Sunday, August 4, 2013

Jangan Lupa Diri

                                                                      (Ayub 2:1-10)

Zaman sekarang ini banyak orang yang lupa diri. Ada yang berhasil mendapatkan sesuatu; misalnya menjadi juara dunia, mendapat pekerjaan, atau memperoleh kekayaan yang besar. Pokoknya apa saja yang mendatangkan “perubahan” dalam hidupnya yang    kemudian mengubah prilakunya.
Seorang yang dulu rajin melayani   Tuhan dan berdoa kemudian berubah    menjadi liar karena telah kaya. Ada lagi orang yang dulu biasa-biasa hidupnya, kemudian diberi kesempatan untuk memegang kekuasaan, lalu memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Memeras sana sini serta menipu banyak orang. Banyak sekali memang model orang yang lupa diri. Tetapi     sebaliknya masalahpun memungkinkan orang bisa lupa diri. Dia menganggap bahwa Tuhan tidak lagi sayang kepadanya. Semuanya ini tentu menyakiti hati Tuhan.
Sekarang kembali kepada diri kita, apakah kita termasuk orang yang sering lupa diri? Kita sendiri dapat menjawabnya dengan jujur. Apakah disaat kita memperoleh berkat dari Tuhan, lalu sikap kita menjadi “liar”? Mungkin juga sewaktu kita sakit, berdoa rajin, pokoknya segala sesuatu ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, lalu kemudian semuanya berubah.
Ayub telah memberi teladan yang baik. Di saat dia serba berkecukupan, harta melimpah, tubuh jasmani sehat, pekerjaan lancar, usahanya tidak tersendat, Ayub tidak pernah lupa diri. Ayub berkata: “…Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (ayt.10). Pernyataannya di atas semakin   menguatkan bahwa segala sesuatu tetap disyukuri. Ketika menjadi orang yang berkecukupan dia tak lupa memuji Tuhan dan disaat penderitaan yang sangat dalampun dia tetap memuji Tuhan. Tuhan memberkati kita. Amin (N.Z)