Sunday, March 16, 2014

Mengandalkan Kekuatan Allah

(2 TAWARIKH 20:1-37)

Mengandalkan kekuatan Allah adalah menaruh  atau mempercayai kesanggupan Tuhan dalam melakukan segala sesuatu terjamin hanya di dalam Dia saja. Mengandalkan kekuatan Allah bukan hanya ketika dalam keadaan  kritis, susah, dalam kesesakan tetapi  dalam  keadaan   sukacita, hidup sukses, dan diberkati oleh Tuhan yang memberikan segala sesuatunya dalam hidup kita. Manusia tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri karena kekuatan manusia sangat terbatas. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita sebagai manusia untuk selalu bermegah di dalam apa yang kita punyai atau di dalam apa yang kita miliki saat ini. Tidak untuk mengandalkan diri sendiri, tidak untuk mengandalkan kekayaan, kehormatan, kekuatan, jabatan yang berpengaruh dan pendidikan yang tertinggi melainkan hanya satu pribadi yang senantiasa diandalkan dalam hidup kita yaitu mengandalkan kekuatan Allah. Mengandalkan kekuatan Allahlah yang nomor satu dalam hidup kita, dalam pekerjaan atau usaha dan dalam segala keadaan yang kita alami, baik saat susah maupun saat senang.
Seperti halnya dalam pembahasan pagi ini tentang kisah seorang raja dan umat Yehuda. Raja itu adalah Yosafat. Ia merupakan raja keempat dari raja-raja Yehuda sebelumnya sesudah kerajaan Israel pecah menjadi dua. Selama masa pemerintahan raja-raja ini, orang Israel hidup dihadapan Tuhan bergantung pada kepemimpinan raja. Ketika rajanya takut akan Tuhan, maka rakyatnya pun demikian, tetapi ketika rajanya melakukan yang jahat dimata Tuhan maka rakyatnya pun demikian. Dan raja Yosafat ini termasuk raja yang percaya dan hidup takut akan Tuhan (2 Taw 17:3-4). Tuhan memberkatinya, mengokohkan kerajaan yang ada dibawah kekuasaannya bahkan Tuhan membuat dia dan Yehuda mengalami kemenangan pada saat mereka terancam oleh serangan musuh yang datang berperang melawan mereka yaitu bangsa Moab dan Amon, namun mereka mengalami kemenangan karena mereka melibatkan atau mengandalkan Tuhan dalam peperangan tersebut.
Raja Yosafat dan umat Yehuda mengandalkan kekuatan Allah dengan cara: Pertama, mencari Tuhan dengan berpuasa (ayat 3,4). Di dalam doa puasa mereka meyakini bahwa hanya Allah yang berkuasa atas segala orang dan atas segala situasi yang terjadi (ayat 6-7), Allahlah yang menolong, setia kepada umat-Nya dari dulu sampai sekarang (ayat 8-9). Kedua, adanya kesadaran diri bahwa pertolongan mereka hanya dari Tuhan (ayat 12). Mengakui bahwa mereka tidak berdaya, tidak ada apa-apanya, tidak ada kekuatan untuk melawan musuh tanpa ada campur tangan Tuhan. Ketiga, hanya menantikan Tuhan dan percaya kepada firman-Nya (ayat 14-19). Keempat, adanya rasa syukur atas apa yang sudah diperbuat oleh Tuhan (ayat 19-21). Orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidupnya senantiasa mengucap syukur dan hanya percaya kepada Tuhan karena ia menyadarinya bahwa segala yang ada padanya Tuhan yang memberkati bukan karena ia kuat atau bisa melakukannya melainkan hanya semata-mata karena kekuatan Tuhan.
Demikian raja Yosafat mengandalkan Tuhan, namun dalam hal ini pun ia hanya mengandalkan kekuatan Tuhan ketika dalam ancaman bahaya, dalam keadaan susah. Terbukti diakhir pelayanan  sebagai raja, ia melakukan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Tuhan sudah membuat dia berhasil setelah itu ia lupa sama Tuhan ( ayat 35) dengan bersekutu pada Ahazia raja yang jahat yang menyembah berhala. Bukankah hidup kita juga seperti itu?
Melalui khotbah pagi ini kita belajar untuk senantiasa mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan kita dan bukan hanya disaat kita susah saja namun saat kita sukacita dan sukses sekalipun. Tuhan Yesus memberkati kita semua (Oleh: Senia la’ia)


No comments:

Post a Comment