Sunday, September 7, 2014

Manusia Baru: Hidup dalam Kebenaran, Hidup dalam Perdamaian

 (Efesus 4:17-32)

Saiki jaman edan, na ora melu edan ora keduman” (= zaman sekarang zaman edan, kalau tidak ikut-ikutan edan tidak kebagian apa-apa). Itulah yang sering dikatakan orang untuk membenarkan tindakannya yang salah. Yang penting ia bisa dapat sesuatu.  Gaya hidup selfish, hanya memikirkan diri sendiri tidak peduli dengan orang lain menjadi gaya hidup orang-orang pada masa kini. Tidak peduli apakah perbuatan/perkataaannya benar atau tidak. Yang penting saya senang, peduli amat dengan yang lain (“mana gue pikirin”). 

Orang hanya memikirkan kepentingan, kenikmatan dan kepuasannya; tidak memikirkan/ mempertimbangkan orang lain. Ketika terjadi bencana, kurang ada kepekaan sosial, selama bencana itu tidak membawa efek padanya atau menimpa dirinya, tidak ada pikiran untuk menolong orang lain. Bila hidup orang Kristen seperti itu, apa bedanya dengan yang lain? Efesus 4:17-32 mengajak kita untuk hidup berbeda, menjadi manusia baru di dalam Kristus.

Paulus menasihati jemaat agar mereka jangan hidup lagi seperti orang-orang kafir. Orang kafir hidup dalam kesia-siaan (fana, sesat). Hati mereka begitu degil, perasaan mereka tumpul, mereka tidak punya kesadaran, mereka menyerahkan diri pada hawa nafsu mereka dan mengerjakan segala macam kecemaran (kecemaran secara umum, religious, etis, susila). Mereka secara sengaja memutuskan hubungan dengan Allah. Hidup untuk mencari kenikmatan diri dan tidak peduli dengan Allah dan orang lain. Mereka kehilangan makna dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Jemaat bukan lagi orang kafir. Mereka sudah ditebus oleh Kristus. Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dipanggil oleh Yesus Kristus. Mereka harus meninggalkan hidup lama dan berdiam dalam hidup yang baru. Karena itu, Jangan pernah berhenti untuk terus-menerus memperbaharui diri, walau ribet/susah tetaplah bertekun dan setia. Dengan kekuatan dari Tuhan, kita pasti bisa menjadi manusia baru   yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan, mencintai perdamaian dan menjauhkan pertengkaran dan permusuhan. 

Jadilah manusia baru yang bukan saja diberkati tapi menjadi berkat dan membawa perdamaian. Dari manusia baru tercipta komunitas baru dengan cara hidup baru yang ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni.  Begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lan waspada (sebaik-baiknya orang yang lupa, yang lebih baik adalah yang ingat dan waspada). Tuhan Yesus memberkati. Amin. 

No comments:

Post a Comment