Sunday, April 19, 2015

Kasih yang Berbuah dalam Karya Nyata

(Yohanes 21:15-19)

Dapatkah kita mengasihi Allah tanpa melayaniNya? Dapatkah kita me-layani tanpa mengasihi Allah? Di tengah-tengah kehidupan kita, sebagai murid Yesus, kita dipanggil bukan hanya untuk mengasihi Dia, bukan hanya untuk melayaniNya, namun juga mengikut Dia secara konstan 24X7 seumur hidup. Bagaimana caranya?
Dalam dialog pasca kebangkitan Kristus, Yesus meluangkan waktu-waktu terakhirnya sebelum kenaikanNya, dengan muridNya yang sangat dekat denganNya yaitu Petrus. Yesus menanyakan pertanyaan sederhana kepada Petrus, murid yang pernah menyangkaliNya 3 kali, murid yang berulang kali berlaku gegabah, namun sangat berapi-api di dalam cinta dan antusiasmenya selama mengikut Yesus, “Petrus, apakah engkau mengasihi Aku?”
Apakah Yesus, kurang percaya bahwa Petrus mengasihiNya sehingga Ia perlu bertanya 3 kali? Adakah maksud lain dari Yesus? Apa relevansi mengasihi Dia dengan menggembalakan domba-dombaNya?
Ada 3 hal yang kita bisa lihat:
1. Mengasihi Tuhan dan mengasihi dombaNya (sesama) adalah seperti mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
2. Yesus adalah Gembala yang Baik, yang telah memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.
3. Mengasihi Tuhan, dan sesama, tidak bisa dilepaskan dari komitmen radikal kita di dalam mengikut Yesus sampai akhir.
Apa yang kita bisa pelajari dari perikop ini?
1. Kasih kita kepada Allah bukan sekedar kasih fileo, atau passion, tetapi harus berupa compassion dan action.   Bukan NATO (no action talk only). Tindakan nyata, bahkan kasih yang radikal bagi musuh-musuh kita sekalipun.
2. Yesus telah memberikan nyawaNya bagi kita, nilai-nilai pengorbanan Yesus, seharusnya terus menginspirasi kita untuk mengasihi dan melayaniNya lebih lagi, berani bayar harga, bukan menentukan harga. Pelayanan adalah pelayanan, bukan bisnis, pelayanan adalah pengorbanan, jangan hitung-hitungan dengan Tuhan. Kalau Ia memanggil kita untuk melayaniNya, Ia telah membayar lunas hidup kita dengan darahNya! Apalagi yang kita minta?
3. Kasih kepada Allah, dan komitmen untuk melayaniNya, tidak bisa dipisahkan dari komitmen radikal kita untuk mengikut Yesus sekali seumur hidup. Mengikut Yesus setiap hari 24X 7 hari, dimanapun, kapanpun, sampai kapanpun. Hingga maut memisahkan kita.  Beranikah kita memiliki iman radikal seperti ini, di zaman yang makin lebay ini? Following Him in the Changing World? Dunia ini membutuhkan tuntunan, bukan tontonan. Mari menjadi murid-murid Kristus yang mengasihi, dan melayani, serta mengikut Dia secara radikal, sekali sampai mati. Mau?
#Pdm. Andi OS, S.Kom, M.Div.


No comments:

Post a Comment