Yesaya 6:1-8
Teks ini adalah kesaksian Yesaya tentang
penglihatannya akan kukudusan Allah yang menaungi Bait Allah (rumah Tuhan).
Yang menarik dari teks ini adalah kesaksian Yesaya yang menyebutkan
waktu kejadian tetapi tidak langsung menyebutkan tahun yaitu sekitar 742 sm,
tetapi Yesaya sengaja menyebutkan peristiwa besar yang mendahului
penglihatannya, yaitu wafatnya seorang raja dari kerajaan Yehuda yaitu raja
Uzia akibat sakit kusta.
Sepintas kesannya hanya untuk menjelaskan
waktu peristiwa penglihatan itu terjadi. Tetapi ternyata kematian raja Uzia
sangat berkaitan erat dengan penglihatan yang dialami oleh nabi Yesaya. Raja
Uzia dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya raja Amazia dalam usia 16
tahun, dan pemerintahannya sangat diberkati oleh Allah. ia menjadi raja yang
besar dan terkenal, ditakuti oleh seluruh kerajaan yang ada pada saat itu,
kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan raja Uzia menjadi kerajaan yang sangat
kaya. mereka mempunyai kebun yang luas, ternak yang banyak. Dari segi
pertahanan; raja usia memiliki alusista yang sangat modern pada zaman itu.
Menyadari diberkati oleh Allah begitu luar
biasa, dengan kekayaan dan kejayaan yang tiada bandingnya, membuat raja Uzia
menjadi sombong dan mengabaikan kekudusan Rumah Tuhan dan meremehkan tugas para
imam. Raja Uzia memasuki Bait Allah untuk membakar ukupan yang adalah tugas
imam dan yang berhak membakar ukupan adalah imam dari keturunan Harun.
Kesombongan raja Uzia ini berakibat penyakit kusta yang muncul tiba-tiba ketika
ia sedang di bait Allah. dan penyakit kusta ini juga yang akhirnya membawa
penderitaan yang berujung kematian raja Uzia.
Peristiwa inilah yang melatarbelakangi
penglihatan Yesaya, tentang kekudusan Allah yang menaungi Bait Allah. peristiwa
raja Uzia juga memberikan penjelasan terhadap tindakan Serafim yang mengambil
bara dari mesbah ukupan dan menyentuhkan bara ke mulut Yesaya tanda pengudusan.
karena kekudusan mesbah ukupan itulah yang membuat raja Uzia mendapatkan kutuk
dari Allah. Mesbah ukupan adalah tempat perjumpaan Allah dengan manusia melalui
imam keturunan Harun. jadi mesbah ukupan adalah tempat yang maha kudus bagi
umat.
Saat ini, Mesbah ukupan adalah lambang
perjumpaan kita dengan Allah. Setiap pagi dan sore, di atas mesbah selalu
dibakar ukupan yang mengeluarkan asap yang wangi. Mesbah ukupan kita saat ini
adalah pujian, penyembahan dan kehidupan kita yang kudus dan berkenan kepada
Allah. Apalagi ketika kita datang dalam rumah Tuhan, jagalah kekudusan hidup,
dan naikkan korban pujian yang wangi, karena itulah yang menyenangkan hati
Tuhan. (Oleh: Pdt. Muria Ali, S.Th)