Sunday, July 14, 2013

Keadilan yang Welas Asih

(Efesus 5:22-33)
Perikop Efesus 5:22-6:9, harus dilihat dalam ketertundukan pada teks sebelumnya. Jika kita membaca perikop tentang hubungan keadilan dan kasih dalam keluarga sebagaimana disampaikan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus ini, maka tidak bisa dilepaskan dari konteks perikop sebelumnya, yakni tentang hidup sebagai manusia yang baru (pasal 4) dan hidup sebagai anak-anak terang (pasal 5).
Hidup baru yang diuraikan di pasal 4 justru menjadi penting untuk ditekankan terlebih dahulu. Bahwa kita harus terlebih dahulu meninggalkan manusia lama yang penuh dengan hawa nafsu, untuk mengenakan manusia baru yang dibaharui dalam roh dan pikiran (4:23). Jika hidup baru (hidup sebagai manusia yang telah dibaharui roh dan pikirannya) serta hidup dalam kebenaran (hidup sebagai anak-anak terang) telah dijalankan dalam praktik hidup berkeluarga, maka hal menghormati, mengasihi, mendidik dan ketaatan dalam bekerja menjadi hal yang ringan untuk dijalankan, bahkan mampu dijalankan dengan penuh kesukacitaan.
Ada 5 hal yang menandai hidup baru yang tercatat dalam Efesus 5:1-21, yakni:
1. Hidup dalam Kasih (Pasal 5:1-2) menyatakan panggilan kita semua (suami-istri, orang tua-anak-anak), harus hidup sebagai anak-anak Allah. Hidup dalam kasihBerkeluarga itu adalah olah kasih yang kita persembahkan sebagai korban yang harum bagi Allah.
2. Hidup Kudus (Ef 5:3)
3. Hidup dalam Terang. Keluarga harus berani menyatakan diri sebagai anak-anak terang. Sebab kita adalah terang dalam Tuhan (5:8).
4. Hidup Arif. Hidup arif adalah hidup yang dilandasi oleh kesadaran (saksama) untuk memperhatikan bagaimana kita (keluarga) itu hidup.
5. Hidup Penuh Roh. Sebagai orang (keluarga) percaya maka kita tidak hanya mengedepankan hal kedagingan. Kita itu dipanggil untuk hidup dalam Roh, bahkan penuh dengan Roh (5:18).
Itulah sebenarnya 5 hal yang sangat penting untuk dilatih dan dihidupi. Jika kita sudah hidup baru dan hidup sebagai anak-anak terang, maka nasihat bagi istri untuk tunduk kepada suami, bukan lagi perintah yang sukar. Itu sudah dilakukan dengan sendirinya dan bahkan di-lakukan dengan sukacita. Jika hidup sudah diperbaharui dan hidup sebagai anak terang sudah menjadi sifat kita, maka hal mengasihi istri sebagaimana Kristus mengasihi jemaat, juga menjadi kesukaan besar yang dilakukan oleh para suami. Sebab memang kasih itu bukan perintah… ia adalah jalan hidup, the way of life bagi anak-anak terang. Amin. – Almanak Sinode.