Sunday, March 8, 2015

Eli Eli Lama Sabakhtani

(Matius 27:46)

Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Ini adalah kalimat ke 4 dari 7 perkataan Yesus dari atas kayu salib. Kata-kata Yesus bukan kebetulan diucapkan tetapi menggenapi nubuat dalam kitab Mazmur (1000 tahun sebelum Yesus lahir) yakni Maz 22:2.
Mengapa Yesus ditinggalkan oleh Bapa? Ini ada kaitannya dengan status Yesus sebagai penebus dosa. Yesus memang tidak berdosa sama sekali tapi waktu Ia menggantikan posisi orang berdosa maka dengan demikian Ia dijadikan berdosa. (2 Kor 5:21). Maka posisi dan kondisi Yesus sekarang di hadapan Allah bukan lagi sebagai Anak yang terkasih yang berkenan kepada-Nya (Mat 3 :17) melainkan sebagai orang berdosa. Allah adalah suci/kudus dan sifat ini tidak memungkinkan Dia untuk bersatu/berhubungan dengan dosa. Hab 1:13 - Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman….” (Bandingkan dengan Yes 59:2). Karena itu saat Yesus tampil di hadapan-Nya sebagai perwakilan orang berdosa maka kesucian-Nya tidak memungkinkan untuk tetap bersatu dengan Yesus. Itulah sebabnya Ia harus meninggalkan Yesus dan karena itulah Yesus berseru “Eli-Eli lama sabakhtani”.
Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima? Jawabnya tidak cukup, karena manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan jasmani maupun rohani di samping karena dosa memisahkan Allah dan manusia (Kej 3:23-24; Yes 59:1-2; 2 Tes 1:9). Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami keterpisahan itu. Keterpisahan dengan Bapa ini menyebabkan terjadinya hal-hal yang bertentangan dengan yang biasanya. Ini bisa terlihat dengan mengkontraskan kata-kata Yesus sendiri dalam sepanjang pelayanan-Nya dengan kata-kaya-Nya di atas kayu salib. Dulu Ia berkata : Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku,…” (Yoh 11:42), “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri,…” (Yoh 8:29). Sekarang Ia berteriak : “…AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46). Dan sebenarnya ini adalah hukuman yang terberat bagi Yesus (melebihi pencambukan dan penyaliban).
Mengapa ini adalah penderitaan paling hebat ? (1) Ini merupakan penderitaan rohani. Setiap orang yang pernah mengalami penderitaan rohani tahu bahwa penderitaan rohani lebih berat dari penderitaan jasmani. (2) Yesus selalu dekat dengan Bapa-Nya, tetapi sekarang harus terpisah. Orang yang berdosa memang tidak peduli kalau dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Tetapi kalau orang itu adalah orang Percaya, makin akan merasa berat kalau menjauh dari Bapa. Apalagi Yesus! (3) Yesus ditinggal justru di puncak penderitaan-Nya, yaitu pada saat Ia sedang menderita di atas kayu salib.  Namun dalam semuanya itu Yesus tetap setia mengerjakan dan menjalani hidup yang penuh penderitaan. Hendaklah kita semakin menghayati apa makna penderitaanNya bagi kita. Amin (NZ)

No comments:

Post a Comment