Sunday, April 29, 2012

Mengenal Yesus Yang Dimuliakan


(Yohanes 11:45 – 12:10)

Bagi orang yang percaya mengenal Tuhan Yesus adalah sebuah keharusan. Mengapa ? Karena dari sebuah pengenalan akan tumbuh sebuah kepercayaan. Ketika seorang mengenal kehidupan orang lain dengan baik maka otomatis kepercayaan akan tumbuh dengan baik.

Bagaimanakah supaya bisa mengenal Tuhan Yesus dengan benar ?

1.   Pengenalan Tuhan Yesus dengan baik dimulai dari cara kita memilih sebuah keputusan.
Di dunia ini kita sering dihadapkan pilihan-pilihan yang harus kita mabil, dimana pilihan itu akan menentukan keberadaan kita. Jika kita baca ayat dari Yoh. 11:45-12:10 kita melihat bahwa kehidupan seseorangn sangat ditentukan oleh sebuah keputusan dalam memilih. Dalam ayat 45  ada orang-orang yang walaupun melihat hal yang sama namun mengambil pilihan yang berbeda. Ada orang yang percaya ketika melihat Tuhan Yesus membuat mujizat namun sebaliknya ada juga orang yang justru ingin membunuh Yesus. Begitu pula dalam pasal 12 ada orang yang memilih dengan rela mengorbankan harta miliknya untuk memuliakan Tuhan, namun sebaliknya ada orang yang memilih  mengeraskan hatinya seperti Yudas Iskariot meskipun sepertinya hidupnya dengan Yesus. Jadi hal ini kita harus waspadai. Jangan pernah bangga dengan berapa lama kita sepertinya mengenal Yesus namun apa keputusan  kita dan apa pilihan kita dalam keseharian hidup kita dalam mengenal kemuliaanNya.

2. Pengenalan Tuhan Yesus dengan baik akan tumbuh dari cara kita memandang apa yang ada dalam diri kita.
Kembali dalam pasal 12 kita melihat bagaimana Maria belajar mengenal Tuhan Yesus dengan benar yaitu Maria rela memberikan apa yang menjadi haknya yaitu minyak Narwastu yang sangat mahal untuk mengurapi Tuhan Yesus. Hal itu mengajarkan kepada kita untuk mengerti bahwa kita tidak boleh memandang hak kita sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Bagi Maria minyak Narwastu itu sangat berharga namun tidak menjadi penghalang untuk Maria pakai memuliakan Tuhan.
Bagaimana dengan kita apakah kita telah melepaskan hak kita, sesuatu yang menurut kita berharga dan kita berikan untuk memuliakan Tuhan? Oleh: Pdt. Bambang Mulyono

Sunday, April 22, 2012

Yesus Pembangkit Orang Mati


(Yohanes 11: 1-40)

Di dalam Kitab perjanjian Baru kita menemukan banyak    kehidupan yang telah dibangkitkan oleh Tuhan Yesus pada saat Dia melakukan pekerjaan Bapa di bumi. Dalam Perjanjian Lama pun, Allah berkenan membangkitkan beberapa orang mati, antara lain: Nabi Elia membangkitkan anak janda Sarfat (1 Raja-raja 17:17-24), Nabi Elisa membangkitkan anak perempuan Sunem (2 Raja-raja 4:18-37) dan ketika mayat orang mati yang akan dikuburkan menyentuh tulang Nabi Elisa, ia bangkit dari kematian (2 Raja-raja 13:21). “Apa maksud dan tujuan Tuhan membangkitkan mereka?”
            Epesus 2:1,4,5,8-10 menyatakan, Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat,oleh karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita – oleh kasih karunia kamu diselamatkan … jangan ada orang yang memegahkan diri karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.“
Tuhan Yesus membangkitkan orang mati karena Dia ingin supaya mereka yang sudah dibangkitkan dapat memanfaatkan dan menghargai hidup mereka sebaik-baiknya. Tuhan mengizinkan kematian jasmani terjadi pada anak Yairus, pemuda Nain dan Lazarus karena sebelumnya ada hal-hal yang kurang mereka hargai! Tuhan Yesus hadir ketika Yairus         membutuhkan pertolongan untuk membangkitkan anaknya. Saat jenazah pemuda Nain diusung menuju pekuburan, Yesus juga ada di situ untuk membangkitkannya. Demikian pula di makam Lazarus, Dia di sana untuk membangkitkan Lazarus yang sudah mati empat hari lamanya. Sekarang Yesus hadir bagi kita melalui firman-Nya supaya kita juga mengalami kebangkitan, karena hanya di dalam Yesus ada kehidupan!
Jangan sia-siakan hidup yang sudah Tuhan berikan! Manfaatkan dan pelihara hidup ini dengan sebaik-baiknya  baik jasmani dan rohani! Tuhan memberkati. Amin

