Sunday, September 2, 2012

Berdamai dengan Murah Hati


(Amsal 3:27-35)

Amsal 3:27-35 memberikan nasihat bijak tentang kemurahan hati. Yang menarik, subyek yang harus ditolong disebutkan dalam perikop ini sebagai “orang-orang yang berhak menerimanya” (ay 27). Versi BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) menerjemahkannya sebagai “orang yang memerlukan.” Terjemahan versi BIS ini sangat tepat, sebab seringkali kita memang berhadapan dengan orang-orang yang kita pandang tidak berhak menerima pertolongan kita (misalnya, orang-orang yang memusuhi kita dan berbuat jahat kepada kita). Namun nasihat bijak dalam Amsal ini tidak memakai hal tersebut sebagai tolok ukur untuk memberi pertolongan atau tidak. Meskipun orang tersebut mungkin memang tidak berhak menerima pertolongan kita karena telah melakukan sesu atu yang jahat kepada diri kita, tapi jika ia membutuhkan pertolongan, maka kita harus menolongnya. Jadi tolok ukurnya bukan berhak atau tidak berhak, melainkan memerlukan atau tidak memerlukan. Jika kita diperhadapkan kepada orang yang memerlukan pertolongan, nasihat Amsal sangat jelas: kita harus segera menolongnya, bahkan sekalipun ia mungkin sebenarnya tidak berhak atas pertolongan kita. Prinsip ini ditekankan lebih lanjut dalam ayat 27 ketika dikatakan, “Janganlah menahan kebaikan ...” Versi BIS menyebutkan, “Jika kau mempunyai kemampuan untuk berbuat baik ...” Yang dilarang oleh Amsal adalah sikap seseorang yang sebenarnya mempunyai kemampuan untuk berbuat baik, tapi memilih untuk tidak melakukan perbuatan baik tersebut.
Di tengah-tengah situasi semacam itu, Amsal 3:27-35 mengingatkan kita agar kita bermurah hati untuk memberikan pertolongan kepada siapa saja, di mana saja, dankapan saja yang membutuhkan pertolongan. Amsal juga mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu melakukan berbagai macam analisis yang rumit untuk menentukan apakah kita akan menolong orang tersebut atau tidak. Nasihat bijak dalam Amsal ini mengatakan kepada kita bahwa kapan pun, di mana pun, dan dengan siapa pun kita berhadapan, jika kita melihat seseorang membutuhkan pertolongan kita, tanggapan yang benar adalah langsung memberi pertolongan.
Kita juga diingatkan untuk tidak menunda-nunda pertolongan tersebut. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan, “Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan  kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu” (ay 28). Yang dibutuhkan hanya satu, yaitu kemauan dan tekad di dalam hati kita untuk segera memberikan pertolongan ketika kita berjumpa dengan orang yang memerlukan pertolongan, dan kita memang mempunyai kemampuan untuk menolong. Amin