Sunday, July 13, 2014

Jangan ada dusta di antara kita

(Kejadian 27:1-40)

Taukah anda bahwa keluarga Bapak Ishak dan Ibu Ribka adalah keluarga yang sejak awal di desain dengan serius?  Pemilihan Ribka menjadi pendamping bagi Ishak selalu disertai dengan doa dan pe-tunjuk serius dari kompas Tuhan Allah. Perjalanan Eliezerpun berhasil menemukan sosok wanita yang bersahaja, cantik dan elok parasnya  (Kej. 24:16)  hingga Ishak terheran-heran melihat dari kejauhan sosok wanita cantik yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Tidak terlupakan dicatat bahwa Ishak mendasarkan pernikahan ini bersama Ribka dengan cinta (Kej. 24:67b).
Dalam konteks budaya Jawa, maka terpenuhilah syarat memilih seorang calon istri adalah: Bibit (calon diharapkan berasal dari keluarga baik-baik), bebet (calon dari kalangan yang cukup secara materi) dan bobot (calon diharapkan memiliki kehidupan yang mapan secara pendidikan alias terpelajar), sehingga harapan ke depan menjadi keluarga yang sejahtera. Demikian juga keluarga Ishak dan Ribka, kurang apa lagi? Lengkaplah sudah kebahagiaan mereka!
Tetapi berjalannya waktu, keluarga ini bergolak dan berseteru hingga jatuh pada ancaman saling berusaha mencelakai dan membunuh seorang dengan yang lain. Pe-ristiwa sabotase perebutan kepemilikan berkat oleh Yakub terhadap Esau menjadi asal muasal kekisruhan tersebut. Belum lagi cinta dan faforitisme kedua orangtua terhadap dua orang putranya (cinta kasih yang dibeda-bedakan). Maka, kedamaian akan hilang, kenyamanan akan menjauh tetapi kecurigaan dan saling menuduh menjadi hiasan kehidupan keluarga setiap saat. Dusta dan kebohongan menjadi merajalela hingga trik dan cara-cara yang kotor memenuhi mahligai rumah tangga kita.
Mari kita belajar dari peristiwa keluarga Ishak dan Ribka. Kita mengambil hal-hal yang positif tetapi kita buang dan kita tinggalkan hal-hal yang tidak baik. Rekonsiliasi harus berjalan terus setiap saat. Komunikasi terus dipertahankan. Lampu keterbukaan dan saling mendukung serta saling mendoakan harus terus dinyalakan dari hari ke sehari. Amin

No comments:

Post a Comment