Sunday, December 29, 2013

Sepanjang Jalan Bersama Tuhan

(Yesaya 46 : 1 - 4)


Hidup kita seharusnya gagah, kuat, perkasa tetapi pada ke-nyataannya kita sudah tak berdaya, tak ada sema-ngat dan gairah bahkan kita tidak jarang pada titik keputusasaan dan ingin mati. Kalau itu benar keadaan kita, mari kita renungkan Yesaya 46 : 4. Apa janji Tuhan terhadap hidup kita bila sepanjang jalan kita bersama Tuhan ?
I. Tuhan berjanji akan menanggung kita ( ayat 4 )
Bagi Tuhan, kita ini adalah anak kesayangan sama seperti orang tua yang punya anak selalu ingin menggendong anaknya .
II. Tuhan mau menanggung kita ( ayat 4 )
Tuhan akan menanggung kamu terus. Terus berart selamanya, tak henti-hentinya sampai rambut kita putih sampai tua kita ditanggung oleh Tuhan. Apanya yang ditanggung ?
a. Dosa kita ditanggung oleh Tuhan, Yesus mati diatas kayu salib untuk menanggung dosa kita ( Ibrani 9 : 28 )
b. Penyakit kita yang ditanggung ( Matius 8 : 17 )
Tuhan berkata : Dialah yang menanggung sakit kita agar apa ?
- Agar mengalami kesembuhan
- Agar mengalami kekuatan
c. Hidup kita ditanggung oleh Tuhan ( Mazmur 68 : 20 )
Kita tak boleh kuatir akan hidup kita ( Matius 6 : 25 – 26 ) makan. Minum, pakaian kita ditanggung oleh Tuhan karena itu kita tidak boleh kuatir.
II. Dia akan menyelamatkan kita ( Yesaya 46 : 4 )
Inilah tujuan akhir  Tuhan yaitu menyelamatkan kita orang – orang yang percaya. Mari kita baca Yohanes 3 : 16 – 18, jadi orang – orang yang percaya pada Kristus :
a. Tidak binasa / mati ; b. Hidup kekal; c. Tidak dihakimi; d. Tidak dihukum.


Wednesday, December 25, 2013

Ibadah Perayaan Natal

Ibadah dilayani oleh Pdm. Nemueli Zega, S.Th,
dengan tema: "Sukacita dalam Kesederhanaan".

Persembahan pujian oleh Ape dkk.

Para pemeran drama, diakhir penampilan membawakan pujian.

Jemaat mengikuti Ibadah Perayaan Natal dengan khidmat.


Tuesday, December 24, 2013

Ibadah Malam Natal

Khotbah Malama Natal oleh Pdt. Budi S.,
dengan tema: “Meninggalkan Kemewahan, Menikmati Kesederhanaan".

Persembahan pujian oleh Komisi Wanita.

Sunday, December 22, 2013

Persembahan Pujian Komisi Sekolah Minggu

Anak-anak Sekolah Minggu menaikan pujian syukur
atas berkat dan penyertaan Tuhan bagi Ibu. 

Komisi Wanita Bagi-bagi Berkat

Dalam rangka hari Ibu 22 Desember dan menyabut suka cita Natal 25 Desember 2013, Komisi Wanita berbagi berkat dengan pedagang kaki lima (PKL) Taman Progo.
Doa sebelum aksi,
yang dimpin oleh Pdt. Em. J. Herlianto, B.Th. 

Komisi Wanita, didampingi Pdm. N. Zega dan Majelis
membagi-bagikan bingkisan di setiap lapak PKL Taman Progo.

Sukacitaku dalam Tuhan (Advent IV)

(Lukas 2:28-33)

Blaise Pascal adalah jenius matematika Prancis yang mati pada tahun 1662. Setelah lari dari Allah sampai ia berusia 31 tahun, pada tanggal 23 November 1654, pukul 22.30, Pascal bertemu dengan Allah dan bertobat secara mendalam dan tak tergoyahkan kepada Yesus Kristus. Ia menuliskannya pada sepotong perkamen dan menjahitnya ke dalam jubahnya di mana itu ditemukan delapan tahun kemudian setelah kematiannya. Tulisan itu mengatakan: “Tahun anugerah, Senin tanggal 23 November 1654, perayaan St. Clement ... dari sekitar 10.30 malam sampai tengah malam lewat setengah jam, API. Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, bukan para filsuf dan sarjana. Kepastian, sukacita yang dirasakan di hati, damai. Allah Yesus Kristus, Allah Yesus Kristus. “Allahku dan Allahmu.” ... Sukacita, Sukacita, Sukacita, air mata sukacita ... Yesus Kristus. Yesus Kristus. Kiranya saya tidak pernah dipisahkan dari-Nya..”

Seorang Pascal menganggap bahwa kejeniusan, kehebatan filsafat dan kepandaian intelektual tidak memberikan rasa sukacita dalam hati. Sukacita menurutnya adalah ketika orang tak terpisahkan alias dipertemukan dengan Tuhan Yesus Kristus. Peristiwa di atas, mengingatkan kita pada sosok Simeon yang saat itu telah lanjut usia, meluapkan sukacitanya karena dirinya bisa bertemu Sang bayi Yesus. Moment ini seakan menggoreskan dalam pikiran kita bahwa ternyata Simeon yang lanjut usia itu tidak pernah menemukan sukacita yang dahsyat sepanjang umurnya, selain saat ia bertemu dengan bayi Yesus Sang Juruslamat dunia. Sukacita Simeon adalah bukan sukacita biasa, melainkan sukacita ilahi, sukacita yang datangnya dari Tuhan, mengapa? Karena Simeon tidak menyukakan hatinya dengan kemewahan duniawi melainkan kekayaan iman dalam Tuhan.

