Sunday, March 3, 2013

Keluarga Adalah Hartaku


(1 Samuel 2 : 11-17 & 27—30)

Eli adalah orang yang melayani Tuhan, yaitu sebagai Imam bagi bangsa Israel. Tetapi Imam Eli adalah seorang yang tidak memiliki ketajaman rohani. Begitu tumpul penglihatan rohaninya, sehingga ia tidak dapat membedakan apakah seseorang itu sedang mabuk atau sedang berdoa [ I Sam. 1:14-15 ]. Ketumpulan rohaninya ini disebabkan ia melayani Tuhan, tetapi menyimpan dosa. Dosa Imam Eli adalah keserakahan. Ia melayani sebagai Imam, tetapi seorang yang tamak terhadap korban sembelihan Tuhan, atau istilah sekarang adalah, cinta uang.
Melayani Tuhan dengan jabatan tertentu dalam jemaat, sambil menyimpan hati yang cinta uang, adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Orang-orang Farisi di zaman Tuhan Yesus adalah orang-orang yang cinta uang [ Lukas 16:14 ]. Kecintaan orang Farisi terhadap uang adalah salah satu sebab utama mengapa mereka tidak dapat mengenal, bahwa Yesus adalah seorang yang diutus Allah. Cinta uang membutakan penglihatan rohani. Penglihatan keledai dapat lebih tajam dari pada penglihatan rohani seorang nabi Jika seorang bapa telah tumpul secara rohani, bagaimana dengan anak-anaknya? Demikianlah yang terjadi dengan anak-anak Imam Eli. Mereka adalah anak-anak yang tidak mengindahkan Tuhan [ I Sam. 2:12 ].
 Dosa imam Eli ini sangat fatal. Dan dalam kondisi Imam Eli yang tidak  melayani Tuhan lagi,  wajarlah jika ia lebih menghormati anak-anaknya dari pada menghormati Tuhan. Dan dosa yang inilah yang menyebabkan Tuhan mengutus nabiNya untuk menegaskan  bahwa keluarga Eli tidak dapat hidup lagi dihadapan Allah dan melayaniNya [ I Sam 2:30-36 ].
Sungguh kegagalan yang sangat menyedihkan. Apalagi yang membuat suatu keluarga hancur, selain tidak diperkenankan Tuhan melayaniNya. Semua ini berawal dari dosa cinta uang. Tepatlah firman Tuhan yang mengatakan bahwa, "akar segala kejahatan ialah cinta uang" Dosa awal Imam Eli yaitu cinta uang, berkembang sedemikian menjadi dosa lebih menghormati anak-anaknya dari pada Tuhan.
Rupanya, perkembangan dosa seperti ini, dapat membatalkan janji Allah yang pernah diucapkan untuk keluarga  Imam Eli [ I Sam. 2:30 ]. Semua ini seharusnya membuat kita, yang sedang melayaniNya, menjaga hati kita agar tidak menjadi cinta uang. Kekayaan ataupun uang itu sendiri, tidaklah jahat. Hati yang mencintai uang, itu yang sangat buruk. Juga, jangan kita berpikir bahwa janji Tuhan tidak dapat dibatalkan. Dari kegagalan keluarga Imam Eli, kita dapat melihat bahwa dosa cinta uang yang dibiarkan berkembang, dapat membatalkan janji  Allah.