Sunday, February 9, 2014

Mengetahui Kehendaknya

(Amsal 3: 5-6)

Mungkin cara hidup Adelaide A. Pollard itu boleh dianggap agak aneh. Sejak kecil Adelaide tidak begitu menghiraukan nasihat orang lain: Ia lebih suka mengikuti jalannya sendiri. Bahkan nama yang diberikan oleh orangtuanya tidak berkenan di hatinya. Maka ia sendiri kemudian mengganti nama itu sehingga "Sarah A. Pollard" menjadi "Adelaide A. Pollard." Namun demikian, cukup jelaslah bahwa ia seorang wanita Kristen yang melayani Tuhan dengan rajin dan setia.
Pada suatu masa hampir satu abad yang lalu, Adelaide Pollard rindu sekali untuk pergi ke Afrika sebagai seorang pengabar Injil. Tetapi rupa-rupanya jalan menuju ke sana itu tertutup. Pada waktu hatinya diliputi rasa kecewa, ia menghadiri suatu pertemuan doa. Hadir juga pada saat itu seorang wanita Kristen yang sudah lanjut usianya. Dalam doanya, orang yang tua itu tidak memohon berkat-berkat Tuhan, seperti yang biasa dilakukan oleh umat Kristen. Sebaliknya, doanya berbunyi sebagai berikut: "Tidaklah menjadi soal, apa saja yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita, hanya saja, semoga kehendak Tuhanlah yang jadi!" Permohonan yang sederhana itu sangat berkesan dalam hati Adelaide Pollard. Ia merasa terdorong untuk memperbarui penyerahan dirinya kepada Tuhan. Kalau memang bukan kehendak Tuhan supaya ia pergi ke Afrika, maka hal itu tidaklah menjadi soal.
Sepulangnya dari pertemuan doa itu, Nona Pollard merenungkan dua ayat dari Kitab Nabi Yeremia: "Pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya" (Yeremia 18:3-4). 
Jalan pikiran Adelaide Pollard pada malam itu kira-kira sebagai berikut: Rupa-rupanya hingga kini Tuhan telah membentuk hidupku, seperti tanah liat di dalam tangan-Nya. Tetapi mungkin kemauan keras hendak pergi ke Afrika itu telah membuat hidupku rusak, sehingga Tuhan harus membentuknya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangan-Nya. Rasa damai menenangkan jiwanya. Dan pada malam itu juga ia menulis sebuah "Lagu Tentang Kehendak Tuhan", yang sekarang dinyanyikan di seluruh dunia: 
“Kehendak Tuhan laksanakan! Ku tanah liat, Kau Penjunan
Bentuklah aku sesukaMu; Aku menunggu di kakiMu
Kehendak Tuhan laksanakan! Tiliklah hatiku dan sucikan
Di hadiratMu ku berserah; Yesus Tuhanku, O t'rimalah!
Kehendak Tuhan laksanakan! Tolonglah aku yang berbeban
Sembuhkan, Tuhan, hatiku resah; Yesus Penghibur Mahakuasa”…..  Amin.


No comments:

Post a Comment