk bersama-sama mendengarkan firman. Ia terbeban membawa orang lain kepada Tuhan.
Apakah kita saat ini sudah benar-benar menjadi keluarga yang melayani Tuhan seperti keteladanan dari keluarga Kornelius? Ataukah selama ini kita hanya keluarga yang melayani diri kita sendiri dan melayani kepentingan diri kita sendiri? Mari kita bertobat bersama-sama…!!! Tuhan Yesus memberkati kita semua. #Senia La’ia


Sunday, June 8, 2014

Keluarga yang Setia

(Yosua 24:14-17)


Sebelum Yosua mengakhiri kepemimpinannya, ia menyampaikan semacam kata-kata pidato perpisahan dng umat Israel. Di dalam kata-kata pidato perpisahannya tsb., Yosua memberikan nasihat dan pengajaran bagi umat Israel agar mereka setia beribadah kepada TUHAN, Alllah mereka (Yosua 24:14). Meskipun Yosua memberikan nasihat kepada umat Israel agar mereka setia beribadah kepada TUHAN, namun Yosua sendiri, bersama keluarga mempunyai PENDIRIAN & KEPUTUSAN yang mantap bahwa ibadah Yosua sekeluarga TIDAK MAU BERGANTUNG pada keputusan umat Israel dalam merespon nasihat yang diberikan. Jadi meskipun kemungkinan umat Israel tidak menerima & menjalankan nasihatnya, Yosua bersama keluarga akan tetap BERIBADAH dengan setia kepada TUHAN, Allah, Khalik alam semesta. Bagi Yosua dan keluarga, beribadah kepada TUHAN merupakan keputusan secara pribadi & mandiri, dan bukan karena ikut-ikutan orang lain (Yosua 24:15)

Bagaimana dengan sikap iman kita sebagai umat Tuhan? Apakah dalam beribadah kepada Tuhan kita masih tergantung pada orang lain? apakah tergantung pada teman, sungkan pada pendeta, tergantung pada suami/istri, pada orang tua? Marilah kita belajar meneladani SIKAP & KEPUTUSAN IMAN YOSUA, yaitu bahwa beribadah kepada TUHAN dengan setia, adalah menjadi suatu keputusan prinsipial iman kita, dan tidak sekali-kali karena orang lain, bukan karena dipengaruhi atau pun bergantung pd orang lain. Tentu akan menjadi lebih baik, selain kita menetapkan & memutuskan untuk setia beribadah kepada TUHAN, kita juga tidak bosan-bosannya mengingatkan, menasihati dan mengajak sesama anak2 TUHAN untuk tekun dan setia kepada TUHAN, karena kasih-setiaNya yang begitu besar dan melimpah bagi umatNya.

Selamat beribadah dan berani mengikrarkan keputusan iman & pendirian hidup selaku umat Kristen. Amin. (NZ)

Sunday, June 1, 2014

Meraih Hidup Baru

(Kolose 3:1-17, & 2 Korintus 5:17)

Meraih berarti menggapai sesuatu kemudian menarik ke arah diri sendiri. Hidup baru : Sebuah akibat dari kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan memberi sebuah status baru kepada manusia. Tuhan Yesus berkata: ”aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yohanes 3:3). Kita tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah jika kita tidak dilahirkan dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Itulah syarat masuk ke dalam kerjaan Allah, yaitu dibaptis!

Menurut Paulus di dalam baptisan, orang percaya mati dan bangkit lagi dalam hidup baru. Dalam hidup baru itulah kita dituntut untuk mencari perkara yang di atas, dimana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah (Kol. 3:1). Tetapi kebanyakan orang-orang Kristen lebih cenderung memikirkan perkara yang di bumi (Kol. 3:2), maka akibatnya banyak orang-orang Kristen masih ribut soal makan, minum, hari raya, bulan baru ataupun hari sabat (Kol. 2:16) sehingga Paulus memperingatkan: “Jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu…tetapi tidak menurut Kristus (Kol. 2:8). Itu merupakan pola hidup yang lama. “Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang !” (2 Kor. 5:17).

Dengan demikian, kita yang sudah berada di dalam Kristus, sudah menjadi manusia baru ( Kol. 3:15-17), memiliki hidup baru yang harus diraih, direbut, diperjuangkan dengan mematikan segala sesuatu yang duniawi dan dengan pertolongan Roh Kudus menanggalkan hidup yang lama serta melaksanakan pola hidup baru sesuai Firmna Tuhan dengan penuh tanggung jawab (Kol. 3:12-17). Amin

(Pdt. Em. J. Herlianto, B. Th)

Retreat Pemuda 2014

Retreat pemuda/i Victoria, Colo 31 Mei - 1 Juni 2014.