Sunday, March 1, 2015

Ibu, inilah anakmu; Murid-ku, inilah ibumu

(Yohanes 19:23-27)

onteks perikop yang kita baca hari ini adalah penyaliban Tuhan Yesus. Tidak bisa kita bayangkan apa yang sedang dialami oleh Tuhan Yesus. Tidak ada kesakitan yang paling sakit yang bisa kita bandingkan dengan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Tidak ada penghinaan yang paling hina yang bisa dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh Yesus Kristus. Allah yang adil diadili secara tidak adil. Allah yang maha kuasa dilucuti kekuatanNya dengan cara disalibkan. Allah Pencipta alam semesta ditelanjangi.
Namun, keadaan yang dialami-Nya tidak menyingkir- kan kasih-Nya yang besar kepada manusia. Di dalam kesakitan yang sangat itu, Yesus tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Alih-alih menuntut dan mempersalahkan orang lain, Ia justru mengampuni mereka yang menyalibkan-Nya.
Penderitaan yang luar biasa di atas kayu salib tidak membelenggu kasih-Nya. Ia menyatakan perhatian dan kasihNya kepada orang- orang yang Ia kasihi. Yesus berkata, "Ibu, inilah anakmu" seraya menunjuk kepada murid yang dikasihi-Nya. Kepada murid-murid-Nya, Yesus berkata "Inilah ibumu". Dengan meninggalkan bumi ini, Yesus tidak mengabaikan orang-orang yang Dia cintai. Kasih Tuhan abadi dalam hidup kita. Dia setia dengan kasih-Nya.
Belajar  dari kasih dan setia  Tuhan Yesus ini, marilah kita tidak menjadikan penderitaan dan kesusahan sebagai alasan untuk tidak mengasihi. Juga tidak menjadikan kesulitan sebagai alsan untuk tidak setia. Kasih dan kesetiaan selalu diuji dalam situasi-situasi yang berat dan menekan.




No comments:

Post a Comment