(Efesus 6:10-20)
Kekristenan
diperhadapkan pada paradoks dan ironi. Keduanya terkait dengan Injil
Perdamaian. Paradoks (dua hal yang sepintas bertentangan padahal sebenarnya
sejalan) bila Kekristenan setia pada Injil Perdamaian: memberitakan Injil
Perdamaian dan berjuang melawan Kuasa-kuasa yang bertentangan dengan Injil
Perdamaian. Di sinilah Kekristenan merupakan agama perdamaian sekaligus agama
perjuangan/perlawanan.
Ironi
(dua hal yang bertolak belakang, di mana kenyataan berbeda dengan yang
seharusnya) bila Kekristenan tidak setia pada Injil Perdamaian. Seharusnya kaum
Kristen membawa damai (Matius 5.9), tetapi kenyataannya sering jauh panggang
dari api. Perpecahan dan perseteruan di kalangan Kristen di satu sisi, dan
permusuhan bahkan “perang-perang agama” terhadap mereka yang tidak seiman
sekepercayaan di sisi lain, adalah kenyataan-kenyataan yang ironis.
Di
manakah posisi kita sekarang? Inilah
yang akan kita dalami dengan menggali Efesus 6.10-20. Pertama, Kekristenan adalah
agama perdamaian. Ia berkomitmen untuk mewartakan Injil Perdamaian, Kaum
beriman harus membawa perdamaian (Matius 5.9). Kedua, Kekristenan adalah
agama perjuangan atau agama perlawanan. Dalam pewartaannya tentang Injil
Perdamaian, ia berhadapan dengan Kuasa-kuasa. Telah dikalahkan oleh Kristus, Kuasa-kuasa
itu menolak otoritas Kristus. Mereka harus berjuang melawan Kuasa-kuasa.
Perjuangan itu dilakukan dengan “peperangan defensif” dan offensive. Ketiga, sebagai kaum beriman
orang Kristen harus “mengambil dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata
Allah.” Itu berarti aktif berpartisipasi (=bekerjasama dengan Roh Kudus!) dalam
proses pembentukan karakter Kristen. Keempat,
hingga saat ini, Gereja dan kaum beriman masih hidup dalam “suasana perang”
bahkan kancah peperangan dengan Kuasa-kuasa. Tak jarang Kuasa-kuasa melancarkan
serangan-serangan “luar” yang kasar: kebijakan
dan perilaku yang diskriminatif bahkan penganiayaan.
Sering juga serangan-serangan dalam yang “halus”: upaya-upaya penyesatan dan pemecahbelah. Serangan-serangan tersebut
tentu saja sangat berbahaya. Tapi kiranya yang paling berbahaya adalah
kombinasi-kombinasi serangan yang langsung membidik kecenderungan-kecenderungan
kita: “daya tarik dunia” yang
berkisar pada Mammonisme, “kehendak untuk berkuasa” (will to power), dan hedonisme.
Hendaknya kita menjadi pewarta Injil perdamaian dan
menegakkan kebenaran Injil dalam hidup kita semua. Amin