Sunday, September 29, 2013

Adil itu Memulihkan

Nats: Filemon 1:4-22

Surat Filemon ditulis oleh Rasul Paulus dengan maksud untuk meminta Filemon mengampuni Onesimus dan menerimanya kembali untuk bekerja di rumahnya. Dalam kisah ini ada tiga orang tokoh utama, yaitu Rasul Paulus (yang saat itu berada dalam penjara), Filemon (orang Frigia yang menjadi Kristen karena penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus), dan Onesimus (budak Filemon yang melarikan diri karena telah melakukan kejahatan terhadap Filemon, kemungkinan besar ia telah mencuri sesuatu dari rumah Filemon).
Permintaan Rasul Paulus ini merupakan permintaan yang tidak masuk akal dan sulit dipenuhi.  Onesimus adalah budak Filemon. Jika Filemon sampai menerima Onesimus kembali maka bisa saja Onesimus malah bersikap makin menjadi-jadi; nglunjak dalam bahasa Jawa.  Tetapi lebih daripada itu, Onesimus telah berbuat jahat terhadap Filemon.  Ia telah melakukan tindak kriminal yang merugikan dan menyakiti Filemon. Oleh karena itu sangat tidak masuk akal jika Filemon diminta untuk mengampuni dan menerima Onesimus kembali.  Dilihat dari hukum keadilan, maka Onesimus sudah seharusnya dihukum setimpal dengan perbuatan jahatnya.  Mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Namun menarik untuk memperhatikan bahwa hukum keadilan yang diberlakukan oleh Rasul Paulus bukanlah keadilan retributif atau punitif (keadilan yang membalas atau yang menghukum), melainkan keadilan restoratif (keadilan yang memulihkan).  Keadilan semacam ini memang sulit dilakukan, tapi Rasul Paulus telah memberikan contoh bahwa keadilan semacam ini bisa dilakukan. 
Inilah kunci utama untuk memberlakukan keadilan yang memulihkan, yaitu dengan menghargai orang lain setinggi-tingginya, tidak peduli betapapun ia telah menyakiti diri kita, sambil merendahkan diri kita sendiri serendah-rendahnya. Pusat perhatian dalam keadilan semacam ini bukanlah untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, serta hukuman apa yang harus dijatuhkan pada yang salah, yang setimpal dengan kejahatannya.  Pusat perhatian dalam keadilan yang memulihkan adalah untuk mencari cara agar hubungan yang telah rusak sebagai akibat sebuah tindak kejahatan bisa dipulihkan kembali.  Bahwa pihak yang berbuat salah kemudian melakukan penebusan (sebagaimana Onesimus bersedia untuk kembali lagi menjadi budak Filemon), itu adalah akibat dari keadilan yang memulihkan, bukan penyebabnya.


Penampilan Komisi Senior

Persembahan pujian dari Komisi Senior pada Ibadah Minggu, 29 September 2013.

Sunday, September 22, 2013

Ibadah Syukur & Perayaan HUT GKMI Progo ke-17

Banner HUT GKMI Progo ke-17.
Pdt. Daniel Lis membawakan khotbah.

Jemaat mendengarkan khotbah.

Penyerahan tumpeng kepada
Pdt. (Em) J. Herlianto.

Penyerahan tumpeng oleh Majelis (Bp. Setyoko)
kepada perwakilan Komisi Senior.

Penyerahan tumpeng oleh Majelis (Bp. Tony K.)
kepada perwakilan Komisi Wanita.

Penyerahan tumpeng oleh Majelis (Bp. Kirno)
kepada perwakilan Komisi Pemuda.

Penyerahan tumpeng oleh Majelis (Bp. Hangewa)
kepada perwakilan Komisi Sekolah Minggu

Penyerahan tumpeng oleh Majelis (Bp. Budi)
kepada perwakilan Persekutuan Karangroto.

Singers.