Sunday, April 15, 2012

Kebangkitan Kristus Meningkatkan Solidaritas

(Yohanes 20:19-23)


Solidaritas adalah sifat (perasaan) perhatian, sifat satu rasa, senasib, perasaan setia kawan antara sesama anggota. Sifat seperti ini sangat diperlukan seperti halnya kehidupan jemaat mula-mula. Tugas dan panggilan kita adalah mewujudkan solidaritas kepada sesama manusia. Sebuah ayat Firman Tuhan dalam Roma 12:15 berkata : “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis”. Ayat ini sungguh mengharapkan partisipasi dan solidaritas serta kebersamaan dari anak-anak Tuhan kepada semua orang yang ada disekitar kita.

Berita tentang terbukanya pintu kubur Yesus, kemudian diketahui bahwa Tuhan Yesus telah bangkit dan hidup kembali, telah mempengaruhi psikologi para murid. Tidak semua para Tuhan Yesus memahami tentang kebangkitan Tuhan Yesus, sekalipun Yesus sendiri pernah mengatakannya kepada mereka. Tidak semua para murid percaya tentang kabar kebangkitan tersebut. Tetapi sebaliknya, yang mereka alami adalah ketakutan yang sangat panjang;  sejak Yesus ditangkap, disalibkan dan mati hingga  berita bahwa Yesus telah bangkit kembali. Firman Tuhan katakan dalam Yohanes 20:19a : “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi...”. Sebuah peristiwa yang ironi : Kebangkitan Yesus seharusnya menyukakan hati para murid, tetapi karena mereka tidak memberi hati pada kata-kata Yesus sebelumnya membawa mereka pada suasana kesedihan dan ketakutan yang sangat parah.

Tetapi syukur kepada Tuhan kita yang hidup, bahwa kebangkitan Tuhan Yesus telah memberika dan mengajarkan kepada kita kebangkitan solidaritas. Apakah itu ?
1.      Solidaritas dalam kesusahan ( ayat 19a)
2.      Solidaritas dalam kesukaan (ayat 19c – 21)
3.      Solidaritas dalam pelayanan (ayat 22 – 23)

Mari kita kembangkan dan kita kerjakan solidaritas yang demikian kepada sesama kita; bersama-sama kita mendukung saudara-saudara kita yang dalam kesusahan. Bersama-sama juga kita mendukung saudara-saudara kita yang dalam kesukacitaan. Dan terakhir bersama-sama juga kita kerjakan pelayanan, yang telah Tuhan taroh dan bebankan kepada kita untuk kemuliaanNYA. Tuhan memberkati, Amin                                                                   (by: Ibu Odimasi Laoli, S.Th)

Sunday, April 8, 2012

Hai Maut Dimanakah Sengatmu


(I Korintus 15: 55-57)

