(Kejadian
41:37-45)
Bila kita hendak
mendaki gunung tentu diperlukan persiapan yang matang, seperti misalnya: kondisi
fisik yang baik/sehat, memperhatikan cuaca/keadaan, perlu membawa bekal dan
perlengkapan kesehatan/obat-obatan.
Ketika kami di Salatiga, pernah mendaki gunung Merbabu dan berjalan
kaki, karena jalan berbatu, belum diratakan seperti sekarang. Jadi ketika kami
mendaki untuk dapat sampai ke puncak harus ada persiapan dan kesiapan mental,
usaha dan perjuangan.
Demikian
Yusuf, sebelum sampai ke puncak melewati ujian dan tantangan, mulai dari keluarga,
orang-orang di sekitarnya dan juga tantangan lainnya. Namun Yusuf ini
anak yang dikasihi oleh orangtuanya, karena inilah saudara-saudaranya
merasa iri, sampai-sampai ia dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir. Tetapi
Tuhan menggagalkan usaha mereka. Di kemudian hari Yusuf menjadi orang yang
berhasil, namun dia tidak sombong, dan lupa diri. Ia tetap bersyukur kepada
Tuhan.
Satu kisah yang tragis
menimpa dirinya, ketika istri tuannya tertarik tidur dengan Yusuf, namun Yusuf
menolak (Kej. 39:12-18). Itulah yang membawanya ke dalam penjara. Kisah
perjalanan begitu cepat. Ketika Firaun bermimpi dan tak ada satupun di
seluruh jagat yang bisa memberi tafsiran yang tepat, kecuali Yusuf. Momen
inilah yang membawanya terangkat menjadi pemimpin dan penguasa istana.
Menjadi orang yang berada di puncak
tidaklah mudah. Tetapi harus melalui proses, perjuangan yang panjang dan tidak
lepas dari jalan Tuhan, apabila menyimpang pastilah akan terpuruk dan jatuh.
Untuk itu belajarlah dari Yusuf, dengan berbagai tantangan rintangan akhirnya
sampai ke puncak dan menikmati kebahagiaan. Tuhan memberkati. (Pdt. Em. Paul
Bambang. S)