(Amsal 15:1-5)
“Berdamai dengan Bijak” adalah
membangun kehidupan yang bermartabat yang dipenuhi dengan kasih, tatanan sopan,
dan berkeadilan. Ayat 1-4
berbicara tentang lidah manusia yang mengeluarkan perkataan dan mata Allah yang
melakukan pengawasan. Lidah adalah alat bicara yang sangat penting. Dengan
lidah orang dapat membangun kerukunan. Sebaliknya dengan lidah orang dapat
terlibat dalam pertengkaran yang hebat. Amsal ini juga ingin mengatakan bahwa
spirit yang membangun kekuatan lidah sangatlah menentukan. Jika di dalam dirinya
seseorang memiliki spirit hati bijak, maka lidah dapat terkontrol dan
mengeluarkan kata-kata yang lembut, sopan dan membangun martabat. Sebaliknya,
jika kekuatan hati manusia dilingkupi dengan kebebalan dan kebodohan, maka
lidah menjadi alat pertengkaran yang hebat.
Amsal ingin mengajarkan tentang
pentingnya kesadaran hidup untuk membangun hati yang bijak dengan mengingatkan
bahwa apa yang kita lakukan tidak lepas dari pandangan mata Allah. Kata “lemah
lembut” menjadi simbol bagi orang yang bijak dan memiliki pengetahuan tentang
kehidupan. Di lain pihak, orang yang bebal memiliki kecenderungan untuk
merusak.
Selamat membangun perdamaian
dengan bijak dalam kehidupan kita. Ingatlah, tidak ada yang sia-sia jika
manusia dalam hidupnya terus mengusahakan perdamaian dengan sesamanya. Yesus
sendiri yang mengajarkan, “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka
akan disebut sebagai anak-anak Allah.”