Sunday, November 27, 2011

Kasih Tanpa Batas


(Yoh. 3:16-17)
          
Trevor Ardill, seorang misionaris muda di sebuah desa Nigeria, saat itu sedang berdiri dibawah sebuah pohon mangga. Ketika ia sedang menerangkan tentang Injil, ketua suku maju mendatanginya di depan kerumunan dan memegang baju Ardill dengan kedua tangannya. "Katamu Allah memiliki Anak?" tanya ketua suku tersebut. "Dan Anak-Nya menjadi manusia dan mati disalibkan untuk menghapuskan dosa saya?" "Ya," jawab Ardill, "Itu benar." Sang ketua suku mengencangkan cengkeramannya dan bertanya "Kapan?" seolah ia berharap bahwa Ardill menjawab, "Bulan lalu" atau "Tahun lalu." Tetapi Ardill berkata, "Sekitar 2000 tahun yang lalu."
"Shekara dubu biyu!" teriak sang kepala suku. "Dua ribu tahun lalu? Dan kamu baru datang sekarang? Bagaimana dengan ayahku? Bagaimana dengan ayahnya? Bagaimana dengan orang-orangku ini? Tak ada seorangpun yang datang untuk memberitahu mereka!" Trevor Ardill tak dapat menjawab.
Hanya kasih Allah yang menjadi jawaban atas pertanyaan di atas, mengapa? Sebab kasih Allah itu adalah kasih yang tanpa batas. Kasih itu tidak bisa dibelenggu oleh apapun batas-batas yang ada di dunia ini; baik batas waktu, baik batas budaya, baik batas teknologi, atau batas teritorial dsb. Kasih Allah itu berlaku dalam 3 bagian waktu yaitu dulu, masa kini dan masa yang akan datang. Kasih tanpa batas ini yang diterapkan Allah kepada dunia ini. KasihNya adalah kasih yang berkorban !!! KasihNya adalah kasih yang tidak menghakimi !!! KasihNya adalah kasih yang menyelamatkan !!!
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk mengasihi Allah, mengasihi saudara seiman, dan mengasihi mereka yang terhilang. Kasih kita kepada Allah dinyatakan dengan penyembahan kita pada-Nya. Kasih kita pada saudara seiman dinyatakan dalam persekutuan, sedangkan kasih kita pada mereka yang terhilang dinyatakan dengan pelayanan misi dan penginjilan untuk membawa mereka kepada-Nya. (NZ)