Setiap tahunnya pada hari Paskah, umat Kristen berkumpul untuk memuji Tuhan Yesus yang sudah bangkit. Salah satu nyanyian pujian yang lebih sering terdengar pada saat-saat ini, daripada lagu yang ini yaitu: ‘Haleluya! Haleluya!’ berkali-kali dinyanyikan. Siapakah pengarang itu? Charles Wesley lahir di Inggris pada tahun 1707. Ayahnya seorang pendeta, dan dia adalah anak ke-18 dalam keluarga tersebut. Oleh ibu Charles mengajarkan tiap anak dalam keluarga Wesley dibimbing untuk belajar berbicara dengan mengulangi Doa Bapa Kami, membaca dan menghafal ayat Alkitab, dan mengajarkan nyanyian-nyanyian rohani yang diambil dari Kitab Mazmur.
Kedua hal ini: Kitab Suci dan Kidung Rohani, seumur hidup berpengaruh sekali dalam   pengalaman Charles Wesley. Di kemudian hari, ketika dia sudah mulai mengarang nyanyian pujian, dia sering memasukkan dalam syairnya kutipan dari Alkitab dan istilah yang berdasarkan Alkitab. Bapa kebangunan rohani pendiri aliran Methodist ini sungguh mengagumkan. Belum lagi           prestasinya dalam menuliskan 6.500 lagu pujian sepanjang hidupnya. Suatu prestasi yang sukar ditandingi oleh penulis pujian lainnya.
Charles Wesley mengarang pujian ini tepat satu tahun setelah dia dan kakaknya           mengalami suatu pengalaman pertobatan yang sangat menyentuh hati di Aldersgate Hall di London, Inggris. Selama dua abad lebih, umat Kristen di seluruh dunia telah menyanyikan pujian ini sebagai salah satu pujian Paskah yang paling popular. Sama seperti hasil karya Charles lainnya, lagu ini pun diambil dari 1 Korintus 15:55: "Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah    sengatmu?".
Demikianlah setelah proses yang panjang, lagu pujian ini akhirnya dapat dikumandangkan di mana-mana pada saat peringatan Paskah, sebagai pujian atas kemenangan Kristus, yang sudah mengalahkan kematian dan hidup selama-lamanya. Tidak hanya itu, kebangkitan ini memberikan kepada kita kepastian, bahwa kita pun tidak akan berakhir pada kematian, tetapi akan dibangkitkan kembali bersama Kristus. Amin!

Sunday, April 1, 2012

Sudah Selesai


Yoh. 19:30

Setelah prajurit memberikan bunga karang yang telah dicelupkan pada anggur asam, lalu Yesus meminumnya dan berkata “sudah selesai” (lih. Yoh 19:30). Kita dapat melihat adanya tiga hal yang berkaitan dengan “sudah selesai”. Di dalam Kitab Kejadian, setelah Tuhan menyelesaikan penciptaan, maka pada hari ke tujuh, Dia mengatakan “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan (finished His work) yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu ” (Kej 2:2). Dan Kitab Wahyu menuliskan “Semuanya telah terjadi (it is done). Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.” Ini berarti, penciptan dunia dan kemenangan di Sorga hanya dapat terjadi kalau pekerjaan yang dilakukan Yesus telah selesai. Dan dalam konteks inilah Yesus mengatakan “sudah selesai” untuk menyatakan bahwa Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa dengan sempurna, bukan dengan keputusasaan dan kegetiran, namun dengan dasar kasih yang sempurna. Inilah yang membuat persembahan Kristus di kayu salib dapat menyenangkan hati Bapa – yaitu karena didasarkan kasih yang sempurna.
Sudah selesai bisa diartikan dengan : komplit, lunas, berakhir, terbayar lunas, penuh, sempurna, puas atau tuntas, baik dalam rangka menanggung dosa manusia maupun dalam karya penyelamatan bagi semua manusia.
Inilah Yesus yang kita sembah sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dia Yesus yang menyelesaian pekerjaannNYA tuntas, sempurna untuk semua manusia. Ini juga yang seharusnya mendorong kita dalam perjalanan kehidupan kita. Sama seperti Rasul Paulus. Kita juga ingin berlari ke tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan Sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (lih. Flp 3:14). Amin. (by. Ibu Wiwin)
_________________
Ilustrasi: http://www.squidoo.com/Good_Friday