Belajarlah untuk memiliki sukacita dalam Tuhan…..Bagaimana cirri-cirinya?
1.    Sukacita dalam Tuhan tidak bergantung pada sikon
2.    Sukacita dalam Tuhan bernilai kekekalan
3.    Sukacita dalam Tuhan membawa damai

Tuhan Yesus memberkati. Amin (Zega)




Sunday, December 15, 2013

Ku tak meinggalkan-MU Tuhan (Advent III)

(YUDAS 1:17-23)

Surat Yudas ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus (ayat 1), juga saudara Yesus (Mat. 13:55). Surat ini ditulis sebelum tahun 70 M, dengan tujuan: Melawan ajaran sesat (ayat 4); Melawan kedagingan (ayat 7); Melawan pemecah belah (ayat 19); Membangun iman Kristen (ayat 20).

Dalam ayat 4, Yudas menyebutkan bahwa ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup ke tangah-tengah jemaat.  Mereka inilah yang menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka! Seperti orang Galatia yang telah menyalahgunakan kemerdekaan sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa! (Gal. 5:13). Maka baik Paulus, maupun Yudas menganjurkan supaya jemaat tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan.

Kita harus tetap teguh, maka Yudas menganjurkan agar orang-orang beriman membangun imannya sendiri atas dasar iman yang kudus (ayat 20). Untuk membangun iman kita harus mempelajari firman Tuhan dan mempunyai ketetapan yang teguh untuk mengetahui kebenaran dan ajaran Alkitab (Kis. 2:42; Ibr. 5:12). Kita harus bertumbuh menjadi dewasa dalam iman dan memahami asas-asas pokok firman Tuhan (Ibr. 5:12). Hanya dengan berpegang teguh pada komitmen untuk tetap setia pada Tuhan, mari memasuki Adven ke-3 ini, kita arus berani berkata: “Aku tidak akan meninggalkan-Mu Tuhan, apapun yang akan terjadi!” Amin. Oleh: Pdt. Jochanan Herlianto, B.Th.

Sunday, December 8, 2013

Harapanku Hanya Padamu (Advent II)

(Ratapan 3:21-26)

Apakah yang diharapkan seorang musafir yang sedang menjelajah lautan kehidupan? Apakah yang diharapkan oleh seorang petani yang tak kenal lelah membajak dan mencangkul sawahnya dengan sungguh-sungguh? Apakah yang diharapkan orangtua kepada anak-anaknya? Apakah yang diharapkan seseorang yang dalam kesesakan? Apakah yang diharapkan umat  sehingga selalu setia mengikut Kristus? Harapan apapun yang diinginkan adalah merupakan penyemangat, penghibur dan menentu tujuan arah hidup ke depan. 
Nabi Yeremia adalah seorang nabi yang ikut meratapi peristiwa dan kejadian yang dialami oleh kaum Yahudi. Pada abad 6 SM kaum cerdik dan pandai dari kalangan Yahudi dibuang dan di menjadi tawanan oleh raja babel. Penderitaan dan kesusahan bukan hanya dialami orang-orang yang dibuang ke Babel tetapi juga orang-orang yang tinggal di tanah Israel sendiri karena  tanah mereka menjadi jajahan oleh Babel. Firman Tuhan menggambarkannya sebagai “kota yang runtuh dan sunyi” bahkan kesengsaraannya disebut “dahsyat”.
Bagi penulis Ratapan; penderitaan ini adalah bagian dari Murka Tuhan kepada umatnya. Namun, sekalipun demikian hebat dan ganasnya sengsara yang umat Tuhan    alami, tidak mengurangi harapan mereka bahwa akan terjadi belas kasihan dari Tuhan sendiri kepada umatNya. Kasih setia Tuhan tak berkesudahan. RahmatNya selalu baru setiap pagi dan kebaikanNya tercurah kepada orang yang berharap kepadaNya (Rat.3:21-26)
Masa Advent ke 2 ini, adalah moment bagi umat untuk menaruh harapan hanya kepada Tuhan Yesus. Bayi yang lahir 2000 tahun yang lalu, telah menjadi Selamat bagi umat manusia. Advent ke 2 ini mengajak kita untuk tetap kokoh dan kuat sekalipun ada banyak tantangan dan halangan yang dihadapi. Kesengsaraan saat ini hanyalah salah satu bentuk pembelajaran bagi kita supaya kita bisa menikmati PENGHARAPAN kelak yang jauh lebih dahsyat, penuh kegirangan, pujian dan keagungan yaitu Yesus Kristus menjadi Juruselamat kita. Amin


Sunday, December 1, 2013

Persembahan Pujian Komisi Pemuda


Efektivitas Hidup Dekat Dengan Tuhan (Advent I)

(Mazmur 145:14-21)
         
D
ulu, ada seorang Kaisar yang mengatakan pada salah seorang penunggang kudanya, jika dia bisa naik kuda dan menjelajahi daerah seluas apapun, Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang bisa dijelajahinya. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Akhirnya, sampailah dia pada suatu tempat dimana cukup luas daerah telah berhasil dijelajahinya, dan dia menjadi begitu kelelahan dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri."

Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan juga kehidupan rohani dan pelayanan kita.  Tanpa kita sadari sebenarnya kita telah terperangkap pada kedekatan hati pada hal-hal yang tidak bernilai kekal.
 Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu atas semua yang tidak sempat kita lakukan. Maka, sempatkanlah untuk memikirkan sejenak apakah kita juga sudah dekat dengan Allah, dan hal-hal yang bersnilai kekal? Apakah kesibukan dan rutinitas kita sehari-hari tidak mengorbankan relasi dekat kita dengan Tuhan? Selamat memangun kembali tugu relasi & kedekatan yang hangat dengan Tuhan. Amin (Zega)