Kelemahanku adalah Kekuatanku dalam Yesus

(2 Korintus 12:9-10)

Paulus dalam bacaan ini (2 Kor. 12:9-10) hendak memberikan bantahan terhadap orang yang sering memuji diri mereka sendiri (10: 12). Paulus sedang mengajak pembacanya menghayati makna kelebihan dan kekurangan dalam hidup spiritual dan pelayanan seseorang. Melebih-lebihkan diri dan mengukur sesama dengan ukuran diri sendiri adalah sebuah kebodohan (10: 12). Bagi Paulus ukuran dari hidup rohani dan karya pelayanan adalah sejauhamana orang itu disapa, diresapi, digenangi dan digerakkan oleh rahmat Tuhan sedemikian rupa sehingga alih-alih menjadi congkak dan kemudian main ukur kerohanian orang, maka mereka yang diliputi oleh rahmat itu akan memiliki kesadaran batin bahwa hidup dan karya mereka menjadi begitu berguna bukan karena kehebatan mereka namun semata-mata karena anugerah Tuhan yang diberikan kepada mereka.  
Prinsip: aku mampu karena Tuhan sungguh sangat penting. Aku sendiri lemah,  itu baik. Supaya nyata bahwa kalau Tuhan memakaiku sedemikian rupa, maka itu adalah tanda rahmat Allah dan bukan karena kuatku sendiri. Demikianlah semestinya kita membaca teks 2 Kor 12:9-10 ini. Khusus ayat 9, konteksnya adalah kesiapan Paulus menerima respon Tuhan, bahwa Tuhan memiliki hikmat yang otonom. IA tahu apa yang diperlukan oleh hambaNya. TUHAN tentulah mendengar permintaan Paulus agar ia dibebaskan dari duri dalam daging (ay 7). Namun ketika TUHAN menjawab bahwa karuniaNya bagi Paulus adalah cukup, bahwa dalam kelemahan Paulus kuasaNYa malah nyata, maka sikap Paulus adalah: menerima dengan tenang, damai dan sukacita. Sebab ia tahu paradoks iman itu sungguh mendalam: Kekuatan kita adalah pada kelemahan kita. Ini bukan berarti marikan kita memuja dan mendaftar kelemahan-kelemahan kita, melainkan menukik sedemikian mendalam ke dalam kenyataan dan pengalaman hidup yang mengandung kerentanan dan pergumuluan dan menemukan di sana kekuatan serta mutiara-mutiara rohani yang dapat menyadarkan kita bahwa di dalam segala kerentanan dan pergumulan yang ktia alami dan lewati ktia dimampukan TUHAN untuk menyaksikan cinta kasih dan rahmatNya. Ini  tak pelak lagi,  merupakan  pendalaman hidup beriman yang begitu matang dan begitu dewasa. Dengan cara itulah Paulus menyaksikan TUHAN, dan kiranya dengan itu pula gereja Kristus pun menyaksikan kepada dunia apa arti penyertaan TUHAN bagi perjalanan hidup gereja. Selamat ulang tahun ke 17, GKMI Progo! Kiranya kerentanan dan kelemahanmu adalah sarana orang melihat kesetiaan dan kehebatan karya Tuhan. (Pdt. Daniel K. Listijabudi)

Sunday, September 15, 2013

Yesus & Keadilan Tanpa Kekerasan

(Lukas 6:27-36)

Martin Luther King Jr, pejuang keadilan kekerasan dari Amerika Serikat yang mati ditembak pada tgl 4 April 1968 (45 Tahun yg lalu), pernah menceritakan kisah ini: “Aku dan saudaraku suatu sore mengendarai mobil dari Atlanta ke Chattanooga, Tennesse. Saudaraku yang mengemudikan mobil. Entah mengapa orang-orang yang mengendarai mobil malam itu sangat tidak tahu aturan. Mereka tidak meredupkan lampu mobilnya; nyaris semua pengendara mobil yang berpapasan dengan kami tidak meredupkan lampu mobilnya. Dan aku ingat sangat jelas, saudaraku A.D. menatap ke depan dengan nada marah berkata: aku tahu apa yang akan aku lakukan. Jadi mobil berikutnya yang berpapasan dengan kita tidak bersedia meredupkan lampu mobilnya, maka akupun tidak akan meredupkan lampu mobilku dan akan menyalakan terang benderang.” Aku segera menoleh ke arahnya dan berkata, “Oh tidak, jangan lakukan hal itu. Sinar lampu di jalan raya ini akan menjadi terlalu terang, dan hal itu hanya akan menyebabkan kita sama-sama hancur. Salah satu pihak harus bersedia waras di jalan raya ini.”

Seorang yang harus bersedia mengalah adalah tantangan berat dalam dunia ini. Kekerasan melawan kekerasan, kebencian melawan kebencian hanya akan berakibat pada kehancuran semuanya. Kita perlu belajar dari Yesus; keadilan yang membalas kebencian dengan perbuatan baik, kutukan dengan berkat, dan caci maki dengan doa. Dan mempraktikkan keadilan tersebut dengan motifasi yang benar; bukan untuk mendapatkan imbalan, tetapi karena kita ingin melakukan keadilan tersebut dengan hati yang tulus. Tuhan memberkati. Amin (Almanak Sinode)



Ibadah Minggu, 15 September 2013

Bp. Budi Susilo, S.Th bersama Istri melayani di GKMI Progo 
dengan tema khotbah: Yesus & Keadilan Tanpa Kekerasan.

Sunday, September 8, 2013

Adil itu Cengli

Keadilan adalah salah satu Tema besar dalam Alkitab.  Keadilan adalah  karakter Allah. Di dalam diri Allah kasih, keadilan itu saling menjiwai. Berbicara tentang keadilan ada tiga aspek :

1. Adil berarti mengakui dan menghargai hak pihak lain
2. Adil berarti  memilih untuk mengutamakan kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan
3. Adil berarti berupaya memulihkan hubungan-hubungan yang rusak termasuk Cengli tercakup di dalamnya.
Keadilan itu harus Cengli.  Cengli itu berarti sudah sepatutnya (semestinya;masuk akal dan lurus hati; jujur). Menarik sekali ketika kita membaca Bilangan 27: 1-11 dan Yosua 17:1-6 ada terobosan yang dilakukan oleh  puteri-puteri Zelafelad yang dengan keberanian untuk menghadap Musa, Iman Eleazar, Para pemimpin, bahkan segenap bangsa Israel mereka menggugat dan meminta  dengan ”menyuarakan keadilan” ya suara-suara yang menuntut perlakuan adil, Cengli  dalam  masyarakat partiarkis.
Gugatan dan tuntutan mereka Cengli : Wajar, pantas, fair dan sudah sepatutnya, perempuan setara dan sederajat dengan laki-laki mereka mempunyai hak asasi.
Sebagai panggilan bagi kita untuk terus memperjuangkan kesetaraan-yakni keadilan Gender. Tuhan Allah sudah merintis jalan. Tugas kita adalah meneruskannya sehingga jalan raya keadilan gender betul-betul terbentang menjadi kenyataan: Kesetaraan gender, kesamaan kesempatan untuk maju, kepemimpinan dan proses pembelajaran, pergaulan dan kehidupan berumahtangga. Adil itu Cengli. Itulah  tugas kita bersama.


Sunday, September 1, 2013

Kelimpahan Sarana untuk Bertumbuh kepada Yesus

(Ams 11:28; Mat 6:24; 1 Tim 6:17-18)
          
Apakah yang dimaksud dengan sarana? Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Seorang hamba Tuhan yang harus melayani di tempat yang jauh tentu membutuhkan saraana transportasi seperti mobil, sepeda motor, bus, kereta api ataupun pesawat. Untuk mengembangkan bisnis, seorang pembisnis membutuhkan sarana komunikasi seperti telepon ataupun ponsel.
Para Pendeta emeritus yang masih ingin melayani Tuhan juga butuh kondisi kesehatan yang baik sebagai sarana untuk dapat melakukan pelayanan. Maka amat disayangkan kalau anak-anak  Tuhan yang telah diberkati Tuhan dengan berbagai sarana yang cukup, namun tidak dimanfaatkan untuk memuliakan Tuhan sehingga mereka bisa bertumbuh untuk Yesus!
Berikut ini ada beberapa contoh orang-orang baik yang Kristen maupun non Kristen yang mampu mengelola sarana-sarana yang dimiliki  untuk melakukan kegiatan yang berdamapk positif terhadap orang banyak, yaitu:
· Kelenteng-kelenteng yang membagikan sembako atau angpao kepada masyarakat disekitar tempat ibadah tersebut
· Rumah Amalia (Tangerang) dipakai untuk memulihkan anak-anak korban perceraian
· John Rockefeller, raja minyak dunia dari Amerika Serikat telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membiayai pencarian obat yang mampu membunuh kuman. Maka pada tahun 1928 telah ditemukan obat penicilin!
· Para janda yang telah menyerahkan sebagian miliknya untuk membangun gereja
Demikian kisah orang-orang yang telah mampu mengelola sarana yang dimiliki untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Maka siapapun kita, jangan sampai mengandalkan kekayaan-nya, melainkan menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi sehingga kita menjadi berkat bagi orang lain ( 1 Tim 6: 17-18).  (Pdt. Jochanan Herlianto B.Th Gembala Emiritus GKMI PROGO)